Bagian Satu

1.6K 71 26
                                    

~Author Pov~

Rena bangun dari tidurnya. Ia melihat cahaya mentari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya. Rena turun dari kamarnya. Dan kemudian, ia mendekati jendela. Membuka jendela kamarnya. 

"Jurina!" serunya memanggil nama seseorang yang tinggal di sebelah rumahnya.

Rumah antara Rena dan Jurina sangat dekat, bahkan kamar mereka juga sangat dekat. Terkadang, Rena dan Jurina bisa berkomunikasi lewat jendela kamar mereka masing-masing. Terkadang juga, Rena akan memanggil Jurina, untuk membangunkan gadis itu.

"Jurina, ini sudah pagi" kata Rena lagi dan tak lama, jendela kamar itu terbuka.

"Selamat pagi!" sapa Jurina. Kedua matanya, sepertinya masih berat untuk di buka.
"Jurina, ini sudah pagi. Sekarang, kau mandi dan bersiaplah untuk sekolah" kata Rena menyuruh.
"Iya, Rena-chan" kata Jurina kemudian ia melangkah pergi.

***

~Rena Pov~

Setelah selesai merapikan diri, aku keluar dari kamar. Aku melihat ayah dan ibu yang tengah duduk di meja makan. Aku melangkah mendekati mereka dan duduk di meja makan. Menyantap makanan yang sudah disediakan oleh ibu.
Pagi-pagi pastinya, aku akan selalu makan bersama ayah dan ibu. Aku anak kelas 3 SMA, dan gadis yang aku bangunkan tadi, dia masih kelas 1 SMA. Walau begitu, dia mempunyai tubuh tinggi. Dia sangat berbeda denganku. Sungguh.

Aku tipe gadis yang sama seperti kebanyakan gadis. Kalem, feminim dan juga sangat penurut dengan kedua orang tuanya. Dan lagi, aku ini bisa di bilang primadona sekolah. Tapi, aku tidak menginginkan seperti itu, sebenarnya. Hanya mereka saja yang terlalu melebih-lebihkan hal itu. Dan itu, terkadang membuatku bosan mendengarnya.

Setelah selesai makan, aku pamit pada kedua orang tuaku. Aku melangkah keluar, dan menemukan adik kecilku. Ah... maksudku Jurina. Dia dan aku sudah sangat akrab seperti seorang kakak dan adik. Dia selalu saja menjemputku, ketika kami akan berangkat sekolah.

"Rena-chan" sapanya dan kemudian, ia menunjukan senyuman khasnya. Dasar.
"Ayo, kita harus berangkat" aku menggenggam tangannya dan menariknya.

Selama di perjalanan, Jurina pasti akan selalu menceritakan kegiatan eskulnya kepadaku. Entah itu bermain basket dan segala sesuatu yang berhubungan dengan olahraga. Berbanding terbalik denganku, yang lebih menyukai pelajaran. Kalau pun eskul, aku akan lebih memilih untuk belajar drama.

Dia menyerocos saja sedari tadi. Tapi, aku memang sangat menyukainya, jika dia seperti itu. Bagiku, dia sangat lucu. Maka dari itu, aku selalu mencoba melindunginya. Yah... walau pun pada kenyataannya, dia lebih kuat daripada aku. 
Sampai di sekolah, kami langsung masuk ke dalam sekolah. Aku berhenti ketika kami sampai di lorong kelas. Masih ingat, bukan? Aku di atas umurnya, jadi dia tidak mungkin mengikuti aku. Aku memberikan bekalnya, karena tadi dia merengek untuk menyuruhku membawakan bekalnya. Dia memang manja, terkadang.

"Kau masuk, ya? Belajar yang rajin, dan ingat jangan nakal!" pesanku padanya.
"Iya. Rena-chan, nanti ke kelasku kan?" tanyanya dan aku langsung menangguk.
"Iya. Sudah sana masuk, nanti kau telat" aku mengusap kepalanya dengan lembut.

Kami berpisah, aku menuju ke ruangan kelasku sendiri. Setiap hari, dia memang sangat manja kepadaku. Entah itu menyuruhku ini itu, sampai aku selalu ke ruang kelasnya ketika istirahat. Dan kemudian, kami pergi ke belakang sekolah dan memakan bekal bersama. 
Itu memang menjadi rutinitas kami, ketika kami satu sekolah. Jurina, dia memang sangat pandai di bidang olahraga, dan nilainya pun selalu tinggi. Tapi, dia sedikit bodoh, ketika harus berhadapan pelajaran biasa. Dasarnya, dia memang lebih menyukai olahraga, daripada pelajaran di kelas.

Is This Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang