🦋 3. Second Life

587 181 127
                                    

🦋 TIGA 🦋- Second Life -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋 TIGA 🦋
- Second Life -

Putih ....

Itu yang pertama kali dia lihat.

Matanya menyipit saat tirai jendela tersibak oleh angin dan membuat cahaya matahari menyinari penglihatannya. Dia pun memaksa tubuh ringkihnya duduk.

Sambil melihat ke sekeliling, dia mendapati dirinya berada dalam sebuah ruangan bergaya klasik dengan dinding kayu yang dicat pastel dan berlantai vinyl.

"Ini dimana?" Bibirnya berucap tanpa suara. Sambil menetralisir suasana, dia pun mengingat apa yang telah terjadi.

Anehnya, meski berusaha, gadis itu sama sekali tak mengingat apapun. 'Apa yang telah terjadi? Dimana ini? Dan yang lebih penting lagi adalah ....'

"Gue siapa?"

"Oh iya! Gue Luisa, dasar bodoh. Gue pikir gue amnesia, hahaha! Syukurlah." Gadis itu merasa konyol dengan pikirannya sendiri.

Tok tok tok!

Suara pintu ruangan diketuk pelan. Tanpa menunggu jawaban, pintu itu sudah dibuka dan munculah seorang lelaki yang mungkin pernah dia lihat entah dimana.

"Lo udah bangun?" Lelaki itu masuk dan meletakkan nampan berisi teh dan roti.

"Lo ... siapa?" tanya gadis itu polos.

"Denova," jawab yang ditanya.

"Denova? Ini dimana?"

"Lo lagi di villa keluarga gue. Lo udah aman sekarang, tenang aja," ujar lelaki itu.

Dahi Luisa berkerut. "Kenapa gue bisa ada di sini?"

Denova terlihat sedikit kaget mendengar pertanyaan Luisa. Tubuhnya sempat mematung dan tatapannya bingung. "Ja-jadi, lo nggak ingat apapun?"

Luisa menggeleng ragu. Dia masih berusaha mengingat-ingat apapun itu. Namun sekeras apapun dia berpikir, tetap saja dirinya tak bisa ingat satu hal pun yang pernah terjadi dalam hidupnya.

"Gue ... nggak tau."

"Lo serius? Lo nggak ingat apa pun yang terjadi? Khususnya tadi malam?" tanya Denova meyakinkan.

Setelah kembali mengingat-ingat, Luisa menyerah dan menggeleng dengan wajah bingung.

Denova kini menimbang-nimbang apakah dia harus memberi tau atau tidak pada Luisa bahwa gadis itu semalam telah mencoba untuk bunuh diri.

"Tunggu!!" Luisa meringis karena tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Tak lama matanya melotot begitu sekelebat momen lewat di ingatannya. "Dear God, am I tried to kill myself?" Dirinya tersentak tak percaya dengan ingatannya sendiri.

Mata Luisa membulat dan membesar menatap Denova, seolah menuntut kebenaran atas apa yang ada dibenaknya. "Malam itu, Denova. Gue nggak salah ingat, 'kan? Lo juga ada di sana, meluk gue dan setelah itu gue lompat ke jurang!"

Denova mengangguk dan tersenyum kecil, cukup bersyukur tak perlu memberi tau karena gadis ini sudah mengingatnya sendiri. "Lo hampir terjun ke jurang, tapi untungnya gue cepet nahan tangan lo duluan. Lo langsung pingsan pas nyungsep di tanah."

"Kenapa gue mau bunuh diri?" Dahi Luisa sampai berkerut dibuatnya, dia betul-betul heran mengapa dia harus bunuh diri padahal dia punya nenek yang sangat menyayanginya. 'Ah ya ... nenek!' Akhirnya dia ingat sesuatu.

"Jadi, lo sama sekali nggak ingat alasan lo untuk mati?" tanya Denova lagi sebelum mengambil kesimpulan bahwa gadis di depannya ini telah mengalami amnesia.

Luisamenggeleng. "Gue bahkan nggak tau gimana hidup gue selain ingat punyanenek, itu pun pas gue masih kecil." Dirinya kembali mengingat-ingatdengan keras, tapi nihil, kepalanya jadi semakin sakit.  Tak sedikitpun dirinya mengingat kehidupannya sebelumnya.

"Chill. Lo punya banyak waktu untuk memulihkan diri," ujar Denofa kemudian. "Jadi, nama lo Luisa?"

"Luisa Odette," tambah gadis itu membenarkan. Melegakan bahwa dia masih ingat namanya.

"Odette? Maksud lo si Putri Swan Lake?" Denofa mengerinyitkan dahi. "Kebetulan banget."

"Kebetulan apanya?"

 "Gue Denova Lancelot," sahut lelaki itu cepat.

"Terus?" Luisa tak mengerti apa hubungannya namanya dengan nama Denova.

Melihat keheranan Luisa membuat Denova mendesah pelan. "Ah, iya. Lo lagi amnesia, ya. Oke, jadi gini, di dunia ini ada yang namanya game Mobile Legend, by the way bukannya mau sombong tapi gue udah level Mytic Glory di situ. Nah, karakter player di sana ada yang namanya Odette dan Lancelot. Mereka sepasang kekasih ceritanya."

Apa yang dikatakan Denova hanya membuat Luisa diam tanpa ekspresi. Dimana letak spesialnya game tersebut? Memang kenapa kalau namanya dan nama Denova menjadi tokoh kekasih di universe lain? Ini tak ada pengaruhnya sama sekali dalam hidupnya yang kini membuat Luisa terasa seperti terlahir kembali.

Melihat respon Luisa yang tampak tidak begitu tertarik, Denova pun menggeleng-gelengkan kepalanya untuk kembali fokus pada realita, padahal tadinya dia akan semangat jika Luisa menanyakan kisah cinta Odette dan Lancelot lebih jauh.

"Take your time, minum teh dan makan rotinya dulu. Lo tidur seharian dan belum makan apa pun sejak tadi malam." Denova bangkit sambil mengarahkan dagu ke nampan berisi roti dan teh yang tadi dia taruh di nakas samping tempat tidur Luisa. "Gue mau minta Bibi Mala buat nyiapin makanan dulu."

Luisa pun memandangi punggung kokoh Denova yang berjalan keluar dari dalam kamar villanya.

Entah mengapa, terlepas dari apa masalah dan masa lalu yang membuatnya memutuskan untuk bunuh diri, namun ... gadis itu merasa beruntung bisa diselamatkan oleh seorang Denova Lancelot dan kini bisa merasakan ketentraman di villa bergaya vintage yang tampak mewah ini.

~o0O0o~

Please Vote and Comment

.

.

.

Love di Udara💕

Ranne Ruby

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEART ZONE [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang