Minggu pagi yang harusnya Kyna habiskan dengan rencana yang ia susun bersama dengan Elysia malah berakhir suram.
Kyna sendirian di rumah yang selalu nyaris kosong, ia duduk di teras memandang lurus ke arah jalan. Pikirannya mulai berkabut, memikirkan kemungkinan bisa memiliki Elysia kembali. Namun di satu sisi ia merasa bersalah telah melukai hati wanita itu.
Dipejamkannya mata, mencoba menenangkan diri, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. Akhirnya Kyna menyerah, dengan cepat ia menyambar kunci motor dan jaket, memutuskan untuk pergi jalan-jalan saja.
Namun setelah dua jam berkendara tanpa tujuan, akhirnya Kyna memutuskan untuk meminta maaf pada Elysia. Ia pun menghentikan motornya tepat di halaman rumah wanita kelahiran solo itu, dengan gugup Kyna mengetuk pintu rumah Elysia.
Tak lama, pintu terbuka..
Mempertemukan kedua insan sejenis itu, Elysia terkejut. Sedangkan Kyna tersenyum tipis. "Aku mau bicara.." Ujar Kyna.
Elysia tampak sedikit keberatan, namun ia tetap bersikap sopan dengan melebarkan pintunya, mempersilakan Kyna untuk masuk.
Kali ini tidak seperti biasanya, Kyna tidak langsung bermalas-malasan, melainkan sibuk menatap gerakan cekatan Elysia yang tengah membuatkannya segelas jus jeruk peras. Minuman kesukaan Kyna, bahkan saat sedang marah pun Elysia masih saja ingat untuk membuatkan Kyna minuman merepotkan itu.
"Jadi, kamu mau ngomong apa?" Tanya Elysia tanpa berbasa-basi seraya meletakan jus jeruk itu dihadapan Kyna.
Kyna terdiam sesaat, ragu-ragu ia melirik wajah Elysia yang datar, lalu turun ke tangan wanita itu yang terlihat resah memainkan kukunya.
Saat itulah Kyna sadar bahwa bukan hanya ia yang tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam, Elysia juga demikian dan itu karena sifat pengecutnya.
"Aku mau minta maaf Ely.." Ujar Kyna kemudian.
Elysia menghela napas lelah. "Cukup Kyna, aku nggak mau mendengar kata maaf terus. Tidak masalah kalau kamu menolak ku, aku tidak marah. Aku mengerti kalau tidak semua wanita menyukai sesama jenisnya." Balas Elysia.
Buru-buru Kyna mengelengkan kepalanya. "Bukan begitu Ely!" Diremasnya tangan Elysia seraya menatap dalam-dalam mata Elysia. "Aku minta maaf karena menjadi pengecut, minta maaf karena lari saat kamu menawar sebuah hubungan yang aku dambakan." Sambung Kyna, mencoba meluruskan kesalahpahaman mereka.
"Aku sayang kamu Elysia, tapi aku takut hubungan kita tidak akan bertahan lama. Aku belum berani come out Ely, aku juga sama kayak kamu." Lanjut Kyna.
Kini senyuman mulai merekah di bibir tipis itu, raut wajah datar Elysia berubah cerah seketika. "Jadi kamu mau jadi milik aku? Mau memberikan hati kamu buat aku?" Tanya Elysia mengebu-gebu.
Melihat reaksi Elysia, wajah Kyna memanas, reflek ia menundukan kepalanya. "Iya, ayo berusaha sama-sama." Jawab Kyna yakin.
"Terima kasih Kyna, aku bahagia banget.." Detik berikutnya Kyna mengembuskan napas lega, merasa puas dengan keputusannya kali ini. Sementara Elysia memeluknya erat, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan yang Kyna berikan padanya.
Tidak ada kata-kata yang mampu mengungkapkan perasaan mereka saat ini, yang jelas suasana sedih semalam telah lenyap tergantikan oleh hangatnya pelukan mereka.
Setelah berpelukan cukup lama, Elysia memberanikan diri mencium Kyna. Ciuman lembut nan hangat dengan segera menyapu permukaan bibir Kyna. Mulut Elysia bergerak pelan melumat dan mengigit bibirnya, meninggalkan sensasi lembab yang memabukkan.
Kyna mendesah, merasakan nikmatnya lumatan-lumatan kecil itu. Juga sensasi panas saat dadanya diremas oleh Elysia.
"Eng.. Ely.." Lirih Kyna tidak fokus, matanya menatap berkabut pada Elysia yang tidak kalah kehilangan akal juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyna [END]
ChickLitKyna Lucette, seorang wanita pekerja kantoran yang sudah lama bergelut dalam kebimbangan antara mencoba menjadi normal atau membuka dirinya. Akhirnya memilih untuk mengakhiri usaha menjalin cinta dengan Frans yang telah ia pacari selama setengah tah...