"Lo nggak mau nanya gimana keadaan gue? tanya Denis tanpa rasa bersalah.
"Sayangnya itu bukan urusan gue lagi" sebenarnya ada sedikit rasa penasaran mengapa Denis bisa tidak masuk sekolah dan babak belur. Tapi, itu bukan urusanku lagi" Gue minta maaf, gue nyesel udah melakukan itu di belakang lo. Gue nyesel. Gue pengen kita balik lagi kayak dulu" Denis menatapku lekat.
"Lo labil " ada sedikit jeda sebelum aku mulai bicara lagi.
" Baru kemaren lo selingkuh, dan kita putus. Sekarang lo nyesel dan pengen kita balik." aku tertawa hambar." Dan gue rasa besok lo bakal selingkuh lagi, dan nyesel udah balikan sama gue" aku menekankan kata lagi dalam kalimatku.
" Gue mohon ta, gue pengen lo ngerti. Please, gue masih sayang sama lo" nada bicara Denis sedikit melembut.
" Jangan minta gue buat ngerti, kalo bahkan lo nggak pernah peduli" aku membuat nada bicaraku sedingin mungkin.
" Sekarang, giliran gue yang mohon sama lo. Pergi dari rumah gue sekarang, juga dari hidup gue. Pergi dan jangan balik lagi. Gue udah terima permintaan maaf lo. Sekali lagi, gue mohon pergi Denis!" aku bicara dalam sekali helaan nafas. Tentunya dengan nada bicara yang meninggi. Aku muak dengan Denis, sangat,sangat muak.
Denis akhirnya menyerah tanpa sepatah katapun. Aku beranjak berjalan ke kamarku.
" Kak, lo putus ya sama Denis?" dimas tiba- tiba muncul dari balik pintu kamarku.
" Bukan urusan anak kecil" kataku tanpa menoleh pada dimas. Dimas pun melongos pergi dari kamarku.Baru saja aku merebahkan badanku di kasur kesayangan ku, aku seperti mendengar dering hp ku.
I need you right now
So don't let me, don't let me, don't let me down
I think i losing my mind nowMalas, aku pun membiarkan dering hp ku. Aku sedang malas berbicara dengan orang lain. Aku membiarkan lagu dari The Chainsmokers itu berlanjut.
Tapi, ini sudah ketiga kalinya. Dan aku menyerah.
" Halo" aku masih menunggu suara di ujung telepon beberapa saat.
" Halo kak Gista" suara ini, seperti familiar
" Ini siapa ya?" aku melihat layar hp ,namun yang terlihat adalah nomber yang tak di kenal.
" Ini Kaila kak!" Ya tuhan, cobaan apa lagi ini
"Kak, kaila dapet no kakak dari hasil ngebajak hp nya kak Esa, hehe"
" Iya, terus ada perlu apa ya?" Aku berada dalam mood yang buruk hari ini.
" Kak, aku pengen ketemu sama kakak. Penting kak."
"Hal penting apa ya?" Aku mulai penasaran
"Nggak enak kalo di telpon kak, kita ketemua aja gimana? Di cafe deket sekolah jam 7. Gimana kak?"
" Oh , iya deh. Jam 7"
" Aku tunggu ya kak"
Lalu sambungan telepon terputus.Entah kenapa, 2 hari ini terlalu bertubi - tubi. Terlalu banyak tragedi. Sekarang, kaila tiba - tiba ingin bertemu denganku. Otakku mulai berimajinasi liar. Bagaimana jika Esa sudah bertunangan dengan kaila? Atau kaila adalah masa lalu Esa yang muncul lagi, dan dia menyukai Esa, sampai terobsesi dan dia adalah psikopat?
Oh tidak, aku korban sinetron.Karena terlanjur penasaran, aku menutuskan pergi sedikit lebih awal. Selain menghindari macet, aku juga tak enak bila membuat kaila menunggu.
Setelah beberapa menit di perjalanan. Akhirnya aku sampai di tujuan, bersama segenap rasa penasaranku.
Aku segera memarkir mobilku dan cepat - cepat masuk ke dalam cafe. Dan ternyata kaila sudah ada disana.
" kak gista!" Aku langsung menghampirinya dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
" udah lama?" tanyaku.
"Nggak kok, baru 5 menit" dia tersenyum.
" oke,jadi mau ngomongin apa nih" aku sudah tak tahan. Benar - benar penasaran.
"Kita pesen minuman dulu ya kak?" Kaila memanggil pelayan dan memesan minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Stupid! It's Love
Teen FictionJika kau telah merasakannya, cepatlah. Karena cinta tak suka menunggu.