We...

1.5K 146 22
                                    


DEATH or DATE


"Kau tinggal di sekitar sini?" Lelaki yang jauh lebih tinggi dari padanya itu memberikan sebuah Es krim rasa coklat kepada Jinhwan. Jinhwan hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan pria itu.

Tangannya terulur untuk menerima Es krim tersebut.

"Apa kau sudah memaafkanku?" Tanya pria itu lagi. Jinhwan tidak mengangguk ataupun menggeleng. Ia hanya diam.

Mereka berjalan menyusuri taman yang berada di sekitar perumahan elit, tempat tinggal Hanbin. Setelah membeli Es krim di ujung taman tadi, pria itu bilang dia akan mengantarkan Jinhwan kembali ke halte, atau setidakknya mencarikan taxi untuknya pulang.

"Aku tinggal di sekitar sini."

Jinhwan hanya diam mendengarkan.

"Aku juga sering jogging di taman ini."

"...."

"Kalau kau datang sekitar jam 6 pagi ke tempat ini, udaranya sangat menyegarkan."

"..."

"Kalau datang sore hari, sangat cocok untuk bersantai. Di tempat itu akan ada banyak anak kecil yang bermain, di kala sore." Mata Jinhwan mengikuti kemana arah telunjuk pria itu tertuju. "Kau suka Live Band?" lelaki itu kembali bertanya. Dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Jinhwan. "Aku akan mengajak mu untuk melihatnya akhir tahun ini."

Entah kenapa bibir Jinhwan tertarik untuk tersenyum, walaupun tipis. Dia merasa amat senang seseorang mengajaknya untuk melakukan hal yang disukainya.

"Ah, itu ada taxi. Aku akan memanggilnya."

Suara pria itu menghentak lamunan Jinhwan. Dia melihat si pria melambaikan tangannya pada taxi yang melaju ke arah mereka. Dan si taxi pun berhenti tepat di depan mereka. Pria itu membukakan pintu taxi untuk Jinhwan. Dan ia pun memasukinya. Walau dalam hatinya terbesit sedikit perasaan tidak rela saat akan berpisah dengan pria tersebut.

"Sampai jumpa lagi." Pria itu menutup pintu taxi. Dan taxipun mulai melaju.

Jinhwan melihat ke kaca belakang dan menemukan pria itu masih tersenyum sambil melambai kearahnya. Matanya yang tajam tertutup karna senyum lima jarinya yang menampakkan gigi ratanya. Jinhwan mendengus. Che, yakin sekali lelaki itu mereka akan bertemu lagi. Setelah mengatakan alamatnya kepada si supir taxi, Jinhwan perlahan mulai memejamkan matanya yang berat karna kebanyakan menangis.

Jinhwan menggenggam ponselnya erat. Otaknya mengatakan kalau hal yang dilakukannya saat ini adalah salah. Namun, tangannya bergerak lincah di layar touch screen ponselnya. Mengetik pesan-pesan yang biasanya akan dikirimnya kepada Hanbin. Hal ini sudah menjadi kebiasaan baginya. Dan kalau ia tidak melakukannya, maka seperti ada yang kurang dalam hidupnya.

Hufft...

Jinhwan membuang nafas lega. Untung saja dia lupa untuk mengisi pulsanya.

......

Jam 6 tepat, Jinhwan sudah berdiri di depan pagar rumah Hanbin. Walaupun dia tau ini salah, tapi ia tetap melakukannya. Tipikal namja keras kepala. Namun, ketika sesuatu terlintas di kepala batunya, ia memilih melangkah meninggalkan tempat itu.

Ia terus berjalan tanpa menghiraukan udara dingin di pagi buta ini. Dipeluknya erat bentonya untuk mendapatkan sedikit kehangatan.

Setelah sampai di tempat tujuannya, Jinhwan mendudukkan dirinya di salah satu kursi kayu panjang yang terdapat di tempat itu. Sedikit meringis merasakan dinginnya kayu yang menusuk tulang bokongnya. Jinhwan mengedarkan pandangannya. Mencari satu sosok. Ditelusurinya setiap inici tempat tersebut dengan mata sipitnya. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan sosok yang dicarinya. Jinhwan menghela nafas. Bodohnya ia karna telah mempercayai perkataan orang yang baru pertama kali ditemuinya.

DEATH or DATE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang