Louise mendengar intruksi yang diberikan wanita yang meneleponnya tadi dengan jelas. Dia menghela nafas berat ketika melihat foto serta data pria yang diamatinya sekarang. Pria itu tampan dan maskulin. Terlihat pria itu sedang terlibat pembicaraan serius dengan seseorang membuatnya dengan leluasa mengamatinya dari balik kaca mata hitamnya.
Belum, belum saatnya untuk menghampiri pria itu. Louise hanya ingin mengetahui lebih jauh bagaimana sikap pria itu serta cara menaklukkannya nanti. Terngiang perkataan dingin wanita itu dibenaknya.
" Aku tidak tahu mengapa Roberts memilihmu, namun mungkin karena ciri-ciri fisikmu mirip dengan cinta pertama pria itu. Meskipun aku sendiri ragu dengan dirimu yang bagiku hanyalah seorang pelacur murahan. Namun kuingatkan, untuk tugas kali ini jangan pernah bersikap seperti sebelumnya. Kamu harus bersikap sebagai wanita polos dan ceria. Sikap murahanmu singkirkan jauh-jauh dan jangan dengan mudah membiarkan pria itu mengajakmu berhubungan seks.''
Louise merasakan emosi naik ke dadanya namun ditahannya. Demi Tuhan, karena siapakah selama ini dia bersikap murahan seperti itu? Membiarkan pria-pria itu meraba dan meremas tubuhnya serta menciumnya padahal dia merasa jijik luar biasa. Seks? Mendengar kata itu saja membuatnya seketika merasakan ketakutan dan gemetar mengingat kembali rasa sakit yang hampir tidak tahan ditanggungnya. Tidak usah disuruh pun, Louise tidak akan pernah membiarkan siapapun menyentuhnya lagi.
" Jangan khawatir. Aku bisa mengatasi semuanya," jawabnya sedingin mungkin dan memutuskan pembicaraan.
Gerald Balckwell, renungnya dalam hati sambil membaca seksama data pria itu. Pria itu tampan dan menarik meskipun memiliki kesan serius. Dilihatnya pria itu bangkit dari duduknya dan berjabatan dengan pria yang tadi berbicara dengannya dan meninggalkan restoran tersebut.
Louise mempunyai perasaan pria ini berbeda dari pria yang sebelumnya pernah dia incar. Pria lainnya meskipun memiliki istri maupun kekasih namun masih saja merayunya membuat Louise lebih mudah menutup hatinya untuk mencapai tujuannya. Namun, informasi yang dibacanya serta kesan yang didapatnya membuatnya merasa Gerald tidak sama dengan pria tersebut.
Louise menyesal karena jika memang benar pria itu seperti dugaannya, harus terjebak masuk ke dalam permainan yang disusun Robert. Setelah menghabiskan minumannya, Louise bangkit dari duduknya. Dia harus bersiap-siap untuk malam ini, malam pertemuannya dengan pria tadi.
*******
Semua berjalan dengan lancar, bahkan terlalu lancar membuat Louise merasakan sentakan rasa bersalah yang segera disingkirkannya ketika berbicara dengan Gerald. Pria itu persis seperti dugaannya, baik dan gentelman. Sosok pria yang pasti akan didambakan wanita manapun. Meskipun begitu, pria dihadapannya ini tidak menimbulkan getaran dihatinya seperti pria misterius yang ditemuinya beberapa bulan yang lalu.
Wanita itu menggelengkan kepalanya mengusir bayangan pria misterius tersebut dari benaknya. Dia harus berkonsentrasi dalam misi menaklukkan pria dihadapannya ini.
" Jadi Miss Connor, bagaimana dengan pendapatmu?" Pertanyaan pria itu membuatnya tersentak dari lamunannya dan memandang pria itu dengan agak bingung karena tidak mendengar sama sekali dari tadi.
Pria itu tersenyum simpul membuat wajahnya bertambah tampan. Tidak pernah sebelumnya dia bertemu dengan wanita seperti ini yang malah melamun saat mereka berbicara. Padahal setiap wanita yang dia temui selalu bersikap terang-terangan meggodanya membuatnya jijik duluan dan tidak berniat mengenal lebih jauh lagi.
Tapi , wanita dihadapannya ini berbeda. Ada kesan polos pada dirinya dan gaun yang dikenakannya makin membuatnya terlihat muda dan lugu. Untuk pertama kalinya, Gerald merasa ingin mengenal serang wanita lebih jauh lagi. Berbicara dengan wanita ini membuatnya teringat dengan seseorang dimasa lalunya dan tanpa sadar matanya berubah sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Impossible Dream
SachbücherSebuah mimpi yang tidak pernah akan bisa diraihnya. Dan tidak pernah pantas untuk didapatkannya. Wanita jahat dan kotor yang telah menghancurkan banyak hidup orang lain. Namun, bagaimana mungkin harapan dan mimpi yang sudah lama mati dalam hatinya...