Dan disinilah Elsa sekarang. Terjebak di sebuah kafe bernuansa vintage yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya. Awalnya Elsa bersikeras untuk tetap pergi bersama Dimas, namun setelah mengalami perdebatan panjang dengan Garvin akhirnya Dimas memilih untuk mengalah dan membiarkan Elsa pergi bersama Garvin malam ini.
"Sa, kita bisa pergi besok lagian kayaknya Garvin lebih butuh kamu untuk sekarang ini." Begitu kata Dimas
Dimas selalu menjadi Dimas yang baik hati. Elsa heran kenapa Dimas dengan begitu mudahnya mengalah pada Garvin. Apa karena Dimas... takut? Tapi Elsa tidak pernah melihat sorot ketakutan di mata Dimas saat ia berhadapan dengan Garvin. Tidak pernah sama sekali. Atau mungkin belum?
"Jadi lo ngajak gue kesini cuma buat diem-dieman doang, Vin?" tanya Elsa galak
"Gue cuma lagi bosen, Sa. Mendingan lo abisin aja makanan lo." sahut Garvin
"Apa lo ada masalah?" tanya Elsa hati-hati
"Nggak ada" sahut Garvin datar
Elsa mendecak kesal. "Biasanya juga lo malem-malem gini pergi sama temen-temen lo yang nggak jelas itu. Sekarang mana temen-temen lo itu?" Ia menyilangkan tangannya di depan dada.
Garvin menghentikan aktivitas makannya dan menatap tepat di kedua manik mata Elsa. "Mereka lagi persiapan buat balapan entar. Apa itu cukup buat jawab pertanyaan lo?"
"Dan kenapa lo nggak ikut?"
"Males"
Jawaban Garvin sukses membuat Elsa membulatkan matanya. "Lo nggak salah? Lo nggak pernah ngelewatin balapan apapun sejauh ini." tanya Elsa tak percaya
"Dan apa itu jadi masalah buat lo sekarang?"
Elsa menggeleng cepat. "Enggak .. enggak sama sekali. Gue lega lo nggak ikut balapan hari ini." sahut Elsa sembari tersenyum lebar. "Gue harap lo bisa berhenti ikut balapan liar, Vin. Itu bahaya dan gue nggak mau lo kenapa-kenapa nantinya."
"Gue nggak janji."
Fakta bahwa ini pertama kalinya Garvin melewatkan acara balapan itu adalah hal yang mengejutkan bagi Elsa. Beberapa tahun terakhir ini Garvin selalu mengikuti balapan dan selama itu pula Elsa selalu membujuknya agar berhenti namun tak pernah digubris oleh Garvin.
Setidaknya hari ini Garvin tidak pergi kesana dan hal ini membuat Elsa lega. Mungkin saja ini awal yang baik. Elsa tersenyum memikirkannya. Hal ini seketika bisa menghempaskan rasa kesalnya tadi. Kemudian sebuah ide melintas dalam benaknya.
Suara decitan kursi menandakan Elsa bangkit dari duduknya. Garvin mendongak dan menatapnya dengan kening berkerut.
Apa dia marah? batin Garvin
Elsa melangkahkan kakinya menuju seseorang yang Garvin ketahui bernama Pak Rudi, si pemilik kafe ini. Terlihat pembicaraan yang serius diantara mereka hingga akhirnya Pak Rudi tersenyum dan mengangguk. Hal itu tidak luput dari pandangan Garvin.
Panggung yang biasa dijadikan live music di kafe ini adalah tujuan utama Elsa. Diambilnya gitar yang berada disana. Tak lupa ia mengambil posisi duduk sebelum berbiacara.
"Hai, semua! Maaf ganggu waktu kalian sebentar. Mungkin emang nggak ada jadwal live music hari ini tapi gue mau persembahin sebuah lagu buat sahabat gue yang ada disana." kata Elsa sambil menunjuk ke arah dimana Garvin duduk. "Tapi kalo suara gue nggak berkenan buat kalian, please jangan lempar gue pake tomat atau apapun itu." lanjutnya sambil terkekeh pelan.
Sorak-sorai mulai terdengar di kafe. Garvin hanya memalingkan wajahnya. Ia menjadi pusat perhatian malam ini dan ini karena sahabat konyolnya itu, siapa lagi kalau bukan Elsa. Lalu terdengar suara petikan gitar disusul dengan suara merdu Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.E.G !!
Teen FictionKata orang, Elsa beruntung punya sahabat kayak Garvin. Kata orang, Elsa beruntung punya pacar kayak Dimas. Kata orang, Elsa beruntung dikelilingi orang-orang seperti Garvin dan Dimas. D.E.G !! Kisah kehidupan tiga remaja yang memperjuangkan cinta, m...