"Absen 7, Chika Tilotami, nilai senam pramuka C-, tidak lulus...,"
Informasi yang diberitakan oleh panitia pramuka itu sontak membuat Chika yang sedang melamun-ria di dalam kelasnya terkejut. Mendapat nilai C--ditambah minus-- tentu saja menjadi masalah besar baginya. Bagaimana bisa hanya sekedar senam saja nilainya bisa sejelek itu?
"Apa-apaan, tuh?! Gak terima gue!" Chika ngedumel dalam posisinya. Mengutuk kakak panitia yang sedang berdiri di depan kelas. "Gue udah senam se-excited mungkin, tapi nilai yang gue dapet C-? Udah panas-panasan sambil keringetan tapi nilai gue masih dibawah standar lulus?! Sumpah, gila!"
Hari ini, hari Senin, jam 07.00 a.m, pelajaran pertama yang seharusnya diisi dengan upaca bendera, tapi tidak dilaksanakan karna satu halangan--benar-benar membuat hati Chika kacau. Ditambah kegalauannya yang masih belum reda mengakibatkan dirinya lepas kendali.
"Kak! Saya mau protes sama nilai saya," tanpa ampun Chika langsung berdiri dari posisinya, tak menggubris tahanan tangan Ira barusan. "Kenapa cuma nilai saya yang C-? Sedangkan saya sudah serius senamnya pas Sabtu kemarin."
Ira dan Felda hanya bisa menarik napas panjang melihat aksi nekat sahabatnya. Mereka sudah tahu benar kebiasaan Chika, kalau saja ia tidak puas dengan apa yang ia dapatkan.
"Maaf, tapi memang begitu sistem penilaiannya, Dik." Gadis ber-name tag Alvira itu langsung menyahut dengan sesabar mungkin. Walaupun Chika masih dengan tak santainya menampakan wajah garang.
"Gak, itu gak adil, dong, namanya. Kalian asal nilai itu kalo saya aja udah ngafalin senamnya seminggu, ditambah pas pramuka kemarin, saya bener-bener serius. Trus, kenapa cowo-cowo yang lain dapet B- walaupun mereka gak serius?" Chika menyanggah dengan kemarahan diubun-ubun, membuat Alvira terdiam di tempat. Hanya memain-mainkan kakinya sambil memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab kemurkaan Chika--yang notabenenya adalah adik kelas.
"Kalo memang adik gak terima. Nanti akan saya pertimbangkan dengan ketua osis."
Chika langsung melotot saat tiba-tiba saja jabatan 'ketua osis' tertangkap pendengarannya. "Lho? Ngapain bawa-bawa ketua osis coba?"
"Ya, karna--"
"Karna gue yang ngurus semua kegiatan sekolah. Kalo lo mau protes, silahkan rundingkan baik-baik di ruang osis." Sebuah suara langsung menginterupsi jawaban Alvira barusan. Membuat semua anak yang ada di kelas IPA 4 ini menoleh ke sumber suara. Dan yang membuat Chika terkejut, ketika matanya menangkap penampakan laki-laki yang ia temukan kemarin saat di mall!
"L-lo...?"
Laki-laki itu tersenyum miring. "Jadi adik kelas aja belagu. Kenapa? Lo mau maki-maki gue lagi karna insiden kemarin?"
Chika ternganga. Matanya kini beralih ke arah ketiga teman dekatnya--termasuk teman banci yang bernama Surya-- yang hanya membalas tatapan Chika dengan pasrah.
"Kak Charrel? Ini tadi ada adik kelas yang protes nilai," suara Alvira yang tengah mengadu itu seketika membuat telinga Chika panas. Matanya memincing menatap kakak kelas yang dari saat ini ia ambil kesimpulan; kakak kelas tergenit sepanjang masa!
Melihat itu saja Chika sudah ingin menendang wajahnya.
"Ya, nanti gue yang urus. Lo lanjutin aja baca nilai anak-anak yang lain." Setelah mengucapkan itu, Alvira mengangguk dan kembali melakukan apa yang Charrel perintahkan barusan. Sedangkan laki-laki itu sendiri berjalan mendekat menuju bangku Chika.
"Mau protes? Sini ke ruang osis,"
Chika yang mendapatkan kenyataan ini langsung mematung dengan segenap emosi yang meluap. Tangannya terkepal disisi tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Useless
Подростковая литератураKatanya, sih, masa SMA masa paling indah. Tapi bagaimana jika dalam masa-masa yang kata orang indah itu, malah menjadi masa ter-Ngenes buat Chika yang tiap harinya selalu saja di PHP-in?! Amazing cover by sheren-marsha