Bab. 2

61.3K 1.9K 63
                                    

Hari minggu, Elysia menepati janjinya. Ia menjemput Kyna jam sembilan pagi, membawa wanita itu ke sebuah cafe yang bernuasa manis.

Mereka memesan sepiring pancake, puding untuk pencuci mulut dan mocca untuk menemani sarapannya.

Sambil menunggu pesanan datang, Elysia sibuk menatap wajah Kyna lekat-lekat. Sembari tanganya bergerak pelan secara wajar mengengam tangan Kyna.

"Waa.. kukumu cantik Kyna, ke salon nail art mana? Boleh donk ajak-ajak lain kali." Ucapnya bersemangat, membuat sentuhan kecil itu tampak normal dengan sengaja membicarakan tentang riasan kuku Kyna yang memang selalu indah terawat.

Kyna tertawa kecil, memberi respon yang baik. "Nail art house di matahari mall. Aku biasanya seminggu sekali ke sana, hari sabtu."

"Oke. Sabtu aku jemput sepulang kerja ya, habis dari salon kita pergi shopping!"

"Boleh.. Boleh, kebetulan aku juga mau cari sepatu." Balas Kyna antusias.

Kemudian keduanya mengobrol dengan bersemangat, seolah-olah telah bersahabat lama. Sama sekali tidak ada tanda-tanda keberatan dengan tangan mereka yang masih saling bertautan bahkan setelah pesanan mereka tiba di meja.

"Silakan pesanannya mbak.." Ucap seorang pelayan wanita sembari menata piring dan alat makan.

Reflek dengan kikuk, tautan tangan itu terlepas. Kyna buru-buru mengambil garpu dan pisaunya, berpura-pura sibuk dengan pancake yang terlihat nikmat dengan toping madu dan es krim. Namun diam-diam Kyna mencari kesempatan melirik ke arah Elysia.

Elysia yang sadar diperhatikan oleh Kyna menyunging senyum andalanya, senyuman yang disukai Kyna. Matanya mengunci pandangan Kyna saat secara tidak sengaja keduanya saling tatap.

Tidak ada yang berkedip sama sekali, jarak meja bundar berdiameter lima puluh cm itu seolah tidak nyata. Kyna bahkan berani bersumpah bisa mendengar suara deru napas Elysia, indra penciumanya seolah menjadi tajam. Mampu menghirup segarnya aroma jeruk dari hair spray yang Elysia pakai.

Bagitu juga dengan Elysia yang terpikat oleh aroma melati dari parfum yang Kyna pakai, tangannya perlahan bergerak pelan menyematkan anak rambut Kyna yang berjatuhan ke telinga wanita itu.

Memberanikan diri, Elysia mengusap tulang pipi Kyna mengunakan punggung tangannya, waktu terasa berhenti bagi mereka. Terlebih saat Kyna memejamkan mata dan menikmati sentuhan kecil dari Elysia. Kepercayaan diri Elysia naik drastis, ia mulai yakin bahwa perasaannya akan di balas oleh Kyna.

Senyuman manis mulai merekah di bibir Elysia, "Ayo makan, habis itu pikirkan mau kemana." Ucap Elysia, berusaha terdengar berminat.

Padahal mereka berdua sama-sama tahu bahwa tidak ada lagi yang merasa lapar. Namun mereka tetap menyantap sarapannya perlahan, dalam diam sambil menikmati wajah lawan bicaranya, bukan makan yang tengah mereka kunyah.

"Aku mau main ke rumah kamu boleh?" Tanya Kyna memberanikan diri, sebab ia merasa kalau Elysia tengah memberinya lampu hijau.

Tentu saja Elysia setuju, dengan wajah berbinar-binar Elysia mengangguk. "Aku tinggal sendiri sih, jadinya rumahku agak berantakan. Kalau kamu tidak masalah dengan itu ayok saja."

Batin Kyna langsung menjerit-jerit bahagia, membayangkan menghabiskan hari berdua saja di rumah Elysia. Walaupun wajahnya masih saja datar, tapi ia sungguh merasa amat bahagia saat ini.

"Nanti aku bantu kamu beres-beres." Janji Kyna.

Elysia kembali tersenyum, kemudian menyuapinya pancake miliknya yang bertoping oreo dan coklat. "Buka mulutmu Kyna.."

Kyna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang