HOME or HOUSE

15 2 0
                                    

Sinarnya menyengat membuat ku bangun di jam 8, aku kesiangan !! Huh untung saja ini hari libur tapi aku lupa melaksanakan solat subuh. Aku cuci muka lalu sarapan, rumah ini sangat sepi. Ya ini memang hari libur tapi bukan tanggal merah, pasti yang lainya bekerja.

Aku lahir di kota bandung, lalu saat SD aku pindah ke tanggerang karena ayah ku bekerja di sana, setelah 6 tahun di sana aku memilih smp di bandung dan tinggal bersama nenek dan kakek ku.

Angin tidak terdengar, tidak ada suara. Rumah ini sepi sekali, aku rindu ibu, kadang aku berfikir mengapa aku memilih bersekolah di sini? Padahal home ku ada di tanggerang aku rindu susana rumahku. ya sekarang aku berada di house tapi aku rindu home.

burung peliharaan kakek berkicau aku sadar! aku melamun tapi, oh tidak gelas ku penuh!! lantai basah gara gara aku melamun, gelas yang ku isi kepenuhan.

"Neng mana air minumnya?" Nenek ku memanggil "iya sebentar" aku berjalan menuju nenek dengan hati hati, gelas yang ku bawa penuh sekali. Nenek ku menunggu sambil memegang obat yang akan ia minum.

Aku kembali ke dapur mengeringkan lantai yang basah. Setelah mengeringkan lantai di dapur, aku berjalan ke ruang tamu dari balik jendela aku melihat nenek sedang berdiri di teras membelakangi matahari, hangat sinar matahari menembus tulang nenek. Nenek sedang berjemur. aku menghampirinya dan berbincang bincang. Aku memang dekat dengan nenek. aku menganggap ia adalah ibuku.

Matahari berada di atas kepala. Yap ini tengah hari, aku mengambil ubi goreng yang sudah dingin. melihat toge yang masih segar aku berniat membuat lumpia basah, aku menyalakan kompor, mengoseng sayur sayuran dan menaruh di atas kulit lumpia. Aroma lumpia basah memanggil nenek ke dapur, piring merah ku genggam. Mata sipit dan senyum lebar menuju kepadaku. Dengan langkah kaki yang tidak seimbang ia mendekatiku dan mengambil piring yang aku genggam. Sambil tersenyum ia berkata "wah sudah jadi" aku mengambil sendok dan menggandeng lengan nenek menuju meja makan

Nenek menyukai film india, kami nonton bersama, di sela iklan kami bercanda, berbincang bincang lalu neneku tertawa, kali ini aku melihat tawa nenek yang sangat indah. senyumnya ikhlas beda dari biasanya. Aku seperti melihat bidadari. Senyumnya ringan tanpa beban. Aku pun ikut tertawa.

Ntah apa yang terjadi ada sesuatu yang mengganjal..

To be continued

Bunga Yang Jatuh Kembali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang