2. C I N T A

74 5 3
                                    

Dalam Diam

Kebanyakan cewek selalu suka menyimpan rasanya dari cowok yang ia sukai.
Berharap cowok peka akan perasaan si cewek.
Namun apa daya cowok tersebut, ia yang sama sekali tak mengerti dengan semua gerak-gerik aneh dan tingkah laku aneh si cewek.

Dan itulah yang kini Cindi rasakan, menyimpan perasaannya dalam-dalam tanpa ada niat untuk mengatakan. Malah sama sekali tak ada yang tahu tentang perasaanya ke pada cowok yang ia cintai.

Cindi menyukai Kenzo.
Cowok yang selalu jarang bicara, dingin bertubuh menjulang dengan iris mata kecoklatan tersebut.

Awal ia menyukai Kenzo adalah saat pertama kali ia pergi ke ibadah remaja. Ibadah remaja pertamanya di Manado. Ibadah yang dilaksanakan di rumah sahabat Cindi, Anes.

Saat itu, jamuan makan telah disediakan, yang lain sedang sibuk mengambil minuman dan makanan. Namun berbeda dengan Cindi yang duduk diam di tempatnya. Tiba-tiba Kenzo datang, tersenyum dan dengan ramahnya mengajak Cindi untuk mengambil minum atau makan.

Namun Cindi hanya diam, tak ada niatan untuk beranjak menuruti mau Kenzo yang berada didepannya. Pada akhirnya Cindi yang mulai merasa bosan mendengar ajakan Kenzo yang terus saja menyuruhnya mengambil minum itu kemudian berkata

"Tapi gue mau minum pake gelas lo yah, boleh?"

Kemudian Cindi menatap Wajah Kenzo yang berubah seketika. Cindi tak berharap ia diberi gelas itu oleh Kenzo. Karena Cindi melihat langsung bagaimana Kenzo mengambil gelas itu dari dapurnya Anes padahal banyak gelas yang sudah disediakan dimeja yang sekarang berada tepat di depannya.

"Nih, diminum deh" kata Kenzo sembari menaruh gelas itu didepan Cindi.

Cindi kaget, matanya membesar. Jantungnya berdegub kencang tak tentu. Semburat merah dipipinya terlihat, menambah kesan blushing malu karena Kenzo tak henti menabur senyum dipipi tirus miliknya.

Dan mulai dari situlah Cindi mulai menyukai Kenzo.

Menatap lekat Kenzo ketika ia lewat di depan rumah.
Menonton Kenzo yang sedang latihan paduan suara.
Menunggu Kenzo ketika setelah latihan.


Seperti pada saat ini.

Ia sedang ada di dalam gereja melihat Kenzo sedang latihan. Tepatnya sedang dalam latihan paduan suara bersama teman-teman lainnya.

Cindi hanya dapat menatap punggung Kenzo yang sekarang tepat berada di depannya. Sekitaran 5 kursi barulah tempat duduk Kenzo.

Sesekali Kenzo melihat Cindi walau hanya menatapnya saja. Saat Kenzo menatap Cindi, ia hanya menunduk dalam, ia takut semburat merah yang kini terpampang di pipinya yang berisi, tertangkap iris mata kecoklatan milik Kenzo. Anehnya ia salah tingkah sendiri akibat kejadian itu.
Lihatlah ia kini tersenyum berbunga-bunga sambil menatap lantai gereja ini.

Namun tak lama kemudian 3 cewek mendekat ke arahnya.
Hanya 1 orang cewek yang ia kenali. Berambut panjang lurus terurai, dress biru selutut dengan sepatu vantovel putih datar, membuatnya terlihat cantik dan anggun pada malam ini. Ia berada tepat di tengah dan diapit 2 cewek yang bisa dibilang cantik dan gemulai.

Tiara, nama cewek tersebut. Banyak teman-teman mereka bilang bahwa Tiara sedang Pendekatan dengan Kenzo. Dan Cindi juga sering melihat mereka pergi dan jalan bersama dengan begitu romantis. Tatapan memikat Tiara tak pernah lepas pandangan dari Kenzo. Namun biar begitu Cindi malah terus terpaku untuk lebih ingin mendekati Kenzo dan mendapatkannya. Ingin Cindi..

"Yuk Cin.. Kita latihan bareng, tuh coachnya aja ngajakin lo nyanyi and latihan bareng.. Yuk yuk Cin.." kata Tiara sambil menarik tangan Cindi. Cindi menatapnya dengan tatapan kesal. Siapa coba yang gak kesal kalo saingannya/Rivalnya so' so' an baik didepan orang yang kita sayang.
Kenzo kini sampai liat Tiara yang kini terlihat baik hati pake ngajak-ngajak Cindi sampe begitunya.

"Maaf Ra.. Tapi gue kesini cuman lagi jagain adek gue.." kata Cindi sambil menunjuk adiknya yang sedang bermain di sebelahnya bersama Brown-nama anjingnya. Cindi berusaha lebih ramah dari Tiara. Ia pun melempar senyum agar terlihat bahwa ia benar-benar tulus.

"Yaudah deh, gue latihan dulu yah.." kemudian Tiara pergi mengambil kursi tepat didepan Kenzo.
Dan itu membuat Cindi geram, hatinya seakan dicabik-cabik sekarang. -Ouh begitu perihnya batin Cindi sambil berusaha baik-baik saja.
Saat itu juga Cindi langsung menarik tangan adiknya untuk pulang kerumah.

Sakit itu ketika orang yang kita cintai melihat orang lain dengan tatapan yang manis dan kita hanya bisa menatapnya dengan hati yang menangis menahan sakit.

Boleh kah Cindi berharap bahwa Kenzo memiliki perasaan yang sama padanya, namun tingkah aneh Kenzo didepannya seakan membuktikan itu semua, salah.


***


Ada yang aneh dengan Cindi malam ini, bukankah seharusnya Cindi senang karena bisa melihat Kenzo tadi di gereja.
Seharusnya begitu...

Namun Cindi malah semakin resah menunggu selesainya Latihan Paduan suara yang diikuti Kenzo.

Beberapa saat kemudian Cindi mulai mendengar riuh-riuh keributan dari luar rumahnya, segera ia keluar dari kamarnya dan menatap Jendela rumahnya, tempat yang selalu ia pakai untuk melihat Kenzo.

Ia melihat semua teman-teman Kenzo sudah keluar dan beranjak pulang. Namun ia tak melihat batang hidung Kenzo sekalipun.

"Ken.. Please lewat dong, gue kangen banget.."batin Cindi yang kian merindu.

Sungguh hati Cindi merasa sesak, ia semakin merasa sesak hingga rasanya seperti sulit bernafas. Anehnya Cindi terus melihat keluar dari jendela, entah apa yang ia ingin lihat lagi yang pasti Kenzo tak dapat lagi ia temukan kini.

"Tuhan, gue janji kalo dia gak lewat dan gue gak lihat dia lagi malam ini, gue akan berhenti mencintainya dalam Diam. Gue akan berhenti, Tuhan" batin Cindi berdoa, ia kini menutup matanya lekat-lekat, sembari menautkan kedua tangannya.

"Brreemmm"

Saat Cindi membuka Matanya.

Deg

Saat itu pula ia melihat Kenzo yang sedang mengendarai motor bersama seorang temannya.

Kini hati Cindi berteriak kesenangan, serasa hatinya sedang berpesta Ria karena begitu bahagianya, karena ia dapat melihat Kenzo. Dan janjinya seakan musnah tertelan angin.

Cindi pun berbalik beranjak dari depan jendela dan kemudian memasuki kamarnya dengan senangnya.

"Gue gak tau, gak tau bagaimana cara gue berhenti mencintai lo dalam diam. Gue hanya tau, terus mencintai dengan cara gue, membahagiakan lo dengan cara gue.. Walau harus dengan cara memendam dan diam begini. Gue sayang banget sama lo, Ken. Biarin gue cintai lo dengan cara gini yah..please.."
Batin Cindi sambil mencoba menutup matanya dan kemudian bermimpi indah.

End


"Mencintai dalam diam memang menyakitkan, namun lebih menyakitkan jika berhenti mencintai"


Gewind's Note :

Semoga suka yah sama cerita ini..
Bye see you next Story

Copy right © GewindGerace 2016

C I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang