Seorang wanita dengan seragam sekolah yang masih membalut ditubuhnya itu berjalan di dalam sebuah gang kecil nan gelap. Tak henti-hentinya ia menghela nafasnya, "Hari ini hari tersialku!" serunya. Ia menggenggam erat ponselnya itu.
Kesialannya itu bermulai dari pagi hari. Alarm di kamarnya itu tidak berfungsi membuatnya ia terlambat bangun. Belum lagi air panas yang bermasalah membuatnya semakin terlambat datang ke sekolah. Dan ketika sampai di sekolahnya, ia melupakan bahwa pelajaran pertama ada pelajaran khusus yang diajar oleh guru tua nan killer. Dan lagi, jus yang di tumpahkan oleh Park Jiyeon. Si artis sekolah.
Belum selesai segalanya, Park Jiyeon dan teman-temannya itu menjahilinya dengan menyelipkan buku tulisnya di tengah-tengah ribuan buku di perpustakaannya. Kini ia berjalan di malam hari yang sangat dingin dan di tengah-tengah gang yang sepi.
"To-tolong jangan bunuh aku,"
Bulu kuduknya berdiri seketika mendengar suara wanita yang ketakutan itu. Wanita bername tag Kim Anna itu bergidik ngeri mendengar suara asing itu. Jalan yang biasa ia lewati ini seakan menjadi sebuah tkp.
"Kau mau apa, sialan?"
Anna kembali mendengar suara wanita lain. Rasa ingin tahunya itu membuat kakinya bergerak ke arah asal suara. Ia bersembunyi di balik sebuah tong sampah besar sembari sesekali mengintip apa yang terjadi disana.
Anna melihat sesosok lelaki membelakanginya yang berdiri di depan dua orang wanita. Salah satu dari wanita itu terlihat tidak takut sementara yang satunya lagi terlihat sangat ketakutan. Wanita yang terlihat ketakutan itu menggeleng, "Tidak, jangan. Dia tidak mengerti apapun," ujarnya
Namun kemudian terdengar sirine polisi. Wanita pemberani itu terlihat menyeringai, "Now you can't escape," ujarnya dengan sangat senang
Lelaki itu menodongkan pistol membuat seringaian wanita itu luntur.
"Apakah aku terlihat takut? Ini justru adalah keinginanku. Kau, di temukan mati, oleh ayahmu sendiri," ujar lelaki itu dengan nada sangat dingin dan mengerikan.
"TIDAK!!"
DORR!!
Wanita yang ketakutan itu histeris melihat adiknya tergeletak dengan bersimbahkan darah. Matanya sembab karena menangis. Ia sangat-sangat ketakutan. Kakinya sangat lemah bahkan untuk berdiri. Wanita itu berlutut di depan jasad adiknya itu. Nyatanya nyali Anna tidak sebesar itu untuk menolongnya.
DORR!!
Tembakan kedua terdengar. Anna menutup matanya. Ia rasa ini sudah cukup baginya menjadi seorang saksi. Ia rasa ia tidak ingin menjadi seorang saksi. Tangannya bergetar hebat melihat kejadian pembunuhan itu.
"Jimin-ah, aku yakin kau tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya karena di depanku sudah ada sebuah mobil," ujar lelaki yang baru saja membunuh itu.
Lelaki itu berlari melewati tong sampah dimana Anna membeku disana. Ia terpaku disana melihat sosok yang mirip sekali dengan kawannya di sekolah itu. Dan bahkan, Jimin? Lelaki culun yang selalu di bully itu? Tidak mungkin.
DUAARR!!
Tubuh Anna terhempas dari sana berkat ledakan yang lumayan besar itu. Kepalanya terasa pening setelah menghantam tembok itu. Dengan kepala pusing, ia berlari dari sana karena firasatnya sangat tidak baik. Hampir 10 menit berlalu dan akhirnya ia sampai di depan gang rumahnya. Dengan nafas tersenggal-senggal ia terus berlari menuju rumahnya dan akhirnya sampai di depan rumahnya itu.
***
"Sebuah ledakan besar yang di akibatkan oleh mereka kembali terjadi di gang sebelah gedung terbengka-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hacker
Mystery / ThrillerThis story inspired by a korean drama "HEALER". ---•••--- Apa yang terjadi bila seorang anak laki-laki berumur 10 tahun mempelajari tentang dunia hacker? Bagaimana dengan hacker profesional yang masih belia bertemu dengan sekelompok lelaki yang kur...