Bab 1- You

265 5 0
                                    

-- Jika dunia hanya penuh dengan manusia suci. Bukankah itu tidak menarik. Akan terasa bosan jika disaksikan, dan akan terasa muak jika terus dipermasalahkan --

* * *

Koran, majalah dan tisu berserakan dimana menempati celah-celah yang ada.

Raya menghela napas nya frustasi dia membulati besar-besar sebuah koran yang mengiklankan lowongan pekerjaan yang ada di pangkuannya saat ini.

Kepalanya tiba-tiba terasa pening dia mengurut pelan keningnya dengan salah satu tangan dilipat di sisi kanan lengan.

"Lihatlah kamarku sudah seperti reruntuhan puing-puing pesawat." Raya mengalihkan pandangannya menatap ke sekeliling kamar.

Hari ini dia benar-benar sial! Benar-benar sial karena makhluk astral bernama Gladis yang menyuruhnya untuk mencari lowongan pekerjaan di koran dan majalah untuk Gladis.

Dan lihatlah kamarnya sudah seperti reruntuhan pesawat poster Adam Lavine yang ada di kamar nya robek hancur sudah karena gadis aneh bernama Gladis yang sialnya adalah sahabatnya.

Wanita itu mengamuk dahsyat karena frustasi tidak ada lowongan pekerjaan yang cocok untuknya dan akhirnya jadilah kamar Raya sebagai korban amukan Gladis yang untung nya cepat diungsikan ketempat lain oleh para sahabatnya.

"Padahal aku mengumpulkan uang untuk membeli CD album sekaligus poster Adam Lavine yang sialnya limited edition dan memesannya menunngu selama 3 bulan itu sudah musnah"

Raya mengerang pelan dan melangkahkan kakinya ketempat hancur nya poster sang idola. Sepertinya aku harus menabung lagi'dewi bati Raya.

"Apa ini bisa di tempelkan kembali?."

"Tidak."

Raya mengalihkan pandangan ke sumber suara dengan bibir mengerucut.

Merasa di pandangi Mia mengangkat kepalanya menatap Raya dengan alis menukik.

"Aku mengatakan yang sebenarnya." sanggah Mia cepat.

Dengan dahi berkerut Raya menatap jengah pada Mia yang sedang terkikik kecil.

Dengan denyutan kecil di bibir kanannya Raya bertanya tak percaya. "Apa katamu?."

Dengan wajah innocent Mia tersenyum polos.

"Itu, tidak bisa di tempel kembali dan kau tahu? Wajahmu persis seperti hulk yang sedang mengamuk jika hulk berwarna hijau maka kamu versi berwarna merahnya." Mia menunjuk kepingan-kepingan hancur nya poster dan CD yang terbelah dua kemudian menunjuk wajah Raya yang semakin memerah menahan amarah.

Dengan kesal Raya berucap. "Kamu tidak usah banyak bicara lebih baik diam saja nanti aku akan memberikanmu ice cream 4 cone hanya untukmu."

Mia tersenyum lebar menerima penawaran sogokan dari Raya dan menganggukan kepalanya cepat.

"5 cone ya? Pluss macaron dan aku akan menutup mulutku."

Raya menganggukan kepalanya setuju lebih baik dia turuti dari pada Mia terus bicara yang menambah mood jelek nya kini. Raya merebahkan tubuhnya pada ranjang empuknya menumpukan kepala pada paha Mia yang sedang sibuk membaca majalah yang beserakan di lantai kamarnya sembari menyeruput cokelah hangat miliknya.

Raya mendengus ingin merebut gelas berisi cokelat panas yang ada pada genggaman Mia.

Dering telfon ku membuatku tersenyum di pagi hari

Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi

Entah mengapa aku merasakan hadirmu disini

Tawa candamu menghiburku saatku sendiri

Raya mendelik sebal dan bangun dari rebahannya menyipitkan matanya menatap Mia yang sedang asik bernyanyi mengikuti alunan lagu dari ponselnya dan tidak merasa terganggu walaupun sudah di plototi oleh Raya kekesalan bertambah dua kali karena ponselnya berbunyi dengan nada lagu yang sama yang sedang di nyanyikan Mia

"Dia benar-benar mengganti nada dering ponselku, oh Adam Lavine ku yang malang suara mu sudah tergantikan." gumam Raya sarkatis melihat Mia yang tidak merasa terganggu,dengan malas Raya menjawabnya.

"Siapa yang mengubah nada sambung telponku?.''Raya menatap sinis sekaligus curiga pada Mia yang masih asik menyanyi.

"Hallo Raya disini." sahutnya kencang tanpa melihat nama ID caller yang menelponnya.

Dari tempat yang berbeda Assa menjauhkan telpon dari telinganya dan melirik sekilas pada pria disampingnya.

"Bisakah kamu berbicara lebih lembut?.'' Assa berkata lembut dengan diiringi suara kesalnya .

Sejenak Raya melihat ID caller yang sedang menghubunginya, meringis pelan mengigit bibir bawahnya melotot dengan tidak percaya siapa yang menghubunginya, bagus kau Raya!

"Aku tidak tahu kalau kamu yang menelpon ku."

Di sana Assa berdehem pelan untuk menormalkan suaranya, menekan tombol speaker.

"Hm,aku hanya ingin memeritahumu bahwa Gladis sudah mendapatkan lowongan pekerjaan yang cocok untuknya,aku yang mencarikannya dan lusa nanti tolong temani dia ya? Dia bilang ingin di temani oleh ku dan kamu akan aku usahakan untuk datang jika tidak banyak pasien di rumah sakit."

"Be-begitu? Baiklah."

"Hm, aku tutup telfonnya kalau begitu sampai jumpa."

Raya melotot kesal pada ponsel di tangan nya saat dirasa sambungan line telfonnya sudah putus. "Gladis sialan! Dia sepertinya ingin balas dendam padaku."

Bagaikan sebuah keberuntungan dan tersambar petir Raya mengacak-ngacak rambut nya frustasi saat menerima kabar tadi.

Dan jika Gladis ditanya kenapa keluar dari perusahaan sebelumnya dia hanya menjawab untuk menghindar dari seseoranng dan jika di tanya siapa orang itu dia akan menangis.

Merepotkan!

Raya menggigit bantalnya gemas seolah membayangkan bahwa bantal yang di gigitnya adalah wajah Gladis dan meremas bantal ditangannya melampiaskan kekesalan yang ada dihatinya saat kini.

"Kamu kenapa?." tanya Mia melambaikan tanganya di depan wajah Raya. "Wajahmu tambah menyeramkan." tambahnya.

Raya menghentikan acara -mari menggigit dan meremas bantal-, menggeleng kan kepalanya sebagai jawaban dan melemparkan bantal ditangannya pada Mia, yang kemudian tersenyum cerah bagaikan matahari terbit ditimur

Satu tepukan lolos dari telapak mungil Raya dan menatap sekeliling kamar.

Mia memandang curiga terhadap Raya dengan gerakan samar dan cepat Mia mengambil tas nya dan diam-diam melangkah keluar dari rumah Raya karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika dia tidak cepat-cepat keluar dari sana.

"Sekarang mari bereskan kamarku, akhirnya selesai juga masalah mencari pekerjaan untuk Gladis."

Raya menoleh ke samping kanannya tak mendapati keberadaan Mia tapi mendengar suara pintu terbuka dan melihat Mia yang sedang menunduk

Membuka knop pintu. Tertangkap basah Mia mengeluaran cengiran ciri khasnya dan dengan cepat berbalik kebelakang pintu.

"Aku pulang, ibu menelpon ku." Mia menutup pintu Raya degan cepat berlari keluar dari rumah sebelum mendapat amukan Raya.

Raya menantap jengkel pada pintu yang barusan tertutup dan menghembuskan nafasya asal.

"Mereka tidak ada yang setia." gumam Raya lirih memegang dadanya dengan tangan kanan diatas.

***




Dan tolong koreksi jika ada typo

Voment nya jangan lupa ❤ bintang oren dari kalian sangat berharga.

terimakasih

#22052016

RaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang