-Before-

2.5K 37 2
                                    

Happy reading! :)

3 tahun yang lalu~

"Pokoknya aku gak mau!!" Ucapku sambil tersedu-sedu.

Aku sangat terkejut saat itu ayahku mengatakan kalau aku diharuskan untuk masuk pesantren. Aku sangat tidak ingin masuk ke tempat itu. Sangat sangat tidak ingin. Rasanya aku ingin pergi dari rumah kalau ayahku tetap memaksakanku saat itu.

Aku tidak siap untuk berpisah dengan keluargaku saat ini. Aku masih ingin berada di dekat mereka. Aku tidak ingin jauh dari mereka.

Namun, ayahku masih keras untuk memaksaku untuk masuk ke tempat itu. Dan sampai akhirnya aku mengucapkan sebuah kalimat yang sangat terpaksa aku katakan.

"Yaudah kalo gitu nanti aja pas SMA." Ucapku dengan nada lemah.

Dan ternyata ayahku menyetujuinya begitu juga ibuku. Ibuku ternyata mendukung niatan ayahku saat itu. Dan hampir seluruh keluargaku menyetujuinya.

☆☆☆

Februari 2016~

"Kakak mau pesantren mana?" Tanya ayahku.

"Terserah." Ucapku datar.

"Yaudah kalo gitu di Gontor Putri aja ya." Ucap ayahku semangat.

Aku terbelalak ketika mendengar perkataan ayahku itu. Kalian tahu Gontor Putri kan? Yang berada di Mantingan, Jawa Timur. Dan itu sangat jauh dari kediaman ku saat ini. Depok, Jawa Barat.

"Gakk!!! Gak mauuu!!" Bantahku dengan suara yang sedikit melengking.

"Di sana bagus loh kak!" Seru ibuku.

Aku hanya mendengus kesal. Apa mereka mau jauh-jauh dari putrinya yang menyebalkan ini?

"Pokoknya gak mau!! Kalo mau nyari pesantren ya jangan yang jauh-jauh!" Ucapku sambil menatap tajam mereka.

"Yah kalo deket mah gak enak kak, mending sekaliam jauh!" Ucap ayahku santai.

"Apaan sih!! Di sini juga banyak pesantren, ya masukin aja yang deket jadi pulangnya gampang!" Ucapku setengah kesal.

"Eh gak gitu dong! Kalo deket kamu bisa pulang! Mending yang jauh jadi gak bisa pulang." Ucap ibuku dengan nada meledek.

"Apaan sih! Pokoknya aku gak mau yang jauh!" Ketusku lalu masuk ke kamar.

Aku sangat kesal saat ini. Kupikir mereka sudah lupa akan perkataanku tiga tahun lalu. Karena mereka tidak pernah membahas soal ini sebelumnya.

Selama aku mengatakan soal itu, mereka tidak pernah menggubrisnya sama sekali. Dan ternyata salah. Sepertinya mereka sudah merencanakannya diam-diam.

'Kakk, sinii!' Teriak ayahku dari ruang tamu.

Aku sangat malas keluar dari kamarku. Karena aku tahu. Pasti mereka ingin memberikanku pilihan pesantren.

"Apa sih?!" Gerutuku ketika menghampiri ayahku yang tengah asik memandang layar laptopnya.

"Sini deh, nih ada pesantren di Ciawi, kebetulan juga tempat anaknya temen abi, lihat deh enak di situ kak!" Seru ayahku antusias.

Aku hanya menghela nafas sambil memutarkan bola mataku. Pesantren lagi pesantren lagi.

"Bagus kan? Hmm besok kita ke sana ya, survey mana tahu kamu nyaman!" Seru ayahku.

Aku hanya mengangguk malas. Entah kenapa ketika menghadapi ayahku yang terkadang emosinya meluap membuatku kadang gemetar takut di dekatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Anak PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang