Bagian Delapan

672 44 11
                                    

Ok..... di sini masih ada adegan 17 tahun, jadi aku berharap kalian... yah... pokoknya sama warningnya kayak kemarin. ada unsur kayak gitu. kalau gak suka langsung pindah saja chanelnya (?) nya ya :v

***

Yui melangkah ke arah lapangan. Di sana ia melihat Jurina yang tengah duduk sendiri, sambil meminum air. Kemudian, dia menghampiri gadis itu dan duduk di dekatnya. Yui melihat Jurina yang tersenyum sendiri. Juniornya itu seperti memikirkan sesuatu.

"Kau kenapa?" Tanya Yui yang langsung membuat Jurina menoleh ke arahnya.
"Aku sedang bahagia Yui. Karena, Rena sudah menjadi milikku" kata Jurina tersenyum.
"Honto? Kau benar-benar melakukannya, Ju?" jurina mengangguk.
"Kalau begitu sama" Jurina tersentak dan melebarkan kedua matanya.
"Kau dan Paru... juga?" Yui mengangguk semangat.
"Aku dan dia juga sudah menjadi kekasih sekarang ini." Kata Yui kembali membalas.
"Bagaimana bisa?"

***

FlashBack

Yui hanya diam ketika mendengar keluhan Paruru. Gadis itu bercerita, jika dia dan kekasihnya baru saja putus. Sebenarnya, Yui sangat terkejut ketika mendengar pengakuan Paruru, karena gadis itu sudah memiliki seorang kekasih.
Tapi, dia sangat lega karena Paruru dan pacarnya itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kata Paruru, kekasihnya sama sekali tidak bisa mengerti keadaan Paruru. Dan lagi, pemuda itu selalu saja seperti mengatur kehidupan Paruru. Maka dari itu, Paruru meminta untuk mengakhiri hubungan mereka.
Dan sekarang, Paruru menangis di depan Yui. Jujur, itu juga membuat hatinya sangat sakit, ketika melihat gadis yang ia cintai menangis.

"Sudahlah Paru. Jangan terlalu di fikirkan" kata Yui yang memang tidak bisa melihat gadis itu bersedih.
"Aku harus bagaimana Yui?" Tanya Paru balik.
"Masih banyak yang lain, Paru. Jangan bersedih seperti itu, aku tidak ingin melihatmu bersedih, hanya karena lelaki itu" kata Yui lagi.
"Mou.... Lalu aku harus bagaimana?" kata Paruru bertanya.

Putus. Kata itu memang benar-benar menyakitkan, jika di alami oleh dua orang yang tengah kasmaran. Tapi, memang dunia ini mempunyai kehidupan yang bermacam-macam. Seperti Paruru, dia sakit. Kedua matanya saja sudah memerah dan bengkak.
Yui menghela nafasnya. Kemudian, ia bangkit dari duduknya dan berpindah di samping gadis itu. Ia memeluk Paruru. Mencoba memberikan ketenangan pada gadis itu, sambil mengelus pundak gadis itu.

"Aku sedih jika kau sedih" ungkapnya. Yui menghapus air matanya.
"Aku kira dia baik. Tapi, dugaanku salah" kata Paruru sambil menyandarkan kepalanya di pundak Yui.
"Masih ada yang menyayangimu, Paru. Kau tenang saja!" kata Yui lagi.
"Tapi, aku masih mencintainya. Hanya saja, sifatnya itu yang keterlaluan"

Yui menahan emosinya. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Paru masih mencintai lelaki itu. Sebenarnya, dia ingin sekali menjadi pengganti lelaki itu. Tapi, entah kenapa ia belum juga mengungkapkan perasaannya.
Yui melihat gadis itu yang masih menangis. Tangannya menghapus air mata yang ada di pipi gadis itu. Dari sedekat itu, walau Paruru menangis, ternyata gadis itu sangat cantik. Benar-benar cantik. Dan baru ia sadari, jika salah satu alasannya menyukai gadis itu, karena gadis itu sangat cantik.

"Kamu cantik!" ucapnya tanpa sadar.
"Eh? Apa yang kau bicarakan?" kata Paruru seolah tidak mendengarnya.
"Ti-tidak ada. Tidak apa-apa" kata Yui tergagap.
"Kau ini. Aku sedang sedih saja, kau masih bisa tersenyum." Keluh Paruru menjauhkan tubuhnya dari gadis itu.
"Eh? Aku juga sedih, Paru. Tapi, jika kau terus menerus seperti itu. Aku tidak bisa melihat senyumanmu lagi" kata Yui beralasan.

Yui mendekat dan memegang pipi gadis itu. Ada pancaran kesedihan dari matanya. Dia sedih, karena gadis itu sama sekali tidak pernah peka terhadap perasaannya.

Is This Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang