Prolog

770 52 17
                                    


Author : _ME_

**********

"Selamat datang para calon guru terpilih."

Suara itu menggema, memenuhi setiap sudut aula. Sekitar 300 mahasiswa baru berpakaian formal yang duduk rapi didalamnya bertepuk tangan dengan tertib serta senyum tipis penuh rasa bangga.

Seorang laki-laki paruh baya yang berdiri di atas podium, mengenakan stelan formal dari atas sampai bawah, berkumis tebal, berambut ikal yang sudah dipenuhi uban yang dikenal sebagai guru besar di universitas keguruan tersebut memulai pidato penyambutannya.

Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, namun semangatnya masih nampak segar layaknya mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan. Setiap kalimat yang diucapkan menjadi acuan untuk mereka yang telah memasuki dunia pendidikan ini. Dunia yang tidak mudah...yang memiliki tanggung jawab paling besar dalam memajukan bangsa.

Semuanya membuka mata dan hati mereka, tak terkecuali seorang laki-laki muda berpipi chubby yang berada di barisan paling depan. Sorot matanya yang bulat penuh binar setiap kali guru besar tersebut melontarkan kalimat penyemangat, peneguh hati untuk membulatkan tekad. Melihatnya lebih dekat, laki-laki berpipi chubby itu mengenakan sebuah name-tag bertuliskan Lee Sungyeol. Itu namanya, yang telah digariskan untuk berada disini pada detik ini. Karena saat inilah, perjalanan hidup Lee Sungyeol dimulai.

"...terimakasih."

Prok..prok..prok!

Riuh rendah tepukan tangan mengiringi kepergian sang guru besar dari atas podium. Namun, sesuatu yang menggelikan terjadi bersamaan dengan tepuk tangan meriah tersebut.

Jauh di barisan paling depan, seorang laki-laki tinggi melakukan standing applause dengan semangat yang menggebu-gebu, seorang diri sementara yang lain dalam keadaan duduk. Laki-laki itu, Lee Sungyeol. Entah sadar atau tidak dirinya menjadi pusat perhatian semua orang yang berada disana, termasuk guru besar yang telah lengser dari atas podium. Guru besar tersebut tersenyum ramah sekaligus geli melihat tingkah mahasiswa baru-nya yang tak disangka.

Lee Sungyeol merasa sangat terhormat dan membungkuk beberapa kali membalas senyuman sang guru besar. Hal tersebut mengundang kekehan kecil disekelilingnya, namun berubah menjadi tawa saat sang guru besar telah keluar dari aula.

Tak peduli dengan tawa geli kawan-kawan barunya, Lee Sungyeol kembali duduk ditempatnya masih dengan semangat yang menggebu-gebu. Ia telah menemukan keyakinan dirinya untuk memasuki dunia pendidikan yang sebelumnya sama sekali tak ia inginkan. Senyumnya mengembang, penuh semangat.

Keributan itu tak berlangsung lama saat seorang panitia menginstruksikan mereka semua untuk tertib, mengikuti acara selanjutnya. Mereka melupakan kelucuan seorang Lee Sungyeol, namun jauh beberapa baris dari depan, seorang mahasiswa baru sama seperti Lee Sungyeol masih tak dapat menghentikan senyumannya. Wajahnya tampan, sorot matanya berbinar tak luput dari sosok Lee Sungyeol. Perlahan, senyumannya berubah lembut penuh arti.

Kita bisa melihat name-tag dari laki-laki tampan tersebut adalah 'Nam Woohyun'.

*****

"Ini adalah ruangan micro teaching. Kalian akan menggunakannya di semester tinggi saat akan praktek dilapangan. Ruangan ini berfungsi untuk latihan mengajar, dimana diruangan yang tengah kalian sebagai guru serta murid akan melakukan aktifitas belajar-mengajar seperti biasa. Sementara di ruang sebelahnya adalah ruangan monitoring tempat dosen mengawasi, dan di ruang sebelahnya lagi adalah ruangan observer, untuk menilai aktifitas mengajar kalian."

Itu adalah penjelasan panjang lebar dari salah seorang panitia dalam salah satu kegiatan tour mengenal bangunan di lingkungan kampus. Mahasiswa baru yang dibagi dalam beberapa kelompok besar mengikuti setidaknya 2 orang panitia yang berperan sebagai tour guide dalam sesi ini.

LanternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang