Seakan Ku Terjatuh

52 2 0
                                    

"Raga bagaimana kalo sikaka tadi itu mau memarahimu karna ulahku ? " itulah ucapanku yang ketakutan saat kaka kelas tadi pergi meninggalkan kami, namun jangan sebut dia Raga bila dia tida melindungiku, aku adalah gadis yang selalu menemaninya jadi wajarlah dia sangat menjagaku, Ragapun menenangkanku dia memegang tanganku lalu berkata " kau tidak akan apa - apa karna aku melindungimu selama aku ada disini" syukurlah aku memiliki sahabat seperti Raga.

Ragapun pergi kekantin dan aku mengikuti dari belakang tanpa sepengetahuannya, dan benar kaka senior yang tadi tak sengaja kena lemparan bola ku itu ada disana bersama teman - temannya tiba - tiba dia berdiri menyambut kedatangan Raga sambil bertepuk tangan.

"hallo Raga apa kabarnya ?" ucapannya yang seolah - olah sudah mengenal Raga lama, "kadie Raga ulah sok era-era" (kesini raga jangan malu-malu) dia menyuruh Raga menghampirinya, aku sudah ketakutan bukan main saat Raga menghapiri kaka kelas itu tiba - tiba semangkuk mie ayam dan jus Jeruk datang dan diserahkannya kepada Raga, terkejutnya aku melihat tingkah kaka kelas itu yang aneh dan miterius itu tiba - tiba dia berkata "silahkan di makan dulu makan siangnya pasti lelahkan sudah berolah raga?", Ragapun tidak langsung menyantapnya dia hanya diam seribu bahasa tapi untunglah dia tidak pingsan karna dia masih bernafas.

Aku penasaran sekali apa yang dilakukan mereka kepada Raga, hatiku tidak karuan dan aku ingin sekali menghampiri mereka yang sedang mengelilingi Raga ditempat duduknya yang kulihat Ragga hanya tertunduk. aaahh tiidaaakkkk.... semuanya tak berhasil ku rekam oleh mataku karna bel masuk kelas sudah berbunyi aku harus cepat berjalan kekelas karna guru kiler akan masuk.

Ragga tidak masuk kelas kami padahal aku sangat menunggu - nunggu kehadirannya, saat bel pulang sekolah berbunyi akupun membawa tas Raga keluar kelas dan mencoba mencarinya disetiap sudut mataku memandang. Tiba - tiba Raga datang bagaikan bidadari yang turun dari langit dan berdiri didepan mataku "Sini Dena tasnya makasih ya udah mau membawakannya untukku", Dena itu panggilan kecilku kemudian Raga mengusap kepalaku lalu dia pergi. Aneh sangat aneh aku melihat Raga yang tidak mengajakku pulang bersama jangan - jangan dalam mie itu ada sesuatu yang membuat Raga jadi menjauhiku.

"Raga kamu dimana?" pesan singkatku yang kukirim ke nombernya biasanya Raga cepat membalas pesanku tapi ini lama sekali aku berpikir positif mungkin Raga sudah tidur karna jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi mana mungkin Raga sudah tidur jam segini, oh mungkin dia tidak mempunyai pulsa akupun menyalakan senter ke arah jendela kamarnya yang ku lihat masih nyala lampunya karna memang rumahku dan Raga dekat sekali rumahnya Raga ada didepan rumahku dan kamarnya ada di depan kamarku kamar kami ada dintai 2 dan jendelanya berhadapan, biasanya bila ku melakukan ini dia akan membuka tirai jendelanya ini tidak oh berarti iya dia sudah tertidur pikirku, akupun bereskan tempat tidurku aku cape sekali karna hari ini sungguh penat bagiku.

"Den bangun, tadi Raga kesini katanya kamu pergi duluan dia mau kepasar dulu" suara Bundaku membangunkanku dipagi hari.
"Hah ? Kenapa kepasar bun ??"
"ya mau belanja"
"belanja apa? Ko tumben banget sih si Raga jadi rajin gini bun?"
"kamu ini ya Raga emang rajin cuman hari ini katanya dia mau membantu ibunya dulu"
"oh iya sudah bagus deh dia jadi rajin eh iya bun Dena mandi dulu ya Bun"

Bundaku keluar dari kamarku dan akupun bersiap-siap setelah semuanya selesai aku pergi sekolah sendiri dan jalan Kota Bandung sangat sejuk pagi itu seakan - akan Bandung ingin pikirankupun menghilang saat ku hirup udara itu, sesampainya di sekolah aku melihat Raga dengan seorang wanita kelas lain dimotornya, dan saat ku lihat kejadian itu tubuhku seakan - akan terasa sakit dan akan terjatuh ke aspal parkiran sekolahku, tidak mungkin Raga membiarkan aku pergi sendirian naik angkutan umum sedangkan dia membonceng wanita lain dan mengapa dia bilang dia akan pergi kepasar tadi kepada Bunda.

"Raga dan hey" sambil berdadah - dadah kepada wanita berambut panjang lurus itu, Raga tersenyum dan berkata "duluan ya Nada", oh Tuhan apa yang dia ucapkan tadi ? Nada ? Dia bahkan tidak menanggil dengan sebutan De didepan namaku, dikelaspun dia tidak seceria biasanya dia tidak mau berbicara padaku, aku yakin ada yang terjadi padanya aku yakin pasti ulah si tinggi berhidung mancung itu aku tak terima mengapa Raga menjadi seperti ini kepadaku, Tuhan tolong aku tak ingin Raga berubah.

Bersambung...

Senja Sang AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang