End

77 0 0
                                    

Chul Soo berjalan ke rumah ahjusshi Jeong. Sementara itu semua orang bertanya-tanya bagaimana bisa Chul Soo melarikan diri. Ji Tae berkata Chul Soo pergi ke rumah ahjusshi Jeong.
“Mungkin dia ingin makan daging,” ejeknya.
Seperti biasa Profesor Kang mencurigai Ji Tae. Bagaimana bisa Ji Tae tahu ke mana Chul Soo pergi. Ji Tae gelagapan. Ia berbohong melihat Chul Soo ketika sedang dalam perjalanan ke rumah Su Ni. Perwira yang tidak berpikir panjang segera menyuruh mereka semua menyusul ke sana. Ji Tae menyarankan agar perwira membawa senjata betulan (bukan obat bius).
Padahal kalau dipikir-pikir aneh kan Ji Tae balik lagi ke rumah Su Ni malam-malam. Untuk apa? Dan lagi kenapa awalnya dia bilang Chul Soo kembali mengamuk kalau dia cuma berpapasan di jalan?
Chul Soo tiba di rumah ahjusshi Jeong. Ia berjalan melewati tubuh ahjusshi yang terkapar di halaman. Lalu ia melepas paksa pintu rumah dan masuk ke dalam tanpa mempedulikan ahjumma Jeong yang kebingungan.
Chul Soo mulai mencari-cari gitar Su Ni. Ia mengobrak-abrik seisi rumah dan mendorong ahjumma Jeong yang berusaha menghentikannya. Lalu ia masuk ke kamar gadis yang menginap di rumah ahjusshi Jeong. Gadis itu ternyata gadis yang bersama Ji Tae saat Ji Tae menabrak kandang kambing. Gadis itu berteriak sekuat tenaga begitu melihat Chul Soo.
Semua orang yang telah tiba di halaman rumah ahjusshi Jeong terkejut mendengar teriakan itu. Sebenarnya Chul Soo tidak melakukan apapun. Ia hanya memperlihatkan gambar gitar pada gadis itu lalu berjalan mendekatinya. Namun si gadis ketakutan dan melemparkan barang-barang pada Chul Soo.
Chul Soo mencari di lemari gadis itu. Gadis itu berusaha menghalanginya dengan memeganginya. Chul Soo menepis gadis itu. Karena tenaganya terlalu kuat, gadis itu terlembar hingga menjebol dinding kamar.
“Chul Soo!!” teriak perwira. “Kim Chul Soo! Angkat tanganmu dan keluarlah!”
Ahjumma Jeong dan gadis itu segera dibawa ke daerah aman. Tinggal Chul Soo yang berdiri di rumah ahjusshi Jeong dengan lampu tersorot padanya.
Su Ni melihat Chul Soo lalu berjalan menghampirinya. Chul Soo berjalan menghampiri Su Ni. Semua orang mengkhawatirkan Su Ni. Tapi Su Ni berkata ia akan berbicara dengan Chul Soo.
Senjata telah diarahkan pada Chul Soo. Ibu Su Ni protes, Su Ni bisa terkena senjata itu. Ji Tae berteriak menyuruh Chul Soo ditembak. Profesor Kang sangat kesal pada Ji Tae dan menyuruhnya tutup mulut.
Sementara itu Su Ni sudah dekat dengan Chul Soo. Chul Soo menunjukkan gambar gitar pada Su Ni. Su Ni berkata gitar itu tidak ada di sini. Ia mengulurkan tangan dan meminta Chul Soo mendekat padanya. Chul Soo mengulurkan tangannya.
Sedikit lagi jari mereka bertautan. Tiba-tiba terdengar suara rentetan senjata. Untunglah pelurunya tidak mengenai kaki Chul Soo maupun Su Ni. Ternyata Ji Tae telah merebut senapan dari penjaga. Ia bahkan mengancam akan menembak yang lain.
Lalu ia mengarahkan senjatanya pada Chul Soo. Ia menyuruh Su Ni menyingkir.
“Turunkan senjatanya,” kata Su Ni.
“Aku bilang menyingkir.”
“Tolong hentikan. Aku akan bicara dengannya.”
“Tidak perlu. Tidak perlu. Cepat menyingkir.”
Seorang perwira lain berjaga-jaga di balik pohon. Siap untuk menembakkan senjatanya jika terjadi sesuatu.
Perwira berteriak agar Ji Tae mundur. Tapi Ji Tae tidak mau lagi rencananya menghancurkan Chul Soo gagal.
“Aku akan hitung sampai 3. Jika kau tidak menyingkir juga, kau akan mati,” ancamnya pada Su Ni.
“Satu…”
Ibu Su Ni berteriak histeris.
Chul Soo siap bergerak.
“Tunggu.” Kata Su Ni pada Chul Soo. Lalu dengan berani ia mendekati Ji Tae.
“Hentikan,” ujarnya.
“Dua….”
“Jatuhkan…”
Ji Tae menaruh jarinya di pemicu. Perwira dan penjaga siap siaga dengan senjata mereka.
“Jatuhkan,” Su Ni bergerak maju tepat saat Ji Tae menekan pemicu. Tembakan terarah ke atas karena Su Ni mendorong senjata yang dipegang Ji Tae.
Melihat Su Ni dalam bahaya, naluri serigala Chul Soo muncul. Matanya berubah merah.
“Chul Soo, tunggu!” seru Su Ni sambil terus memegangi senjata Ji Tae. Jika Chul Soo berubah sekarang, Chul Soo akan ketahuan semua orang.
Ji Tae menarik senjatanya sekuat tenaga lalu menampar Su Ni. Su Ni terjatuh ke tanah. Ibu Su Ni berteriak. Tapi ia dipegangi agar tidak mendekati Su Ni karena berbahaya (Ji Tae memegang senjata).
Ji Tae yang sangat marah malah menendangi Su Ni yang tak berdaya. Chul Soo tak bisa lagi menahan kemarahannya. Ia berubah.
Semua terkejut melihat perubahan pada Chul Soo. Sementara itu Ji Tae tak menyadarinya sama sekali.
“Aku begitu lembut padamu! Aku sangat mencintaimu,” ujar Ji Tae sambil menangis frustrasi. Lalu ia meraih Su Ni.
Chul Soo yang telah menjadi manusia serigala menggeram keras lalu melompat menerjang Ji Tae. Lompatan Chul Soo sangat tinggi. Ji Tae mengambil senjatanya lalu menembaki Chul Soo. Perwira dan penjaga lain yang memegangi senjata juga ikut menembaki Chul Soo.
Tapi tampaknya Chul Soo kebal terhadap semua itu. Ia menerkam Ji Tae. Lalu menggigit dan mengoyak lehernya. Ji Tae berteriak kesakitan.
Semua orang terpana. Termasuk Su Ni.
Lama-lama suara Ji Tae melemah. Pandangan matanya kosong. Mati.
Chul Soo melepaskan gigitannya. Ia masih menggeram. Ia menoleh. Su Ni tengah melihatnya dengan tatapan sedih, takut, tak percaya, menyesal. Ia lalu melihat semua orang yang melihatnya dengan takut.
“Chul Soo, tenanglah dan mendekatlah padaku,” Profesor Kang mengulurkan tangannya.
Chul Soo nampak ketakutan (mungkin ia takut dikurung lagi dan dipisahkan dari Su Ni). Ia menggendong Su Ni lalu melarikannya ke hutan.
“Kejar.....dan tembak dia,” ujar perwira.
Chul Soo terus berlari membawa Su Ni. Su Ni memeluk Chul Soo erat-erat sambil menangis.
Chul Soo lalu menyandarkan Su Ni ke sebuah batu besar. Ia telah kembali menjadi manusia. Dengan lembut ia menyentuh ujung bibir Su Ni yang berdarah.
Su Ni melihat kaki Chul Soo terluka (sepertinya dia ngga kebal juga tapi menghiraukan rasa sakitnya demi Su Ni). Su Ni membalut luka Chul Soo.
“Chul Soo, apa kau benar-benar monster? Benarkah? Sebenarnya kau ini apa? Tidak apa-apa, aku tidak peduli. Tidak apa-apa....walaupun kau seorang....monster,” Su Ni pingsan dalam pelukan Chul Soo.
Chul Soo membaringkan Su Ni di tanah lalu menutupinya dengan daun-daun kering agar tetap hangat. Ia sendiri berjaga di samping.
Suara tembakan membangunkan Su Ni. Ia mendengar suara ibunya memanggil.
Su Ni menyuruh Chul Soo bersembunyi. Ia akan menemui orang-orang yang mencarinya dan memberitahu kalau Chul So telah kabur. Ia minta Chul Soo bersembunyi dan tidak mengikutinya lagi.
“Pergilah, bodoh. Jika kau tertangkap, kau akan mati. Aku tidak bisa bersamamu sekarang,” kata Su Ni sambil menangis.
Chul Soo nampak bingung. Ia terus mendekati Su Ni. Su Ni berusaha menguatkan hatinya.
“Pergi!” serunya pada Chul Soo. “Pergi! Aku membencimu jadi pergi kau!!”
Chul Soo tertegun. Ia mengulurkan tangannya untuk membelai kepala Su Ni. Tapi Su Ni menepisnya.
“Lepaskan aku!”
Chul Soo menundukkan kepalanya, meminta Su Ni mengelus kepalanya. Su Ni memukuli Chul Soo sambil menangis.
“Pergi! Pergi, bodoh!” Tanpa sadar ia menampar Chul Soo.
Chul Soo bingung. Su Ni merasa sangat bersalah. Ia menangis tersedu-sedu karena telah menyakiti Chul Soo.
“Maaf...maafkan aku, Chul Soo-ya..Ini demi kau.”
Chul Soo hendak mendekati Su Ni lagi. Tapi Su Ni melarangnya.
“Jangan mendekat! Jangan mendekat! Aku akan pergi! Pergi dan jangan mendekat!” teriak Su Ni sekuat tenaga.
Chul Soo berhenti.
“Ja.....ngan...pergi,” ujar Chul Soo.
Mendengar itu, tangis Su Ni semakin keras. Ia yang mengajari Chul Soo berbicara dan kata pertama yang diucapkan Chul Soo adalah memintanya untuk tidak meninggalkannya.
Chul Soo hendak mendekati Su Ni lagi, tapi Su Ni sudah bertekad. Ia menyuruh Chul Soo pergi dan mulai melemparkan batu ke arah Chul Soo. Sebuah batu mengenai wajah Chul Soo hingga menimbulkan luka.
Chul Soo kaget. Su Ni meninggalkan Chul Soo sambil terus menangis dan sesekali berbalik melihat Chul Soo, memintanya untuk tidak mendekatinya.
Melihat Su Ni meninggalkannya, air mata Chul Soo mengalir. Tapi ia menurut dan tidak mengikuti Su Ni.
Su Ni menjumpai orang-orang yang mencarinya. Ibu Su Ni terus menangis di dekat Su Ni. Profesor Kang menanyakan keadaan Su Ni dan bertanya di mana Su Ni semalaman.
“Di mana dia?” tanya perwira.
“Aku tidak tahu,” jawab Su Ni pelan.
Perwira tidak percaya dan menuduh Su Ni telah berbohong. Su Ni tetap berkata ia tidak tahu dan berkata Chul Soo telah melarikan diri.
Perwira masih tidak percaya. Ibu Su Ni memarahi perwira dan memintanya tidak bertanya apa-apa lagi.
Su Ni menunduk menatap tangannya. Tangan yang memerah karena tadi menampar Chul Soo dengan keras dan telah melempari Chul Soo dengan batu.
Profesor Kang mendekati perwira dan bertanya apa yang akan perwira lakukan selanjutnya. Ia berkata jika mereka melanjutkan pencarian ke daerah yang luas maka rahasia ini akan semakin sulit dijaga. Bukankah tujuan utama operasi ini adalah untuk menjaga rahasia? Hari ini reporter akan datang, jika mereka menutup mulut maka semuanya akan baik-baik saja.
Perwira akhirnya memutuskan untuk pergi dan tidak melanjutkan pencarian. Mereka bersiap pergi meninggalkan rumah Su Ni. Perwira menemui Su Ni dan berkata ia tidak akan membiarkan hal ini untuk seterusnya. Jika Chul Soo muncul lagi, ia ingin Su Ni melaporkannya.
Su Ni berkata ia dan keluarganya juga akan pindah dari rumah ini.
Su Ni dan keluarganya berkemas. Sun Ja menemukan pakaian lama Chul Soo saat mereka pertama kali menemukannya. Ibu Su Ni menghela nafas panjang. Ia sudah berjanji akan membelikan pakaian baru untuk Chul Soo, tapi hal itu tidak bisa diwujudkannya.
Su Ni menulis sebuah surat dan meninggalkannya di kamar gudang tempat Chul Soo dikurung. Ia tak bisa menahan tangisnya saat ia pergi meninggalkan kamar itu. Meninggalkan rumah itu. Meninggalkan Chul Soo.
Kembali ke masa kini….
Rumah itu awalnya dibeli oleh keluarga Ji Tae lalu keluarga Su Ni sempat menempatinya. Setelah perusahaan ayah Ji Tae bangkrut, rumah itu diberikan pada ibu Su Ni. Setelah ibu Su Ni meninggal, rumah itu diwariskan pada Su Ni. Di daerah itu akan dibangun kompleks untuk para pensiunan, jadi Su Ni disarankan untuk menjualnya.
Sebelum memutuskan, nenek Su Ni (aku agak bingung manggilnya, kalau aku panggil Su Ni kok jadi merasa kurang sopan karena sudah tua hehehe^^ yang penting semua tahu nenek Su Ni adalah Su Ni yang sudah jadi nenek-nenek ya ;p) ingin bermalam semalam di rumah ini. Ia bermalam bersama Eun Joo. Eun Joo memperlihatkan foto-fotonya bersama kekasihnya.
“Apakah ia punya banyak uang?”
“Sepertinya tidak, kenapa?”
“Kalau begitu jangan bergaul dengan dia.”
“Ck…tapi ia sangat baik,” bela Eun Joo.
“Perlakukan dia dengan baik. Semua pria senang pujian. Jika kau telah dewasa, kau dapat melihat apa yang tidak terlihat sebelumnya. Mengetahu banyak hal itu bagus, tapi itu membuatmu jadi pengecut. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup kita. Waktu…tidak akan pernah kembali,” gumam nenek Su Ni.
Eun Joo tidak terlalu mendengarkan perkataan neneknya. Kekasihnya menelepon jadi ia meminta ijin pada neneknya untuk keluar sebentar. Saat di luar Eun Joo merasa ada yang mencurigakan. Ia menyudahi percakapan teleponnya lalu mengambil alat penyetrum dari mobil.
Eun Joo kembali ke dalam rumah. Neneknya bertanya benda apa yang dibawanya. Eun Joo menjawab itu adalah alat penyetrum yang dibelikan ayahnya. Siapa tahu ada penyusup yang masuk saat mereka tidur.
Nenek Su Ni tidak bisa tidur walau waktu sudah lewat tengah malam. Ia duduk di sofa dan tak sengaja menemukan sesuatu di bawah bantalan sofa. Permen karamel, seperti permen yang pernah diberi Sun Ja pada Chul Soo. Tapi permen itu tidak nampak rusak, sepertinya belum lama ditaruh di sana.
Nenek Su Ni keluar rumah. Ia berjalan menuju gudang. Pintu gudang terbuka sedikit (padahal saat nenek Su Ni baru datang, pintu itu dalam keadan digembok). Nenek Su Ni masuk ke dalam. Ia terkejut saat mendapati di gudang itu berjajar berbagai macam tanaman dalam pot. Seperti rumah hijau.
Nenek Su Ni melihat ada cahaya lampu yang keluar dari kamar di ujung gudang. Ia berjalan mendekat. Sejenak ia tampak ragu untuk membuka pintu itu, tapi sepertinya ia tahu betul siapa yang ada di balik pintu itu. Nenek Su Ni merapikan rambutnya, lalu meraih pegangan pintu.
Nenek Su Ni menarik tangannya. Ia membalikkan badan dan berjalan menjauhi pintu. Tapi rasa penasaran membuatnya kembali dan ia membuka pintu.
Dan di sanalah ia. Chul Soo. Duduk di tepi tempat tidur seperti yang biasa ia lakukan saat ia menunggu kedatangan Su Ni.
Chul Soo mengulurkan kertas yang dipegangnya pada nenek Su Ni.
Nenek Su Ni mengambil kertas itu. Lalu membukanya. Itu adalah surat yang ia tinggalkan saat ia pergi 47 tahun lalu. Setelah membacanya, nenek Su Ni menangis.
Chul Soo lalu mengulurkan gitar Su Ni yang telah diperbaikinya.
“Kau menungguku?” tanya nenek Su Ni. Chul Soo mengangguk. Lalu ia menundukkan kepala, minta dielus.
Melihat nenek Su Ni diam, Chul Soo menaruh gitarnya di tempat tidur lalu kembali menunduk dengan penuh harap.
Nenek Su Ni terharu. Ia mengulurkan tangannya lalu membelai kepala Chul Soo dengan lembut.
“Kemarilah, berhentilah menunggu mulai sekarang,” kata nenek Su Ni.
Chul Soo mendekati nenek Su Ni. Nenek Su Ni memeluknya. Chul Soo nampak damai.
“Chul Soo, maafkan aku. Mengapa kau menunggu? Apa yang kautunggu? Maafkan aku,” kata nenek Su Ni sambil menangis. “Aku sudah melakukan segalanya. Makan apa yang kuinginkan, mengenakan pakaian yang kuinginkan, menikah dengan pria lain dan memiliki anak. Selama ini aku hidup seperti itu. Maafkan aku…”
Nenek Su Ni melepaskan pelukannya. Chul Soo menatapnya dengan tatapan yang tidak berubah sejak dulu.
“Aku sudah menjadi wanita tua sekarang,” kata nenek Su Ni. “Rambutku sudah menjadi putih.”
“Tidak, masih tetap sama,” kata Chul Soo.
Nenek Su Ni terpana. Chul Soo bisa bicara!
“Tangan, mulut, mata, kau masih cantik. Sangat cantik. Aku sangat merindukanmu,” kata Chul Soo. Astaga…jangan-jangan Chul Soo belajar dari drama Korea?? Hehe *abaikan*
Chul Soo kembali memeluk Su Ni. Nenek Su Ni menangis.
Seperti janji mereka 47 tahun lalu, Chul Soo membacakan buku cerita tentang boneka salju untuk Su Ni. Nenek Su Ni tertidur di gudang diiringi suara Chul Soo.
Keesokan paginya, nenek Su Ni terbangun di gudang. Gudang itu telah gelap, namu lampu meja masih menyala. Di meja ada buku tulis untuk Chul Soo belajar menulis. Juga ada gambar pemandangan daerah tersebut.
Lalu nenek Su Ni meninggalkan rumah itu bersama Eun Joo. Di perjalanan, Eun Joo mengaku semalam melihat orang aneh. Orang itu terus menatapnya saat ia sedang menelepon. Biasanya itu terasa menakutkan tapi anehnya ia tidak merasa takut.
Nenek Su Ni hanya diam mendengarkan kata-kata Eun Joo. Hmmm…setidaknya kita tahu kalau kedatangan Chul Soo semalam bukanlah mimpi, iya kan^^
Saat kantor daerah menelepon, nenek Su Ni memutuskan untuk tidak menjual rumah itu.
Tak jauh dari sana, Chul Soo memperhatikan mobil mereka yang semakin menjauh.
The End.
Komentar:
Sulit untuk mengomentari akhir dari film yang satu ini. Di satu sisi, aku mengerti mereka tidak bisa bersama. Tapi di sisi lain, aku merasa tidak puas jika mereka tidak bersama.
Mungkin kita bertanya mengapa Su Ni tidak pergi saja bersama Chul Soo? Lalu apakah Su Ni harus meninggalkan keluarganya? Ibunya yang begitu menyayanginya?
Chul Soo telah membunuh Ji Tae, tak peduli Ji Tae itu jahat atau tidak. Di mata semua orang yang tidak mengenal Chul Soo, Chul Soo adalah monster dan berbahaya. Su Ni percaya Chul Soo cepat atau lambat akan mati jika ikut bersamanya. Walau tidak ditembak, Chul Soo mungkin dikurung lagi. Apakah itu hidup yang baik bagi Chul Soo? Dan apakah itu baik bagi Su Ni? Seumur hidup tinggal bersama werewolf di hutan?
Selama 47 tahun hidup sendiri, Chul Soo bisa tetap hidup. Bahkan sudah bisa menulis, membaca, dan berbicara. Pertanyaannya: siapa yang mengajari Chul Soo? Bahkan Chul Soo bisa memasang lampu di gudang dan mempunyai banyak buku. Dari mana? Mungkinkah Profesor Kang? Hm….biarkan imajinasi kita yang menjawabnya ;)
Film yang kubuat sinopsisnya ini adalah versi original. Ada versi lain yaitu versi extended yang memiliki waktu tayang 2 menit lebih lama. Apa bedanya? Dalam versi extended, mereka ketahuan saat memberi makan kambing dengan kertas-kertas. Bukan hal yang penting sih >,<
Lalu pada akhir film, Su Ni yang mengelus kepala Chul Soo dan memeluknya adalah Su Ni muda. Bagi Chul Soo, Su Ni tidak pernah berubah. Bahkan ketika ia membacakan cerita, yang tidur di tempat tidur adalah Su Ni muda.
Walau lebih nyaman melihat Su Ni muda yang memeluk Chul Soo, namun esensi akhir cerita tidaklah berubah. Su Ni telah menjadi nenek dan Chul Soo tetap seperti dulu. Su Ni kembali ke Amerika dan Chul Soo tetap tinggal di sana sendirian.

WEREWOLF A BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang