Pen

136 7 1
                                    

Kelas seketika hening, karena baru saja bel pergantian pelajaran berbunyi. Para murid di dalam kelas segera mengeluarkan buku pelajaran yang akan mereka dipelajari selanjutnya, yaitu Matematika.

Ya, Matematika, selain pelajarannya yang menakutkan, gurunya pun dua kali lebih menakutkan. Itu alasan mengapa tidak ada satu pun murid yang bersuara.

Di setiap pelajaran Matematika, semua murid berharap agar gurunya tidak akan masuk ke dalam kelas untuk mengajar. Namun sayang, Bu Tika sang guru Matematika sama sekali belum pernah absen tidak hadir dalam mengajar.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dan semua tatapan para murid tertuju pada pintu itu, dan seketika Bu Dita, guru piket, masuk ke dalam kelas.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi bu." Jawab para murid serentak.

"Hari ini Bu Tika tidak hadir dikarenakan anaknya sakit, jadi Bu Tika memberikan tugas untuk kalian mengerjakan soal dibuku paket halaman 157-160. Kalau sudah, tolong ketua kelas untuk mengumpulkan tugasnya dan simpan diatas meja Bu Tika ya." Setelah mengatakan itu, Bu Dita pun langsung keluar dari kelas.

Seketika suasana kelas pun riuh, semua murid merayakan kesenangan mereka dengan bersorak soray.

"Woah, merdeka banget tuh guru gak masuk!" Ucap Adit, sahabat Alan.

"B aja." Hanya itu respon dari Alan.

"Jawaban anak rajin mah beda."

"Y aja."

"Tai!"

Kemudian Alan lanjut mengerjakan tugas yang tadi diberikan. Tak lupa, earphone yang hampir 95% rusak itu menepel ditelinganya. Alunan musik Rock n Pop dari sebuah band Blink 182 terus menemani Alan dalam mengerjakan tugas.

"Yaelah pulpen gue ngadet lagi, kayanya tintanya abis nih." Gerutu Alan disela-sela pekerjaannya, dan ternyata tinta pulpennya habis.

"Eh dit, minjem pulpen lo dong?" Pinta Alan.

"Yah gue cuma bawa satu bro, itu juga dipinjem Edo."

"Minta-minta sama Edo, bilang pulpennya mau gue pake. Gc!" Perintah Alan kepada Adit. Walaupun mereka sudah bersahabat dari kecil, tetap saja Adit selalu tunduk apa kata Alan.

"Kata Edo tintanya abis bro."

"Ah bangke."

Kalau sudah begini gairah Alan untuk mengerjakan soalnya pun seketika sirna, pasalnya Alan sama sekali tidak mempunyai pulpen lagi. Sebenarnya bisa saja Alan meminjam pulpen dari salah satu teman wanitanya, namun teman wanita pasti tidak akan mau meminjamkan pulpennya kepada Alan karena Alan adalah biang dari semua kasus hilangnya pulpen. Jika Alan sudah meminjan pulpen, pasti akan hilang dan entah kemana perginya.

Alan melirik ke samping tempat duduknya, disana terlihat ada dua pulpen yang tergeletak diatas buku milik Agnes. Yang satu berwarna hitam polos dan yang satu lagi berwarna pink bergambarkan boneka beruang. Alan berniat untuk meminjam salah satu pulpen itu, niat pertama Alan adalah meminjam yang berwarna hitam, tetapi jika diingat-ingat tadi Alan sempat melihat kalau Agnes memakainya, berarti ini adalah pulpen kesayangan Agnes jadi dengan sangat terpaksa ia meminjam yang berwarna pink itu, lagi pula ia hanya menggunakan untuk mengerjakan 3 soal saja.

Baru saja Alan ingin meminjam pulpen itu, Agnes ternyata sudah beranjak dari tempat duduknya, sepertinya ia ingin ke toilet.

"Nes, gue minjem pulpen lo yang ini ya?" Pinta Alan sambil mengangkat pulpen berwarna pink itu.

"Iya iya pake aja, Lan." Jawab Agnes tanpa menatap Alan atau pun melihat apa yang Alan lakukan. Karena sepertinya Agnes terlihat kebelet pipis.

Setelah tugas sudah selesai dikerjakan, ketua kelas memberi perintah untuk mengumpulkan bukunya kedepan meja guru.

Alan & GhinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang