Kini kebahagiaan ku perlahan hilang, sama seperti senja yang perlahan mulai tenggelam.
Kamu mengidap leukimia stadium 3. Entah mengapa kalimat itu selalu terulang dipikiranku, seakan ada seseorang yang berbisik di telingaku berkali kali. Aku lemas mendengarnya,aku bingung harus apa,ingin rasanya aku lenyap dari dunia ini. Kenapa harus leukimia? Kenapa ga sakit demam aja ataupun sakit gigi. Please ya Allah aku belum nikah ataupun bahagiain ayah bunda. Aku belum nemuin jodoh,hm. Tapi ini takdir yang harus aku jalanin.
"Re," panggil ayah memecahkan kesunyian di mobil.
"Iya, ayah" jawabku lesu dengan tatapan lurus kearah jendela mobil.
"Kamu---" ucapan ayah terpotong karena aku.
"Yah, stop bicarain masalah itu. Aku gamau denger itu dulu. Sekarang aku baik baik aja,dan akan selalu baik baik aja" ucapku sambil menahan air mata agar tidak menetes dari mataku.
"Maafin ayah ya sayang" ucap ayah yang dibarengi dengan mengusap pipiku.
"Ayah, boleh aku izin pergi ke danau?" punyaku.
"Danau yang dimana Re?" tanya ayah.
"Danau yang biasa kita kunjungi bertiga sama bunda."
"Apa kamu mau kesana sekarang? Kalo iya, ayah temenin ya"
"Ga perlu yah, aku bisa pergi sendiri. Nanti aku pulang naik taksi"
"Hmmm," gumam ayah menandakan iya setuju dengan permintaan ku.Ayah pun mengantarku kesana. Sesampainya disana aku langsung pamit dengan ayah lalu turun dari mobil. Dan ayah pun bergegas meninggalkan ku.
Ternyata tempat ini tidak banyak berubah,masih sama seperti dulu. Aku pun berjalan menuju danau tersebut lalu duduk di tepi danau. Banyak anak kecil yang bermain dengan orang tuanya, ada yang sedang bermesraan dengan pacarnya (oke,ini menjijikan karena tidak baik dilihat oleh jomblo sepertiku). Jujur aku rindu dengan suasana tenang dan damai seperti ini. Sudah beberapa hari aku tidak merasakan kicauan burung dilangit,hembusan angin di udara,maupun indahnya senja di sore hari.
Aku menyenderkan tubuhku dipohon besar yang rindang. Menatap lurus ke arah danau, dan menunggu moment senja itu datang. Dan setelah menunggu beberapa menit aku melihat matahari yang perlahan tenggelam,dan meninggalkan cahaya orange dilangit yang perlahan menjadi gelap digantikan sang malam. Entah kenapa aku suka senja, mungkin karena senja bisa membuat diriku lupa akan segalanya. Termasuk kejadian yang terjadi antara ayah dan bunda, ataupun kejadian yang terjadi hari ini. Ya,perlahan aku lupa akan semua beban dan masalah yang aku hadapi.
Aku pun memejamkan mata untuk menenangkan pikiranku sejenak. Perlahan aku merasa pipiku basah karen air mata. Entah air mata kebahagiaan karena aku kembali menikmati senja,atau air mata kesedihan karena keadaanku sekarang.
Kini langit sudah gelap dan dihiasi bintang. Ini waktunya aku untuk pulang. Tapi,tunggu seperti ada yang mengalir dari--- ah shit gue mimisan lagi. Gimana nih?! Ucapku kesal. Aku merogoh tasku untuk mencari tisu atau apapun yang bisa digunakan untuk menyumpal hidungku ini. Dan sialnya aku tidak menemukan apapun. Kini darah segar mengalir dari hidungku,dan menetes ke bajuku. Gue harus gimana ini?! Oh my God. Siapapun bantu gue.
***
Raditya prov
Dari kejauhan aku melihat seorang gadis mungil yang--- ya,bisa dibilang mencuri perhatianku. Aku memperhatikannya yang sedang menatap langit dengan tatapan kosong. Kemudian aku melihatnya memejamkan mata, dan beberapa saat kemudian aku melihatnya merogoh tasnya seperti mencari sesuatu.
Akupun memberanikan diri menghampirinya. Saat sudah semakin dekat, aku merasakan deg-degan entah kenapa,tapi ini terdengar lebay.
Sekarang aku tepat disampingnya. Tapi sepertinya ia tidak menyadari kehadiran ku. Akupun mencoba menepuk pundaknya.
"Hai,lagi nga---" belum sempat aku meneruskan perkataanku, dia menoleh dan betapa kagetnya diriku melihat darah segar keluar dari hidungnya.
"Eh,itu hidung lo kenapa?" tanyaku sembari membuka sweaterku untuk menyumpal hidungnya.
"ga...gapapa" jawab Raina terbata bata.
"Lo kenapa? Ko bisa mimisan? Gue anter pulang ya" ucapku khawatir.
"Gausah, rumah gue deket kok dari sini" jawabnya santai seperti tidak terjadi apa apa.
"Eh tapi lo kan---" belum selesai aku bicara, ia langsung berdiri dan berjalan begitu saja.Akupun berlari kecil untuk mengejarnya, dan tak sengaja menggenggam tangannya untuk menahan agar ia tidak pulang sendiri.
"Gue anter pulang ya" paksaku sambil menariknya ke arah mobil.
"Tapi---"
"Kalo lo mati ditengah jalan gimana?" ucapku dengan ekspresi datar.Ia pun mengangguk pelan,lalu masuk kedalam mobil ku.
Haiiii👋 buat kalian yang baca cerita aku, jangan lupa vote and comment yaa😉
Ikutin terus kalo kalian penasaran sama kelanjutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat senja mulai hilang
Teen Fictionaku akan tetap menyanyangimu walau langit rubuh di pundak ku aku akan tetap setia menunggumu walau gelap malam merusak mimpiku dan aku selalu mencintaimu walau aku lenyap bersama senja dari matamu