Pesan Mysterius (1)

17 1 0
                                    

*Di Kantin

"Telinga Mis Bella tajam juga ya, hampir saja aku ketahuan mengatai dia Mis Killer, kalau saja dia dengar, bakalan di kill (bukan arti sebenarnya) nya aku, huft" ucap Shanti seraya melahap makan siang favoritnya, mie pansit.

"Hahaa, mending tadi Mis Bella dengar, biar distrap loe di depan, hahaha." timpal Evi

"Setuju gue, hahaa" sahut Novi
"Lagian, Mis secantik itu loe katain killer, ga cocok kale, tapi kalo malaikat gue setuju" lanjut Novi

"Malaikat apaan sekejam itu, malaikat pencabut nyawa? Hah?"
Jawab Shanti sedikit kesal.

"Hahaha, pencabut nyawa mu, haha" ejek Evi

Evi dan Novi tertawa melihat wajah Shanti yang merah padam.

"Udah aah, ga asik loe berdua, ngejekin gue terus, ihk kesal! Gerutu Shanti sembari memalingkan wajahnya.

"Hahaha, jelek amat tu muka, macam tomat merahnya, hahaa" ejek Evi.

"Iya nih, haha, bentar lagi bakalan mirip pak Suban loe si satpam kampus, hahaa" tambah Novi.

"Akhh, kesal deh sama loe berdua, gue pigi aja deh kalo gitu, asik diejekin aja pun" sahut Shanti mengerutkan dahinya.

"Haha, iya-iya sayang, maaf ya kan cuma bercanda" bujuk Evi sambil menahan tawanya.

"Masa gitu aja ngambek sih, kan bercanda doang, maafin kita ya Shanti sayang" sahut Novi sembari tersenyum.

"Nggak kok, gue ga mungkin marah sama sahabat-sahabat ku yang paling care sedunia ini" jawab Shanti riang.

"Tapi.." perkataan Shanti berhenti membuat Evi dan Novi terbengong.

"Tapi apa Shan? Tanya Evi penasaran.
"Tapi aku masih memikirkan gosip yang beredar dikampus hari ini"
"Menurut kalian, benar ga sih arwah nya Mirna gentayangan di kamar mandi dekat perpustakaan itu? Tanya Shanti serius.

"Gue juga sedikit terganggu dengan gosip itu, kabarnya anak jurusan sastra ditemukan pingsan dikamar mandi itu kemarin sore." tambah Novi

"Gue juga penasaran dengan gosip itu, mungkin saja itu benar karna kematian Mirna sangat tidak wajar" jelas Evi

"Apa mungkin Mirna bunuh diri? Atau jangan-jangan Mirna dibunuh?" Bisik Shanti

"Huss, jangan bicara sembarangan, lagi pula pihak rumah sakit tidak menemukan bekas kekerasan ditubuh Mirna" tegas Novi

"Kepolisiaanpun membenarkan bahwa Mirna bunuh diri karna tidak ada sidik jari orang lain pada pisau yang digunakan Mirna" Tambah Evi

"Tapi gue masih nggak percaya Mirna melakukan tindakan serendah itu" timpal Shanti

"Iya sih, tapi mau bagaimana lagi? Toh tidak ada bukti yang akan mendukung pernyataan kita kalau Mirna dibunuh"

"Benar juga sih, hmmm..." ucap Shanti.

"Udah, ah kita terima saja peryataan polisi kalau Mirna memang bunuh diri" kata Novi menambahi.
"Oh iya, ntar malam kita ngerjain tugas bareng yok, gue sedikit kelabakan menghitung nilai deflasi itu" bujuk Novi mengerdipkan kedua matanya.

"Beres itu, gue udah selesai dari semalam" ucap Evi sombong sambil tersenyum angkuh

"Haha, gitu aja sombong loe..weekkk" ejek Shanti
"Tapi bagi ke gue juga yah, hehee" pinta Shanti memelas

"Ngejek tapi minta juga, huhh dasar Loe" sorak Novi dan Evi.

"Okelah kita kumpul dirumah gue jam 19.00 ya, kalian nginap dirumah gue aja ya, soalnya bonyok lagi ga dirumah" kata Novi

Merekapun sepakat mengerjakan tugas bersama dirumah Novi. Dan bergegas pulang karena tidak ada lagi matakuliah hari itu.

*sore hari

I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do
And I've hurt myself

If I had just one more day, I would tell you how much that
I've missed you since you've been away


Dering sms hp Shanti, membangunkannya dari tidurnya.
"Hoaamzz, hmmm, siapa sih yang ganggu tidur ku, hmmz, ga sabar lagi mereka ya" meraih hp dan mengecek sms yang masuk.

"Haah!!! Mirna?, nhgak mungking.., Mirna udah meninggal mans mungkin kirim pesan..

(Tolong aku, Shan Tolong aku...Mirna) melihat isi pesan itu Shanti sangat terkejut dan secara refleks membuang hp nya ke tempat tidur.

"Aaaaa, ap...apa-apaan ini! Bisik Shanti sembari mengatur detak jantungnya yang berdetak kencang sehingga membuatnya seolah-olah tengah selesai berlari ratusan meter.

"Tenang Shanti, tenang, itu tidak mungkin Mirna, dia sudah meninggal dunia, tenang Shanti" pikirnya menenangkan diri.

Sesaat dia ingin mencari tahu siapa pengirim pesan itu, tiba-tiba telepon berdering.

Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I
And we'll be together till we die
Our love will last forever
and forever you'll be mine, you'll be mine

"Nomor yang tadi, Hmm, loe mau macam-macam ke gue, hah!" bisiknya dalam hati sembari mengambil hp nya. Tanpa menunggu Shanti langsung mengangkat telpon itu dan berbicara dengan lantangnya.

"Hei, siapa loe? Nge-sms ga jelas gitu ke gue, loe mau nakut-nakuti gue ya! Bawa nama sahabat gue lagi loe, siapa loe ha!? Bentak Shanti kesal.

"Zzzzt, zzzzt, Shan,, zztttt"
Terdengar suara samar dari penelepon.

"Gue ga main-main ya! Siapa loe, jelas kalau ngomong" wajah Shanti mulai memerah pertanda dia sedang marah.

"Zzztt, Shan tolong Mirna Shan, tolong Mirna" suara itu semakin jelas, membuat Shanti mulai merasa takut.

"Mirna? Loe jangan mengada-ngada, Mirna sudah meninggal dunia, ngerti loe! Jawab Shanti dengan suara mulai bergetar.

Tiba-tiba sesuatu mengerikan terjadi.

"Aaaaaaa......" teriak Shanti dengan keras.

Teriakan Shanti terdengar oleh pembantu Shanti dan langsung berlari menghampiri Shanti. Sesampainya dikamar Shanti, bi Ijah melihat Shanti tergeletak tak sadarkan diri di lantai dan dengan panik segera memanggil pembantu lainnya mengangkat nya ke tempat tidur.

"Kriiiinnnggg, kriinnggggg" telepon Evi berbunyi. Tertera nama Novi dilayar telepon.

"Halo Nov, ada apa? Jawab Evi

"Vi, bi Ijah baru saja nelpon gue, katanya Shanti teriak-teriak trus pingsan" kata Novi dengan buru-buru

"Apa? Kalau begitu gue siap-siap dulu, kita ketemu dirumah Shanti aja ya" menutup telepon tanpa menunggu jawaban Novi

"Ihhk, ni anak kebiasaan nutup telpon tiba-tiba" gumam Novi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hantu ClosetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang