BAB 15

45 7 1
                                    

"Kamu!" ucap mereka bersama.

"Jakarta ternyata begitu sempit ya mas," ucap Zahra dengan tertawa hambar.

"Kamu apa kabar? Selama ini kemana saja?" tanya Yanuar ketika duduk berhadapan dengan Zahra.

"Seperti yang mas tahu, aku kuliah di Korea dan bekerja disana untuk waktu yang singkat."

"Aku sudah mendengar semua cerita dari Reivan, saat kepergianmu ia sempat mencarimu tapi, hasilnya nihil."

"Haha, benarkah? Aku kira kak Reivan akan melakukan hal yang sama seperti mama dan papa."

"Jadi sebelum kamu pergi ke Korea, dimana kamu tinggal selama ini?"

"Pinggiran kota Jakarta, di gang sempit dan rumah sederhana tapi, disana seorang wanita yang aku sebut bunda benar - benar memberikan kehangatan untukku tidak seperti keluargaku yang mengusir dan mengganggapku sebagai aib mereka," lirih Zahra menahan butiran air dari matanya keluar.

"Aku tahu yang kamu rasakan apalagi itu semua terjadi bukan atas keinginanmu, itu semua karena si brengsek," Yanuar mengepal tangannya untuk meredam amarah mengingat kejadian beberapa tahun lalu yang menimpa adik sahabatnya.

"Ya, itu semua memang benar bukan inginku tapi, tetap saja menganggapku aib."

"Tapi, satu pertanyaan yang membuatku tidak mengenalmu, kenapa nama belakangmu hanya inisialnya saja jadi aku pikir yang akan di mutasi ke cabang disini adalah Zahra lain, apalagi e-mail yang aku terima mengenaimu tidak dicantumkan foto."

"Apa mas mengharapkan Zahra Amani Alexon, mantan kekasihmu dulu," goda Zahra dengan menaik turunkan alisnya.

"Ah, sudah lupakan sekarang kita fokus untuk mengurus berkasmu," pipi Yanuar memerah dan dia memilih mengalihkan pembicaraan yang membuat Zahra tertawa.

----

Setelah mengurus mengenai surat kontrak dan segala hal yang berurusan dengan berkas - berkas karyawan baru Zahra diantar Yanuar ke divisinya.

"Apa Reivan tahu kau ada di Jakarta?" tanya Yanuar ketika sedang menelusuri lorong menuju ruang kerjanya.

Zahra menggeleng, bagaimana Reivan tahu sejak kepergiannya saja ia tidak pernah bertemu lagi dengannya.

"Lalu, anakmu bagaimana? Laki - laki atau perempuan?" tanya Yanuar kembali.

"Anakku meninggal dalam rahimku karena dia menemukanku dan mencelakaiku agar anak di dalam kandungan itu tidak lahir ke dunia ini," lirih Zahra dengan tatapan sayu dan menerawang ke kejadian beberapa tahun lalu saat laki - laki yang menghancurkan kehidupannya menemukan dirinya.

----

Flashback On

Zahra's POV

Pagi ini aku terbangun dengan perut yang tiba - tiba terasa lapar. Sudah hampir 4 bulan aku berada di rumah sederhana ini. Aku bersyukur Ibu Maryam yang menemukanku sedang menangis di daerah Braga, Bandung membawaku ke rumahnya meski rumahnya tidak sebanding dengan rumah keluargaku.

Setelah merapihkan tempat tidur aku keluar dari kamar. Melihat rumah yang sepertinya sudah sepi. Aku melihat jam dinding di ruang tv ternyata sudah pukul 9. Pantas saja jam segini pasti bunda sudah berada di perusahaan tempat yang katanya menjadi saksi pertemuan ia dengan almarhum suaminya.

Aku membuka tudung saji yang berada di meja makan.

"Ah, sayur oyong," gumamku ketika melihat isi di meja makan ada sayur oyong, tahu dan tempe.

Gadis PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang