PLAK!
Tamparan keras langsung mendarat dipipi tirus yang dimiliki Charrel. Rasa panas mulai menjalar ke seluruh permukaan wajahnya, matanya seketika berair akibat sakit yang diakibatkan tangan kasar milik Chika yang menamparnya.
"Chik--"
"Brengsek! Semua cowok emang sama aja, ya? Lo kira gue percaya gitu sama tawaran lo? Kita baru kenal dan lo udah nembak gue? Hah! Dasar cowo murahan!" Chika langsung menyemprotkan kekesalannya kepada Charrel. Wajahnya memerah akibat rasa dongkol yang sudah ia pendam sedari tadi. Walaupun terkejut dengan perlakuan dan ucapan Charrel yang terbilang tiba-tiba, tapi ia tak mau terlihat lemah.
"Chik, denger gue dulu. Gue bukan cowo murahan atau apapun. Plis, bantu gue. Jadi cewe gue, Chik," Charrel kini mengendorkan cengkramannya, namun tangannya meraih tangan Chika. Mata tajamnya menatap lurus tepat ke manik mata gadis cantik tersebut.
Chika menggigit lidahnya. Menahan untuk tidak menangis.
Ya begitulah Chika. Jika ia tidak kuat menahan rasa jengkel, maka tangis adalah satu-satunya solusi terampuh untuk menenangkan hatinya.
Charrel menghembuskan napas berat. "Gue tau ini tiba-tiba dan gak masuk akal. Tapi nanti gue bakal kasi tau alasannya. Jadi, plis, gue minta tolong bantuan lo sekarang."
"Gak! Pertolongan macam apa, tuh, bantuin lo buat jadi pacar? Modus lo bener-bener basi!"
Charrel berdecak. Kini ia melangkah mundur. Gengsi yang memang telah menjiwa didalamnya kembali mengambil alih. "Lo jangan geer dulu bisa gak, sih? Yang mau modus siapa coba?"
"Lo tadi langsung nembak gue. Pake alasan itu cuma bantuan, doang. Apa itu gak modus namanya?!" Chika makin sensi, ia berkacak pinggang dan mencondongkan tubuhnya ke arah Charrel yang menjulang dihadapannya.
Refleks Charrel terkekeh oleh ulah Chika. Matanya menyipit serta senyuman dengan deretan gigi rapih tertangkap penglihatan Chika. Otomatis membuat cewe ini seketika speechless.
"Sumpah, kalo jadi orang jangan baper, deh. Kalo bukan karna ini darurat, gue gak bakal mau kali nembak lo. Lagian siapa mau sama cewe bloon, kasar, cerewet, dan childish kayak lo?"
Lamunan Chika seketika buyar ketika ejekan yang dilontarkan Charrel kepadanya itu terdengar. Hatinya terasa remuk, wajahnya makin memerah, darah sudah mengumpul diubun-ubun, giginya bergemeletuk, dan mata memicing. Empat tanduk sekaligus sudah memenuhi kepalanya.
"Terserah."
Walaupun banyak kata-kata kotor yang berontak ingin dikeluarkan. Namun hanya satu kata beribu makna itu yang pada akhirnya Chika pilih untuk menjadi jawaban atas ledekan yang Charrel berikan untuknya tadi. Membuat Charrel terdiam seketika.
"Gue mau balik ke kelas. Plis, jangan ganggu gue lagi." Setelah mengucapkan itu, akhirnya Chika berbalik badan dan dengan kecepatan super, berlari menjauhi Charrel untuk menuju kelasnya.
"Chika--" Charrel mengacak-acak rambutnya frustasi. "Chika, plis, cuma lo yang bisa bantu gue...."
***
Ira membolak-balik halaman demi halaman buku fisika. Disaat jam istirahat ini, ia sedang menemani Chika untuk makan di kantin. Sedangkan Felda dan Surya sedang di kelas--mengerjakan PR.
Ira memperhatikan gelagat Chika yang terlihat risih. Membuat ia memutar bola matanya yang belo itu.
"Chik, astaga. Lo galauin dia lagi?" Terdengar suara cempreng milik Ira, suara yang selalu berhasil membuat Chika jengkel. "Eh, kalo lo galau mulu, dia bakal seneng liatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Useless
Teen FictionKatanya, sih, masa SMA masa paling indah. Tapi bagaimana jika dalam masa-masa yang kata orang indah itu, malah menjadi masa ter-Ngenes buat Chika yang tiap harinya selalu saja di PHP-in?! Amazing cover by sheren-marsha