PERKENALAN

56 7 8
                                    

Masih terasa hangat rasanya menjadi anak sekolahan di sekolah baru. Aku murid pindahan di sekolah ini. Asal sekolahku di Yogyakarta, walaupun aku tinggal disana hanya beberapa tahun dan aku hanya sedikit memahami apa yang mereka katakan, tempat tinggalku tidak pernah menetap hingga berpuluh-puluh tahun lamanya karena urusan bisnis keluargaku yang mengharuskanku mengikuti kemanapun ayahku pergi karena ayahku tak akan pernah tanggung-tanggung untuk mengambil keputusan yang diambilnya.

Aku sebenarnya lahir di ibu kota, Jakarta namun lagi lagi aku hanya merasakan 12 tahun di sana setelah itu ayahku membawaku, kakakku dan ibuku ke Yogyakarta, di kota gudeg.

Karena waktu itu umurku baru 10 tahun, aku masih polos dan penurut akhirnya aku ikut tanpa ada rasa kesal berbanding terbalik dengan ibuku yang teramat kesal karena harus meniggalkan rumah penuh kenangan namun dengan rujukan ayahku yang dapat meluluhkan hati ibuku, akhirnya ibuku dengan berat hati mengikhlaskannya dan pergi bersama. Hidupku memang telah dihiasi oleh kenangan, sekarang usiaku 16 tahun.

Empat tahun lamanya aku berada di Yogyakarta, jujur saja disana orangnya sangat ramah-ramah dan sangat sopan walaupun dulu awalnya aku pikir orangnya kampung namun pikiranku salah.

Setelah lulus Sekolah Dasar, aku melanjutkan tiga tahun Sekolah Menengah Pertama dan setahun masuk Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta. Aku pindah lagi ke Jakarta, seperti biasanya ini adalah urusan bisnis ayahku. Jakarta memang tempat kelahiranku tapi rasanya aneh karena panggilan orang Jakarta dengan orang Yogyakarta berbeda jauh, terlalu canggung buat ngomong gaya orang Jakarta walaupun udah 12 tahun hidup di Jakarta tetapi ketika kembali lagi kesini rasanya berbeda namun aku yakin lama kelamaan aku pasti terbiasa. Udah lama ga ke Jakarta. Rindu, selalu ada buat ibu kota ini terutama ibuku. Karena banyak kenangan yang kusimpan disini, di Jakarta dan dihatiku.

Ayahku memang pekerja berat, aku sudah memakluminya dan ibuku adalah ibu rumah tangga sejati sedangkan kakakku anak kuliahan penerus ayahku yang selalu ikut kemanapun ayahku pergi, yaa maksudnya untuk urusan bisnis ayahku. Ayahku dan kakakku memang sangat pemberani, berani untuk menyatakan pendapatnya, berani untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan tanggung jawab dan lain sebagainya berbanding terbalik dengan ibuku dan aku, kami berdua sangat pemalu tapi kalau udah ketemu orang yang sangat dekat sekali, yang tadinya pemalu bisa jadi malu-maluin. Wuhehehe. Ya begitulah keluarga kami, walaupun keluarga kami tidak seromantis keluarga yang lain namun kami saling menyayangi dengan cara kami masing-masing hingga kami betah untuk tinggal bersama.

Kami sekeluarga kembali lagi ke rumah di Jakarta karena memang rumahnya tidak diniatkan untuk dijual karena ini merupakan salah satu syarat ibuku ketika ayahku merujuknya. Rumah yang sederhana, penuh dengan warna hijau disekelilingnya. Entah itu tumbuhan, pot kembang, dan warna cat rumah. Ya, ibuku lah yang menyukai warna hijau tersebut, apapun yang berbau hijau ibuku pasti menyukainya. Karena lama tak terurus, banyak sekali debu dan terlihat kumuh. Kami harus gotong royong membersihkannya. Satu demi satu semua sudah kembali ke semula, warna rumah dilapsi lagi dengan cat warna hijau, pokoknya semua yang ada di rumah sudah kembali seperti dulu lagi.

Kakakku hampir menyelesaikan kuliahannya. Aku dan kakakku berbeda 4 tahun, dia selalu sibuk dengan urusannya apalagi harus ditambah dengan urusan bisnis ayahku.

Kami adalah keluarga Grisogono. Nama ayahku Hengky Grisogono, nama ibuku Saraswati Suherman, nama kakakku Devalino Chist Grisogono dan namaku Deralina Rose Grisogono. Karena ibuku sangat menyukai berbagai jenis tumbuhan termasuk bunga-buangaan oleh sebab itu aku sering dipanggil oleh ibuku dengan sebutan Rose, sedangkan oleh ayahku dan kakakku sendiri mereka memanggilku dengan sebutan Dera.

Aku orangnya cuek, makannya jarang ada teman yang mau dekat denganku karena aku tidak terlalu memperdulikan mereka namun akhir-akhir ini aku sering memikirkan perasaan seseorang, aku harus memulainya dari sekarang bahwa aku bisa memperdulikan orang lain terutama disekolahan baru nanti.

Wajahku sering memerah dan terasa panas apabila harus bertemu dengan orang yang memperhatikanku dengan tatapan matanya, entah kenapa. Hal itu sudah terjadi ketika aku masih kecil.

"Jangan jadi orang pemalu, kamu harus berani dan jangan lupa jaga ucapanmu. Jangan merasa sendiri, ingatlah Tuhan selalu ada dihatimu" ini adalah ucapan ayahku yang selalu aku ingat dimanapun dan kapanpun aku berada.

ΦΦΦ

21 Juni 2016
Kembali ke Jakarta dan mencari sekolah untukku. SMAN 1 Jakarta. Setelah masa liburan selesai, aku harus kembali beradaptasi di sekolahan baru. Tidak masalah bagiku untuk bersekolah di sekolahan baru. Aku hanya cemas ketika aku harus memperkenalkan diriku, masalahnya aku malu. Aku harus melawan rasa maluku ini karena aku terus ingat apa yang diucapkan ayahku. "Aku harus berusaha ga jadi orang pemalu, aku bisa jadi orang berani." Batinku selalu berkata seperti itu namun kenyataannya belum seperti itu.

Aku mulai masuk sekolah baru tanggal 11 Juli 2016.

Sebelumnya, liburanku diisi dengan belanja kesana kemari dengan ibuku. Di sebuah mall besar di Jakarta dan keramaian yang sangat bising, sebenarnya aku tidak terlalu suka hal yang seperti itu namun karena ibuku, aku harus menemaninya kalau tidak ditemani, ibuku akan mengomeliku.

"Rose, temani ibu belanja yaaa.." Ibu berteriak meminta.

"Belanja kemana bu?" Aku sedang duduk menonton TV.

"Ya kemana aja, sambil jalan jalan aja ya sayangku." Menghampiriku.

"Ahhh ibu.." Aku menjawabnya malas dan memasang muka malas.

"Ayolahhh, masa kamu tega ibu belanja sendirian." Sambil menggoyang-goyangkan lututku.

"Iya siap ibu kesayanganku." Sambil mencium pipi sebelah kanan ibu aku berdiri dan bersiap untuk pergi.

Sesampainya di mall Jakarta, ibuku sempat bertemu dengan temannya, namanya bu Andini. Kebiasaan ibu kalau ada temannya pasti selalu bercerita banyak mengenai dirinya. Membuatku kesal menunggu. Bu Andini adalah teman lama ibuku. Aku sering memanggilnya bu Andin.

Aku harus menyalaminya terlebih dahulu, "Aduh ini anak udah besar yah, jadi inget waktu kecilnya." Bu Andin membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Siapa namanya? Tante lupa." Bu Andin terlihat sambil mikir.

"Dera bu." Menjawabnya sambil senyum.

"Ahh iya Dera ya, ibu baru ingat." Sambil membalas senyumanku.

"Masih ingat dengan Harris?"

"Kenapa Bu Andin tiba-tiba nanya kaya gitu? Emang siapa Harris?" Aku berusaha kuat memikirkan dan mengingatnya sambil mengangkat alisku namun ingatanku mentok. Aku menggeleng pelan dengan muka datar.

"Hahaha, kamu pasti lupa ya." Bu Andin menertawainya.

Aku kebingungan dan tak mau memperdulikannya.

ΦΦΦ

Gimana??
Maafkan kalau ada salah penulisan kata, masih belajar😁
Jangan pelit yah, butuh komen dan votenya!!
Terimakasihhh

DERALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang