Stupid Feeling

9 2 0
                                    

Aku membanting tubuhku ke kasur lalu menenggelamkan wajahku di bawah bantal, bagaimana bisa aku sebodoh ini! rasanya dunia ku runtuh saat itu juga. Aku menangis di bawah bantal berusaha agar tak ada seorang pun yang mendengar aku menangis saat ini.

Katakan aku bodoh karena bisa bisa nya menyukai sahabat ku sendiri! tapi mana bisa aku menahan rasa ini jika dia selalu ada dan terlihat baik di depan ku?

Aku memujanya bagai dewa dan menyanginya bagai berlian, begitu indah sampai aku takut menyakitinya, tapi dia yang ku perlakukan begitu malah menyakiti ku dengan kata-katanya yang tajam bagai pisau.

"kamu sahabat terbaik untuk ku"

Bukan, bukan dia yang salah. Tapi aku yang salah karena mencintai dia. Yang jelas sahabatku dan kekasih kakak ku sendiri. Rasanya nasib ku terlalu buruk.

"aku menyayangimu, kamu adalah sahabatku"

Aku mengutuk rasa cinta ini! rasanya sakit, sangat sakit sampai aku tak kuat lagi menahannya, berusaha menahan ego ku hanya untuk kebahagian mereka-Azka dan Raina- Sahabat dan kakak ku sendiri.

Kalau ku turuti ego ku maka seharusnya aku merebut azka dari raina, karena memang seharusnya begitu. Aku yang mengenal Azka dahulu! Aku yang menyukai azka lebih dulu! Bukan raina! Tapi rasanya begitu kejam jika aku harus memusnahkan kebahagian mereka.

Raina adalah kakak terbaik yang ku punya, dan Azka adalah sahabat ku satu satunya. Aku menyesal mengenalkan Azka pada raina jika aku tau raina lah yang akan menjadi milik Azka.

*****

Paginya aku bagun dengan rasa lelah di sekujur tubuhku. Aku baru tahu patah hati bisa melelahkan.

Suara ketukan dari pintu kamarku membuat aku terduduk di kasur. "Masuk!"

Raina masuk dengan senyum keibuan di wajahnya, Aku merasa bersalah hanya dengan melihat wajahnya. "maafin aku fan" ujarnya duduk di sebelahku.

Mendengarnya berkata seperti itu membuatku kesal.

"kalau seandainya aku tau kamu mencintai azka, maka aku seharusnya mengalah padamu"

Ucapannya semakin membuat ku kesal dan marah, tapi aku hanya menatap lurus tanpa menoleh kearahnya.

"Akan ku berikan azka untukmu"

Mendengarnya sukses membuat ku berdiri dari duduk ku, tanpa melihatnya aku sudah tahu kalau dia menagis. Tapi aku tak butuh di kasihani! kalau memang dia mencintai azka maka dia harus menjaganya bukan malah memberikannya padaku!

"Aku minta maaf jika selama ini aku menyakiti persaanmu" Cih!

"keluar dari kamarku!" Aku berbicara datar padanya, mengusirnya adalah pilihan terbaik saat ini, tak peduli dia yang menatapku dengan tatapan iba. Aku tak butuh di kasihani!

"keluar dari kamarku raina!!!!" Aku berteriak ke arahnya, ia hanya menunduk lalu berjalan keluar dari kamarku dengan air mata yang berlinang.

Setelah kepergian raina barulah aku manangis sejadi jadinya. Aku memukul dadaku berusaha mengenyahkan perasaan sialan yang menyelimuti hatiku. Aku Tak tahan jika Patah hati bisa sesakit ini. Harusnya ku enyahkan perasaan sialan ini!!!

Ku putuskan untuk mengguyur kepalaku dengan air dingin agar menyegarkan otak ku.

Setelahnya aku beranjak menuju ruang utama tapi langkahku terhenti saat melihat azka duduk disana menatapku dengan tatapan kecewa. Seharusnya aku yang kecewa bukan dirinya! tak ku hiraukan dia lalu aku menuju mobilku yang terpakir di depan rumah.

"Fany kita perlu bicara."

Suara azka mengentikan langkahku saat tanganku sudah sampai di handle pintu mobilku. Aku menatap wajahnya datar, "tidak ada yang perlu dibicarakan, jangan mencoba bertemu dengan ku lagi." aku segera masuk ke dalam mobil lalu melaju meninggalkan nya mematung di sana.

*****

Aku memberhentikan mobilku mendadak saat sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan mobilku. Pemilik mobil itu keluar dan menggedor kaca mobilku dengan keras. Tanpa menoleh aku juga sudah tau siapa dia.

"Fany! kita perlu bicara."

Aku membuka pintu mobilku lalu keluar, melihat dia yang seberantakan ini membuat aku semakin merasa bersalah telah memiliki perasaan bodoh ini.

"Apa?" Aku bertanya dingin kepadanya.

"Aku minta maaf" ujarnya berusaha menggenggam tanganku, tapi aku langsung menempisnya.

"Kalau aku tau perasaan mu lebih awal, maka mungkin... mungkin semuanya bisa berubah"

Ucapannya membuat ku tertawa miris.

"Aku menyayangimu fany" Kata kata ini bagai suara merdu di telingaku dulu tapi sekarang bagai bom atom di telingaku.

"sebagai sahabat" ucapku meneruskan ucapannya. Azka menatapku sedih, memang seharusnya semua orang yang tau ceritaku pasti menganggapku menyedihkan.

"Aku minta maaf" ujarnya pelan.

"bukan, seharusnya aku yang minta maaf. Tidak seharusnya aku memiliki perasaan ini, kamu sahabatku seharusnya aku tidak berharap lebih padamu. Aku yang salah, aku seperti berusaha menghancurkan kebahagiaan kalian" Aku tak tahan lagi, Ku biarkan air mata ini mengalir sendirinya.

"Aku bisa memberikan mu apapun, tapi tidak untuk cinta. Kamu tau yang ku cintai hanya Raina"

Ucapannya bagai petir yang menyambar hatiku, aku tahu seharusnya memang aku yang tidak berharap lebih.

"Bisakah kita mengulang semuanya, kamu tetap menjadi sahabat baikku?"

Aku melangkah mundur darinya lalu menggeleng "tidak bisa! jangan coba menemuiku lagi azka, biarkan aku memperbaiki hatiku. Pergilah, aku tak ingin melihat dirimu"

Aku memasuki mobilku lalu melaju kencang dan berfikir, ini yang terbaik menjauh dari Azka dan Raina adalah pilihan terbaik. Aku tak ingin rasa cintaku pada azka menghancurkan hubungan mereka.

Membenahi hatiku yang hancur ku fikir bukan perkara mudah, rasa marah pada diri sendiri menyelimuti diriku. Mengapa aku bisa sebodoh ini?! membiarkan hatiku mencintai sahabatku sendiri?! ini adalah sebuah kesalah terbesar dalam hidupku.

Enyahlah perasaan bodoh ini.

"Rasanya terlalu berat bila aku harus terus melihatmu bersamanya, maka biarkan aku pergi dan jangan coba memanggilku bila kamu merasa bersalah karena tidak bisa memberikan apa yang ku inginkan"-

Pesan singkat yang kuberikan pada azka akan menjadi pesan singkat terakhir dariku, selamat tinggal Azka. Aku memang harus menjauh dari mu dan raina, karena memang begitu seharusnya.

Aku tidak bisa merelakannya, tapi aku juga tidak ingin mengganggu. Tapi aku tidak ingin membohongi diriku sendiri.

Seseorang mengatakan padaku bahwa cinta satu sisi, seperti kau membangun rumahmu sendiri dan lalu juga meruntuhkannya sendiri. Ini benar benar melelahkan.-producereps12

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang