7. C I N T A

22 1 0
                                    

"PHP"
(Pemberi Harapan Palsu)


"Nadin pingsan lagi?" Tanya Gewind pada seseorang yang tak ia kenali. Seseorang itu mengangguk, membuat jantung Gewind berlarian didalam sana. Rasa takut kini menyerangnya, dengan sangat cepat ia berlari menerobos kerumunan diujung jalan pertigaan.

"Din.. Din.. bangun dong.." katanya disela-sela nafasnya yang masih memburu.
Gewind menggenggam tangan Sahabatnya itu dengan erat. Tangan Nadin sangat dingin dan mukanya terlihat pucat.

"Lo semua kenapa cuman diem... angkat dong!!" Teriak Gewind yang masih dengan nafas ngos-ngosannya.

Lelaki yang mengerumuni Nadin sejak tadi pun langsung mengambil ancang-ancang untuk mengangkat Nadin.

Saat Gewind melangkah mengikuti gerombolan lelaki yang mengakat sahabatnya itu. Sebuah tangan menggenggam erat pergelangannya.
Gewind segera berbalik dan melihat pemilik tangan yang menggenggamnya.

"Nadin pingsan Ram, jadi please... jangan bahas masalah apapun sekarang!" Bentak Gewind kasar, Rama menatap Gewind sendu. Dengan cepat Gewind melepas genggaman tangan Rama secara paksa. Dengan helaan nafas berat Gewind segera berlari dengan cepat menuju gerombolan orang-orang yang menggotong sahabatnya yang pingsan tadi.

Seketika ia pun mengingat perkataan Nadin sewaktu ia di sekolah.
Gue gak tau Wind, tapi gue sayang dia, lebih dari gue sayang pacar gue sendiri.
Langkah Gewind melambat, hatinya serasa teriris. Ada getaran rasa yang tak ia mengerti. Bukan, mungkin bukan karena ia kini melihat Nadin telah sadar dari pingsannya tadi.

Langkah kaki Gewind kemudian mendekat ke arah Nadin yang tengah duduk terengah, ia mulai tersadar namun nafasnya masih memburu memberi pasokan udara untuk paru-parunya itu. Perasaan Gewind masih saja aneh, kata-kata Nadin masih saja menggelega didalam fikirannya.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Gewind, ia pun berjongkok di depan Nadin, sambil mengelus rambut Nadin lembut.

Nadin tersenyum kecut, ia berusaha duduk tanpa bersandar, Gewind yang melihatnya pun membantunya untuk duduk. Nadin menghela nafasnya berat.
"Gue baik kok Wind" ucapnya lemah, matanya ia tutup dalam, seakan mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ia jatuh pingsan. Gewind menghela nafas legah, setidaknya jawaban Nadin yang mengatakan ia baik, dapat sedikit membuat bebannya hilang.

"Rama, mana?" Tanya Nadin dengan suara melemah, mata sayunya masih sedang mencari keberadaan seseorang dibalik kemurunan yang mengelilinginya.

Seketika Gewind merasa kaku, tangannya gemetar, dan hatinya serasa sesak. Dengan helaan nafas panjang, ia pun berusaha menemukan Rama diantara kerumunan orang-orang tersebut. Namun sayang, sosok yang ia cari tak dapat ia temukan.

"Dia udah pulang kali yah, padahal gue mau bilang sesuatu Wind" jelas Nadin, sambil tersenyum kecut. Wajahnya yang terlihat sangat pucat, membuatnya sangat terlihat lemah. Gewind pun meminta tolong pada seseorang di kerumunan itu untuk mengantar Nadin pulang ke rumahnya.

***

Jika lo sadar semua yang lo perbuat salah, jangan hindar terus ngilang Ram. Masalah gak bisa diselesain kalo lo sembunyi kayak gini.

Batin Gewind berkicamuk, fikirannya masih saja mengatur kata yang akan ia ucap kepada Rama atas semua kejadian tak masuk akal ini. Entah kenapa Gewind merasa semua ini salah, dan harus secepatnya di selesaikan. Namun Gewind seakan ingin memarahi Rama dengan keras, bagaimana tidak, Rama adalah akar dari masalah ini, dan sekarang ia seakan ingin sembunyi dari kenyataan yang memang harus ia terima.

C I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang