BAB 3

118 34 5
                                    

Azrio melipir ke sebuah kedai kopi ketika pulang kerja. Kedai ini sangat ramai oleh anak remaja, tapi tidak membuat nyalinya ciut karena berada di tempat berkumpul anak remaja.

Kedai ini tidak terlalu jauh dari rumahnya dan kopi disini juga tidak kalah nikmatnya dengan kopi di kedai yang terkenal mahalnya. Disini harganya cocok untuk anak kuliah dan tempatnya juga nyaman.

"Selamat datang," sapa seorang pelayan yang sedang menyiapkan sebuah kopi. Jangan tanya, disini penjaga kasir merangkap menjadi pramusaji dan kadang juga membuatkan menu seperti pelayan ini.

"Ada yang bis...," ucapnya terhenti ketika melihat seorang pelanggan dihadapannya. Azrio juga tidak kalah terkejutnya.

"Om, om kesini mau ngapain?" tanyanya.

"Loh, kamu?" Azrio mengabaikan pertanyaannya.

Seorang laki - laki tinggi yang sedikit berisi di sudut ruangan seperti mengisyaratkan gadis ini untuk melayani pelanggan bukan mengajaknya berbicara, "ah, maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya pesan Cafe latte satu."

"Cafe latte satu, ada lagi tuan?"

"Tidak itu saja, Zahra," ucap Azrio dengan menyunggingkan senyum kepada pelayan yang ternyata Zahra.

"Baik, satu Cafe latte, hmm, semuanya empat ribu won, minum disini tuan?" tanya Zahra yang dibalas anggukan oleh Azrio.

Azrio memberikan uang yang ia ambil dari dompet, "Terima kasih tuan... silahkan duduk nanti pesanan akan kami antar."

----

"Terima kasih tuan... Silahkan duduk nanti pesanan akan kami antar," ucapnya dan aku hanya mengangguk lalu, berjalan menuju meja di dekat jendela, tempat favorite- ku.

Pertemuan ketiga, dia yang ditakdirkan oleh-Mu atau...

"Cafe latte satu, silahkan dinikmati tuan," ucap Zahra yang membuyarkan lamunanku.

"Terima kasih, sini temani aku minum ada yang ingin aku bicarakan," ucapku yang menahan tangannya untuk pergi.

"Tapi nanti bosku..." ucapannya ku potong.

"Tidak perlu khawatir bosmu tidak akan marah karena dia adalah temanku dan aku sudah mengiriminya pesan untuk meminjammu sebentar."

Zahra sempat melihat Gary di bagian kasir yang mengangguk seperti mengerti yang akan ditanyakan Zahra, "Baiklah, apa yang ingin om bicarakan?" ucapnya setelah menerima persetujuan Gary.

"Duduk disitu dulu baru aku mengatakannya," ucapku dengan menunjuk kursi di depanku.

"Kamu sejak kapan bekerja di kedainya Gary? Setahuku tiga hari yang lalu kamu tidak ada disini," tanyaku sebelum menyesap kopi pesananku.

Rambut yang di kuncir kuda menggunakan topi coklat, celana blue jeans dengan kaos berkerah coklat dan appron senada dengan kaos yang ia gunakan. Dia sungguh cantik seperti ini bagai aktris drama Korea yang sedang berperan menjadi pelayan kedai. Ah, pikiran konyol apa ini.

Gadis PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang