Ditengah - tengah diputarnya film itu, aku merasa ada yang aneh. Rasanya aku mengenal potongan rambut dan punggung tegap itu.
Setelah ku perhatikan lagi, skakmat! Itu Denis. Gila, dia bersama seorang gadis yang kini bergelayut mesra di lengannya.
Aku menaikkan turunkan kaca mataku. Berharap aku tak bertambah minus. Aku menyenggol lengan Esa, yang sedari tadi tertawa terbahak - bahak menonton adegan yang diputar.
" Apa? " dia menjawab singkat.
" Itu, bukannya orang yang duduk di depan itu Denis?" Aku meyakinkan diri dan berharap aku salah lihat." Iya, itu emang Denis. Terus?" Esa berkata begitu santainya. Fokusku terbagi antara ucapan Esa dan pemandangan yang kini ada di depanku.
Gadis yang tak dikenal itu,kini menyandarkan kepalanya ke bahu Denis.
Cih, ini keterlaluan! Bukankah seharusnya bahu itu hanya milikku?
Aku mencoba menahan amarah sambil mengingat - ngingat siapa gadis itu. Tapi, setahuku dia bukan saudara Denis.
Baiklah, aku akan menunggu film ini selesai diputar dan aku akan melabrak mereka.
" Ayo cepat keluar! kita akan melakukan hal yang menyenangkan. Lo ikut?" Aku menatap Esa yang masih mencerna ucapanku.
Esa lalu bangkit mengikuti ku, karena filmnya juga telah selesai diputar. Aku berdiri menunggu mereka .
'Akhirnya datang juga' gumamku. " Dunia terasa milik berdua ya?" Kataku saat melihat mereka masih di posisi dimana gadis tak dikenal itu bergelayut mesra di tangan Denis.
Hebat, perubahan ekspresi Denis saat melihatku begitu drastis. " Ada yang ingin kau jelaskan, sayang?" Aku menekan kan kata terakhir dari kalimatku. Agar gadis menyebalkan itu bisa mendengarnya.
Aku terus mencoba menstabilkan emosiku agar tidak melakukan hal - hal yang bisa mencoreng nama baikku. Aku baru kelas XII SMA, aku tak ingin nama baikku yang kubangun susah payah hancur gara - gara gadis murahan itu.
Tapi demi apapun! Aku sangat ingin menjambak dan menghajar gadis menyebalkan itu. Sepertinya dia belum kenal aku. Apa dia tidak tau aku seorang atlet taekwondo! Aku bisa saja menghajarnya dengan jurusku.
Tak ada jawaban. Denis masih memandangiku dengan tatapan tak percaya, atau kini dia masih menyusun cerita untuk membodohiku - lagi-" Jadi, acara keluarga yang kau maksud adalah pergi menonton film bersama gadis murahan ini, sayang? Kataku setengah mengejek.
" Jaga ucapanmu" kata gadis itu dengan intonasi datar.
Sepertinya dia terpancing emosi.
"Oh, maafkan ucapanku nona. Uhh , aku iri padamu. Kau cantik, murahan, juga tak tau malu. Sungguh, kau dan Denis adalah pasangan yang serasi" aku menyelesaikan kalimatku dengan senyum mengejek.Aku tau itu sangat tidak sopan., tapi kurasa dia lebih tidak sopan dengan caranya pergi menonton film dan bergelayut mesra di lengan pacar orang lain!
Kini aku bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang menahan amarahnya dan juga kini dia mengepalkan tangannya.
" Hei, ada apa dengan tangan itu nona? Mengapa kau mengepalkan tanganmu? Kau berani macam - macam? Akan ku tujukkan padamu seribu macam!" Kataku dalam sekali tarikan nafas.
Aku benar - benar ingin meledakkan amarahku di tempat ini. Jika aku dan Denis memang harus berakhir, kenapa harus dengan cara seperti ini? Aku paling membenci pengkhianatan. Aku paling benci orang yang berselingkuh.
"Oh iya Denis, kau juga belum menjawab pertanyaanku dari tadi. Apakah ada hal yang ingin kau jelaskan? Karena aku tau kau lebih bertanggung jawab atas semua ini" aku menatap Denis tajam.
" Ini hanya salah paham" akhirnya Denis bicara. Wow, dia hebat sekali. Bukannya minta maaf, dia malah mengatakan ini semua salah paham? Dia ingin mengelak setelah tertangkap basah?
" Kau hebat sayang" kataku lagi.
Esa yang sedari tadi hanya diam, kini menarik lenganku." lo udah selesai? Bisa kita pulang sekarang?"
Aku menghela nafas dalam dan mengedarkan pandangan pada orang - orang sekelilingku. Mereka mulai memperhatikan kami sekarang." Iya, ayo kita pulang sekarang" Esa menarik, lalu mengegenggam tanganku lagi.
" Tunggu Esa" aku tiba - tiba teringat sesuatu.
Aku melepas paksa kalung pemberian Denis secara paksa dari leherku lalu melemparnya pada gadis itu.
" Tangkap!" Seruku
Dan dengan bodohnya, gadis itu refleks menangkap kalung itu. Ku lihat wajahnya bingung." Sekarang kalung itu milikmu nona. Ambilah kalung bekasku itu beserta cowok brengsek itu!" Aku mempererat genggaman ku lalu pergi dari gedung itu.
Aku merasakan panas di mataku, Ya tentu aku ingin menangis sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Stupid! It's Love
Teen FictionJika kau telah merasakannya, cepatlah. Karena cinta tak suka menunggu.