Prolog.

120 8 0
                                    

"Mi yeon, ada ingin aku bicarakan." Ucap Jungkook, ia menatap tanah yang berada dibawahnya.

Dia Jeon Jungkook. Seorang lelaki yang memegang peran sebagian besar dalam hidupku. Kami sudah menjalin hubungan ini selama 5 tahun. Sejauh ini hubungan kami baik-baik saja, jarang sekali ada pertengkaran antara kami, kurasa kami sudah sama sama dewasa dalam menangani masalah  sekecil apapun dalam hubungan ini. Kami saling memahami dan mempercayai satu sama lain. Dia telah mengajarkanku merasakan cinta dan sayang setelah kepergian kedua orang tuaku. Tapi entah mengapa pillar cinta diantara kami hancur setelah dia mengatakan hal yang tidak mudah dicerna untuk waktu yang singkat ini.

"Dari tadi aku lihat kau diam menatap kebawah terus? Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan Jungkook?"

"A..aku ingin mengakhiri hubungan ini." Jelasnya singkat.

"Ap..apa yang kau bicarakan? mengapa tiba-tiba?" Mataku memanas, aku merasakan buliran air mata ini perlahan keluar dari mataku, aku sangat mencoba mencerna kalimat yang keluar dari mulut Jungkook.

"Ayolah Miyeon! Bukankah yang kukatakan tadi sudah Sangat jelas!ha! Aku tidak ingin melanjutkan hubungan ini! Aku ingin mengakhiri nya!" Jungkook menyentakku.

Aku menatapnya, mencari kebohongan dari kedua mata amber milik lelaki yang sangat aku cintai selama ini, dan berharap yang dikatakannya adalah sebuah candaan. Akan tetapi yang aku dapatkan adalah sebuah kejujuran dari Jungkook.

"Bolehkah aku tahu alasan kau mengatakan ini semua? Sejauh ini hubungan kita baik baik saja kan? Bahkan kau bilang ingin menikah denganku dalam waktu dekat." Aku memegang erat lengan Jungkook.

Berharap ia menjelaskan alasan dari semua ini. Rasa sesak didadaku perlahan muncul melihat dia memalingkan wajahnya dariku. ternyata rasanya sesakit ini, melihat orang yang kucintai perlahan menghancurkan pillar kepercayaan yang sudah 5 tahun kami bangun bersama. Lalu apa yang harus kulakukan? Bukankah sangat sulit mempertahankan orang yang ingin lepas dariku? Tapi mengapa aku masih berharap ini semua hanyalah kebohongan.

"Sudahlah! Tidak ada alasan apapun, Itu semua sudah tidak penting lagi!" Jungkook melepas genggamanku dan berdiri berjalan perlahan pergi meninggalkanku.

"Penting atau tidak pentingnya sebuah alasan dalam pikiranmu. Itu tetap saja alasan untukku!" Teriakku tak tertahankan. Persetan dengan orang-orang ditaman ini yang sedang menatap kami heran.

"Kau ingin tahu alasannya bukan?" Jungkook melihatku mendengus geli dan menghampiriku.

"Kau tahu? Aku bosan denganmu! Aku sudah muak denganmu! Aku sudah muak dengan dramamu ini! Sudahlah lupakan semua tentang kita. Ini sudah berakhir Miyeon!" Suara Jungkook seperti sebuah petir yang menyambarku. Entah dari kapan aku sudah menangis dihadapannya. Aku tidak bisa menahan rasa sesak ini yang bertubi tubi datang.

"Dan satu lagi Miyeon. Anggap saja selama ini aku tidak pernah ada dalam hidupmu!" Jungkook benar-benar pergi meninggalkanku. Aku mematung. Semua kemarahan, kekecewaan yang ada dalam pikiranku tiba tiba menghilang. Pikiran dan hatiku kosong, aku mencoba memeluk diriku sendiri, menguatkan diriku sendiri.

"Tenanglah Miyeon, ini semua akan berlalu. Saat ini dia hanya masa lalumu. Aku terlalu bodoh untuk kasih perasaanku ini untuknya, kini apakah aku bisa bahagia?" Ucapku pada diriku sendiri.

Awalnya taman ini menjadi saksi Jungkook menyatakan perasaanya padaku, tapi untuk sekarang taman ini menjadi saksi kehancuranku. Dia pergi, dia sudah bukan lagi lelaki yang berperan penting dalam hidupku lagi. Dia pergi bersama dengan semua kenangan indah kami selama 5 tahun ini. Aku berdiam diri dan mencoba untuk membenarkan apa yang telah terjadi. Kilasan demi kilasan memori indah kami berdua terlintas di pikiranku, akhirnya kilasan itu berganti dengan kenangan buruk yang jika diingat kembali sangat menyakitkan. Senyuman dari wajahnya yang tampan, tatapannya yang selalu menghangatkanku,  ketulusan hatinya, perlakuannya, perhatiannya semua seakan berputar kembali.

Sejak kejadian itu Miyeon yang dulu benar-benar mati. Miyeon yang saat ini kalian lihat berbeda dengan Miyeon 2 tahun yang lalu. Miyeon Dingin, yang lupa caranya tersenyum dan bahagia, yang menjauh dari kerumunan orang, dan selalu menyendiri. Jika ada moment yang mengingatkanku padanya rasanya masih sama, sama-sama sakit saat pertama kali merasakannya, padahal sudah 2 tahun berlalu. Singkat bukan? Aku bukan masih mencintainya, tapi menyatukan hati ini yang telah hancur sangatlah tidaklah mudah. Hati ini jika dibuka kembali masih sangat perih dan inilah kenyataan yang terjadi.

Melewati selama 2 tahun ini tidaklah mudah, dan sudah kuputuskan untuk tidak membuka hati ini untuk siapapun lagi. Selama ini rasa trauma dan takut terus bermunculan jika ada lelaki yang mendekat kepadaku. Ketakutan ini terus datang seperti hantu, aku hanya takut jika aku sudah bersusah payah menyusun kembali hati ini hingga utuh dan nantinya akan ada yang menghancurkannya kembali jika aku membukanya.

He's Back.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang