Rayhan

12.7K 59 0
                                    

Alarm berbunyi tepat pukul lima membuat Rayhan terbangun, dinyalahkan lampu tidurnya lalu bergegas mandi dan berwudhu. Digelarnya sajadah untuk sholat subuh pagi ini. Mungkin adzan subuh sudah berbunyi sekitar tiga puluh menit yang lalu tetapi menurutnya tak apalah sebulum matahari terbit. Selesai sholat Rayhan pun memakai seragam putih birunya, berkaca pada cermin dan melihat matanya yang sembab. "kok cengeng banget sih gua jadi laki" ucapnya dalam hati. Lalu menyisir rambutnya yang sudah panjang itu.

Turun ke lantai bawah rumah untuk sarapan pagi ini, namun sayangnya ibunya belum bangun dan sarapanpun belum tersedia padahal sudah setengah jam lagi bel masuk sekolah. Rayhan pun kesal tapi buat apa sudah semenjak adik keduanya lahir sekitar dua tahun lalu, rutinitas paginya seperti ini. Jam pun menunjukan pukul enam lima belas dan Rayhan pun harus cepat-cepat pergi ke sekolah.

"Rayhan kamu engga sarapan di rumah dulu?" Tanya ibu dari dapur yang sedang membuat telur dadar.

Telat ucap Rayhan dalam hati. "gausah mah, Rayhan sarapan di sekolah aja" teriak Rayhan dari teras rumah yang sudah mengenakan sepatu lalu mengucapkan salam. Diperjalan ke sekolah Rayhan ingat bahwa ia lupa membawa uang jajan. Mampus ucapnya dalam hati sambil mengerutu.

Untungnya Rayhan tidak telat upacara pada pagi hari ini, karena ia salah satu anak yang rajin dan pandai ia pun baris dipaling depan. Matahari yang terik membuat kulitnya memerah, dengan keringat yang bercucuran Rayhan tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya. Ia pun ambruk seketika. 

Semua Karena XXXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang