Chapter 1

207 35 26
                                    

Elsa melangkahkan kakinya menuju kelas XI IPS 4. Hari ini adalah hari pertamanya sebagai siswi kelas 2 SMA usai liburan semester. Dipandangnya area kelas yang ternyata masih sepi. Wajar saja karena ini masih terlalu pagi dan Elsa terlalu bersemangat datang ke sekolah hari ini.

"Woyy! Ngapain lo ngelamun di depan pintu?" teriak seseorang dari belakang yang langsung mendapat hadiah pukulan pada lengannya.

"GARVIN!! Bisa nggak sih lo nggak usah pake ngagetin gue segala!" gerutu Elsa pada sosok yang bernama Garvin, tetangga sekaligus sahabat Elsa dari kecil.

Tanpa menunggu jawaban dari Garvin, Elsa melangkah ke deretan bangku paling depan dan duduk disana. Ia mengeluarkan novel dari dalam tasnya. Nunggu kelas dimulai sambil baca novel nggak buruk juga pikirnya. Sementara Garvin menghampiri Elsa dan duduk di sebelahnya sambil mengelus-elus lengannya yang dipukul oleh Elsa tadi. Garvin memperhatikan Elsa yang sudah mulai terhanyut pada novel yang dibacanya.

"Untuk ukuran cewek ternyata pukulan lo keras juga yaa, Sa?"

Elsa melotot kesal dan kembali memukul lengan Garvin. "Untuk ukuran pentolan dan preman sekolah kayak lo, pukulan gue tadi pasti nggak ada apa-apanya ketimbang pukulan dari cowok sekolah sebelah." sahut Elsa dengan nada mengejek.

Garvin yang mendengarnya hanya tertawa dan mengacak-acak rambut Elsa. "Gue tau lo masih marah sama gue soal kemarin."

"Kalo ini soal lo yang tiba-tiba dateng ke rumah dan buat acara jalan-jalan gue sama Dimas batal, gue nggak maafin lo." Elsa masih memandang novel yang ada di hadapannya dan tak mau memalingkan wajahnya untuk menatap Garvin.

Garvin memutar bola matanya malas. "Ohh ayolah lo bisa pergi lain kali sama dia. Dia juga nggak keberatan. Lo harusnya ngutamain gue yang notabene'nya sahabat lo sebagaimana gue selalu jadiin lo prioritas utama gue."

Elsa menghela napasnya berat. Ia meletakkan novel yang dibacanya ke atas meja dan menatap lekat-lekat iris mata coklat milik Garvin. "Lo selalu jadi prioritas utama gue, Vin. Tapi lo juga harus bisa ngehargain Dimas sebagai pacar gue sebagaimana dia ngehargain lo sebagai sahabat gue."

Garvin menaikkan sebelah alisnya. "Lo minta gue hargain cowok lo berapa?"

Elsa mendengus sebal "Lo ngerusak momen serius kita, Vin. Dan itu nggak lucu." Ia kembali mengerucutkan bibirnya.

Garvin terkekeh pelan melihat perubahan raut wajah Elsa. Dari yang awalnya terlihat serius, sekarang berubah menjadi kesal. Lihat saja bagaimana cara dia mengerucutkan bibirnya. Ugh.. itu sungguh menggemaskan bagi Garvin.

"Eheemm .. mas Garvin bisa pindah nggak? Gue mau duduk sama Elsa nih. Lagian Elsa udah punya cowok kok masih aja dideketin" Rasti terkekeh pelan dan langsung diam ketika mendapat tatapan tajam dari Garvin. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Ehh .. m-maaf. Maksud gue ituu..."

"Diem lo." Sahut Garvin dingin yang memotong ucapan Rasti. Garvin merasakan sentuhan di bahu kanannya yang ternyata tangan Elsa. "Vin, jangan kayak gitu. Dia itu temen gue. Lebih baik lo pindah ke belakang, ini udah mau bel juga." Kata Elsa sembari tersenyum.

Dilihatnya ruangan kelas yang memang sudah ramai. Garvin pun berjalan ke deretan bangku paling belakang dengan ekspresi datar. Garvin memang termasuk tipikal cowok yang senang duduk di deretan bangku paling belakang. Menurutnya bangku paling belakang sangat cocok untuk tidur-tiduran dan menghindari ocehan para guru. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Bel berbunyi dan bertepatan dengan Bu Anne yang masuk ke dalam ruang kelas.

***

Suasana di kantin pada jam istirahat memang cukup ramai. Kantin SMA Cakrawala cukup luas dengan banyaknya stand makanan serta minuman yang ada di dalamnya. Banyak siswa berlalu-lalang di dalam kantin entah itu untuk mengisi perut, duduk mengobrol, melepaskan penat setelah belajar atau bahkan mencari target yang akan dijadikan calon pacar. Di tengah keramaian itu, tampak Elsa dan Rasti duduk berhadapan di meja paling pojok dari kantin.

"Gila, Sa! Garvin garang bener tadi. Nggak salah kalo dia jadi pentolan sekolah. Cakep sih cakep tapi aura intimidasinya itu nyeremin. Heran deh cuma lo doang yang selalu dikasih tatapan lembut sama dia." Cerocos Rasti yang masih kesal dengan kejadian di dalam kelas tadi.

Elsa terkekeh lalu meminum sedikit jusnya. "Garvin emang gitu sama orang yang nggak terlalu deket sama dia tapi sebenernya dia baik kok."

"Itu jawaban klise tau nggak."

Elsa menggedikkan bahunya. "Emang bener gitu kok." Ia melirik ke sekitar kantin dan menemukan sosok pria yang melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum dan dibalasnya dengan senyum yang tak kalah manis.

"Berdua aja?" Tanyanya yang langsung duduk di sebelah kanan Elsa.

Elsa menggeleng. "Sekarang bertiga sama kamu." Cengiran lebar muncul di wajah Elsa usai mengatakan itu.

Dijepitnya hidung Elsa hingga ia susah bernapas. "Kamu tu yaa kalo diajak ngomong seneng banget ngegodain aku."

"Sama pacar sendiri ini kan nggak apa-apa." sahut Elsa santai sembari melepaskan tangan lawan bicaranya yang masih bertengger manis di hidungnya.

"Kalo ada Dimas mah gue berasa kayak obat nyamuk disini ya." Sindir Rasti yang langsung dibalas dengan tawa dari Elsa dan Dimas.

Mungkin Elsa tidak menyadari betapa beruntungnya dia dikelilingi oleh Dimas dan Garvin. Mungkin juga Elsa tidak menyadari banyak gadis di sekolahnya ini yang merasa iri dan akan dengan senang hati menggantikan posisinya. Rasti juga merasakan hal yang sama, ia merasa teman yang dikenalnya dari SMP ini sangat beruntung.

Bagaimana tidak? Dua orang yang termasuk most wanted sekolah memberikan perhatian lebih pada Elsa walaupun dengan status yang berbeda. Yang satu berstatus pacar dan yang satunya lagi berstatus sahabat, tapi perhatian mereka sama besarnya. Setidaknya itu yang Rasti lihat.

Garvin dengan cap pentolan sekolah yang suka tawuran, membolos bahkan suka merokok hanya dekat dengan Elsa padahal banyak gadis di sekolah ini yang memujanya. Garvin dengan gayanya yang urak-urakan dan terkesan dingin pada perempuan selain Elsa memiliki pesonanya sendiri yang tak terbantahkan. Dan jangan lupakan bahwa Garvin juga seorang kapten tim basket yang menambah nilai plus-nya di mata gadis-gadis sekolah.

Sedangkan Dimas yang berstatus sebagai pacar Elsa adalah wakil ketua osis. Ia pintar dan juga ramah. Dimas mungkin kadang bersikap seperti anak kecil tapi ia juga memiliki wibawa dan kharismanya sendiri yang mempesona. Salah satu siswa berprestasi sekolah ini juga digandrungi oleh banyak gadis di sekolah hanya saja statusnya sebagai 'pacar' Elsa membuat banyak gadis menjadi enggan mendekati Dimas. Kenapa? Karena membuat masalah dengan Elsa sama saja mencari masalah dengan Garvin.

Elsa kurang beruntung apa lagi coba? batin Rasti

"Rasti ngambek ya?" goda Elsa sambil mengedip-ngedipkan matanya

"Auu deh gelap"

"Tapi ini kan...

"Sa, nanti malem temenin gue ke café deket rumah yaa." Kata Garvin yang entah datang darimana dan sudah duduk di sebelah kiri Elsa

"Tapi gue nanti malem ada acara sama Dimas. Lagian kemarin lo udah ngerusak acara gue sama Dimas." sahut Elsa yang tak terima

"Gue nggak mau tau pokonya lo harus nemenin gue nanti malem." Balas Garvin yang tak mau kalah

"Jangan kayak anak kecil deh, Vin. Besok kita kan bisa kesana."

Garvin berdecak kesal. "Sekarang lo pilih. Nanti malem keluar sama gue atau dia?"

"Vin..."

"Pilih gue sahabat lo yang udah nemenin lo dari kecil atau dia yang baru pacaran 3 bulan sama lo?"

"Vin..."

"Gue atau dia?"

"Vin, gue...

D.E.G !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang