Part 4 ~ I'm Sorry

11 0 0
                                    

Olive POV
"Apa kau masih marah dengannya?" tanya kak Hendrick

"Entah lah, tapi tadi ada sesuatu masalah yang harus ku selesaikan." jawabku sambil melihat Zèn yang sedang dikepung sama para pejabat. Aku lagsung pergi dari ruangan itu. Aku menyuruh supirku untuk mengambil mobilnya.

"Livy, siapa yang memperbolehkanmu untuk pulang?" tanya Mommy dari belakang.

"Mom, aku kan sudah menempati janji kalau aku datang ke pesta, gak menjanjikan bakal disana selamanya. Livy capek, mau pulang trus besokkan sekolah." jawabku langsung masuk ke mobil tanpa mendengar ceramah dari Mommy. Aku pun menyuruh supirku untuk langsung ke rumah. Setiba di rumah aku pun langsung mengganti pakaianku dan membersihkan make upku, dan langsung tidur.

Esok harinya aku pun terbangun karena teriakan kak Hendrick. Kalau bukan untuk jogging, aku gak bakal bangun.

"Dek, gue kemarin bicara sama Gio. Dia bilang dia akan balik ke UK minggu ini. Apa kau tahu?" tanya kak Hendrick.

"Apa maksudmu? Bukannya dia baru sampai di sini ya?" tanyaku balik.

"Lah, dia ke sini cuman bentar. Dia gak ada ngomong apa-apa gitu?" tanyanya lagi. Aku hanya menggeleng mendengar itu. Aku pun berlari ke rumah, dan masuk ke kamarku. Aku langsung membuka emailku untuk melihat apa Zen ada mengirim sesuatu.

12 Juli 2010
Maaf aku gak bisa menemanimu. Saat urusan papaku selesai, aku harus balik ke tempat asalku. Maaf aku gak bisa membuat kenangan indah bersamamu. Aku akan pulang hari minggu ini. Maafkan aku.

Tiba-tiba aku merasa air mataku jatuh. Aku gak bisa menahan air mataku. Entah kenapa hatiku saat ini sangat sakit.

"Jadi dia menyerah begitu saja? Apa-apaan dia. Percuma selama ini aku mengharapkannya kembali." kataku sambil menangis sambil memukul dadaku.

"Aku gak akan menyerah begitu saja, livy." kata seseorang tiba-tiba. Aku langsung menoleh ke asal suara tersebut.

"Bagaimana kau bisa ke sini?" tanyaku dengan mata yang sudah sembab. Dia pun berjalan menuju ke arahku dan mengusap air mataku yang jatuh.

"Apakah kau tidak tahu? Mulai kemarin kita seharusnya berangkat bareng ke sekolah." katanya. "Pergi mandi sekarang, atau kita akan terlambat." suruhnya. Tanpa sadar aku langsung menurutinya dan masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, aku pun keluar dari kamar mandi dengan berpakaian seragam lengkap. Bersyukur semalam aku menyiapkan bajuku sebelum tidur. Aku pun langsung turun untuk sarapan tanpa mempedulikan Zèn yang masih di kamarku.

"Morning all." sapaku.

"Morning." balas mereka.

"Dek, apa kau baik-baik saja?" tanya kak Hendrick. Aku hanya mengangguk dan mengambil sarapanku dengan diam.

"Dimana Zen?" tanya Mommy. Aku pun mengangkat bahuku tidak tahu.

"Hai semua." sapanya tiba-tiba.

"Hai." balas mereka semua kecuali aku.

"Sweetheart, kenapa diam saja? Mulai hari ini, Livy berangkat sama Zen ya." kata Daddy. Aku pun diam saja tanpa menjawab pertanyaan yang sudah pasti jawabannya.

"Tumben hari ini gak membantah?" sindir kak Hendrick. Sangkin kesalnya, aku langsung menyuruh Mom untuk masukan sarapanku ke kotak dan aku akan memakannya di sekolah.

"Aku berangkat dulu." pamitku.

"Hati-hati di jalan. Jaga princessku ya, Zen." kata Daddy. Zen pun mengangguk dan langsung menuju keluar bersamaku. Dia pun membukakan pintu untukku. Aku langsung masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobil, tidak ada satu suara pun. Tiba-tiba dia membuka lagu untuk mencairkan suasana.

"Apa kau sudah membaca emailku?" tanyanya. Aku pun mengangguk.

"Maafkan aku yang muncul dan pergi seenaknya." katanya dengan merasa bersalah. "Aku tau ini sangat tiba-tiba, tapi ini semua rencana daddyku. Aku akan menceritakan rencana tersebut. Tapi, apakah kau mau memaafkanku?" tanyanya. Aku pun masih terdiam. Aku tau dia sangat merasa bersalah, dan aku tak tega melihat wajahnya yang sangat merasa bersalah. Hatiku sakit saat melihat itu.

"Sudah kukatakan kalau aku sudah memaafkanmu. Karena tindakanmu yang kemarin, aku pun ragu untuk memaafkanmu." kali ini aku merasa ingin mengerjainya saat ini.

"Apa yang bisa kulakukan agar kau memaafkanmu?" tanyanya lagi. Aku pun berpikir sejenak. Tak terasa kami  sampai di sekolah. Saat aku mau keluar dari mobil, tanganku ditarik oleh Zen.

"Baiklah. Apakah kau bisa tidak menarik perhatian semua perempuan di sekolah ini? Jika saja ada seseorang yang berbicara denganmu, jangan harap kau mendapat jawaban dariku. Dan hari ini, aku gak ikut pulang denganmu." jawabku. Aku pun langsung keluar dan membanting pintu mobilnya. Aku berpikir bagaimana cara dia untuk menyuruh para perempuan tersebut agar tidak mendekatinya. Aku pun tertawa menang dalam hati.

"Hai Renze." sapa Clarie yang sudah sampai di sekolah dari tadi.

"Tumben cepat, Clar?" tanyaku.

"Hari ini orangtuaku yang mengantarku." jawabnya. "Matamu kenapa? Seperti habis nangis saja." tanyanya. Padahal aku sudah menutupi mata sembabku sedemikian rupa, tapi Clarielah satu-satunya yang tau kapan aku habis menangis.

"Oh.. Gak usah dipedulikan. Aku gak mau mengingatnya lagi." jawabku. Aku langsung mengeluarkan agenda untuk MOS hari ini.

"Liv, Zen tuh Gio kan? Rasanya familiar kali saat aku mendekatinya." bisikanya.

"Bilang saja kalau kak Hendrick yang bilang padamu." godaku.  Wajahnya langsung memerah. "Hmm ada yang mukanya merah nih." godaku lagi.

"Iss apaan sih..." dia pun memukulku. "Oh ya, semalam Grandpa kok tiba-tiba... Mmph..." aku langsung mendekap mulutnya. Ia pun berusaha untuk memberontak. Tapi itu percuma, karena tenagaku lebih besar darinya. Tiba-tiba aku melihat Zen berada di depan kelas. Aku pun meliriknya, apakah ia dapat menepati janjinya atau tidak.

"Renze.. Clar.. Ayo ke ruang OSIS sekarang. Mr. Rio sudah menunggu kita." suruh seseorang dari depan pintu. Aku dan Clarie langsung pergi ke sana. Saat aku dan Clarie sampai di sana, aku melihat semua sudah berkumpul.

"Apa sikapmu yang terlambat memberi contoh ke bawahanmu?" kata Mr. Rio yang sedang berpura-pura memarahiku. Aku langsung memutar mataku.

"Langsung ke pointnya saja." kataku tanpa merespon candaannya.

"Baik, jadi hari ini kita akan mengadakan sebuah game treasure hunt bersama adik-adik kelas 10 kalian. Setiap ketua kelompok, kalian harus membimbing adik-adik kalian. Siapa yang mendapatkan yang paling banyak, maka merekalah yang menang. Saya, dan pengurus inti akan memberikan beberapa clue kepada kalian." kata Mr. Rio. Mereka pun mengangguk.

"Sekian dari saya. Ketos, apakah ada lagi yang ingin ditambahkan?"tanya Mr. Rio.

"Untuk besok malam, kita akan mengadakan pentas seni bersama orang tua murid. Jadi untuk masing-masing kelompok, kalian harus menyiapkan sebuah penampilan. Sekian untuk hari ini. Anak kelas 11 balik ke kelompok masing-masing, yang kelas 12 balik ke kelas, pengurus inti tinggal di sini." kataku. Mereka pun mengangguk dan pergi dari sini.

"Kakak tinggalkan rapat ini denganmu ya." bisik kak Rio dan aku mengangguk bertanda iya.

"Hari ini bakalan jadi hari sibuk kita. Bendahara mohon melampirkan biaya kegiatan untuk besok, sekretaris mohon menyusun susunan acara bersama Clarie nanti. Dan aku akan bicara dengan Mr. Rio mengenai jadwal selanjutnya. Ada tambahan?" tanyaku. Mereka pun menggelengkan kepalanya.

"Sekian untuk hari ini, kalian bisa langsung mengerjakan tugas kalian." aku langsung keluar dari ruang OSIS dan mencari kak Rio.
°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°×°
By: Zini_Zank

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang