Le Court, III
Perkenalkan namaku Rea Ryou, sering dipanggil Rea, seorang gadis berumur 16 tahun yang memiliki penampilan cukup diluar logika jika dibandingkan dengan penampilan teman-teman sebayaku. Rambutku hitam sepinggang yang lebih sering kugerai, biasa memang tapi poniku yang menutupi kedua mataku yang membuat penampilanku diluar logika, dengan tinggi 170 cm, murid kelas 11 di SMA Fairy Tail, mempunyai seorang kakak bernama Zen Ryou, cukup bukan ? Aku sibuk, saat ini aku tengah berlari menuju SMA-ku, salahkan kakakku, akan kuceritakan pada kalian kejadian pagi tadi...
Flashback
"Rea, kau tahu jadwal bangun tidurmu, bukan ?"ucapnya padaku, siapa lagi jika bukan kakakku, umur kami hanya terpaut 1 tahun, dirinya yang baru saja mendapatkan SIM dengan sombongnya langsung menggunakan mobilnya beberapa hari yang lalu untuk berkeliling kota.
"Aku tahu, Zen dan hari ini aku terlambat bangun 0,2 detik"ucapku, dia terus memperhatikanku yang masih mengunyah sarapan pagiku, cih...memanggilnya dengan sebutan onii-san kurasa tak akan kulakukan padanya, ia tak pantas.
"Kalau begitu selamat menikmati makananmu juga hadiah dariku"ucapnya tersenyum manis padaku, baiklah firasatku mengatakan hal buruk akan terjadi padaku, aku hanya mengangguk. Ia bangkit dari kurisnya, berjalan kemudian menghilang dari pandanganku, tentunya aku bersyukur dia menghilang dari pandanganku
Flashback End
Tadi aku menuliskan bersyukur kan ? Kata-kata itu kutarik lagi, nyatanya hadiah yang ia maksud adalah menyuruhku berangkat sekolah sendiri tanpa adanya alat transportasi, sepeda yang biasanya kugunakan telah ia bongkar dan sekarang terbelah menjadi beberapa bagian. Terpaksa aku harus berlari menempuh jarak 4 km dari rumahku menuju sekolahku, dan dia dengan enaknya menaiki mobilnya sambil terus tersenyum membayangkan penderitaanku. Tiba-tiba kudengar suara jatuh, sontak aku berhenti, didepanku seorang pemuda seumuranku terkapar jatuh di trotoar jalanan ini dengan luka lebam di muka dan tubuhnya, aku membantunya berdiri, rasa ingin tahuku muncul, biasanya aku hanya akan membantu berdiri lalu pergi begitu saja.
"Apa yang terjadi ? Apa kau dipukuli ?"ucapku padanya, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku dan ragu-ragu ia mengangguk. Hah...baiklah, kurasa aku akan sedikit terlambat dari biasanya.
"Heh...ternyata kau membawa pesanan kami, cepat serahkan pada kami !"ucap seorang pria berambut pirang, umurnya sekitar 4 tahun diatasku, wajahnya terlihat mesum dan seketika aku merasa jijik terhadapnya. Sepertinya ia semacam ketua geng, dilihat dari 4 orang teman dibelakangnya yang selalu mengekor setiap ia bergerak, matanya menelisik setiap bagian tubuhku dari atas sampai bawah begitupun anak buahnya. Kurasa pesanannya adalah gadis SMA seumuranku, cih...dia benar-benar B******k !
"Bos, dia lumayan, tubuhnya oke, kulitnya putih, kukira dia akan berharga mahal tiap jamnya jika kau pekerjakan di tempatmu, apalagi daya tarik matanya yang tertutup poni itu, terkesan misterius dan liar"ucap salah satu anak buahnya yang berambut biru dongker, hei ! Aku mendengarnya, terimakasih atas pujiannya tapi aku tak suka dipuji oleh orang sepertimu, sepertinya ia juga tangan kanannya.
"Pergilah, aku akan ikut dengan mereka"ucapku pada pemuda itu, pemuda itu menggeleng, dia malah berdiri tepat disampingku, rambutnya berwarna abu-abu, matanya hitam, kulit tubuhnya juga putih, tinggi tubuhnya kurasa sekitar 160 cm, dan ternyata ia murid SMA Lamia Scale, tahun ke-2 sepertiku dilihat dari pakaiannya yang dominan Hijau itu.
"Aku akan membantumu"ucapnya pelan padaku, jika saja situasinya tidak seperti ini aku ingin mengerjai pemuda ini.
"Bawakan saja tasku, dan menyingkirlah ke tepian dekat tiang itu"ucapku datar disertai dengan nada dinginku, kali ini dia menurut, mengambil tasku dan bergegas ke tempat yang kurekomendasikan tadi.
"Hei Nona Manis, ayo ikut dengan onii-san !"ucapnya sambil mencolek daguku, mereka mulai mengerumuniku setelah ketuanya beraksi duluan dengan menggodaku tadi, ini saatnya memulai sesuatu.
"Maaf, tapi aku tidak tertarik dan sepertinya kau salah memilih targetmu"ucapku datar, mereka mengernyit keheranan, dan langsung saja kugunakan kesempatan itu untuk menyerang bagian paling sensitif pada tubuh ketuanya
SYUT...DAK...BUK...BUK...BUK..BUK...
"ARGH...SIALAN KAU ! HEI ! CEPAT BALAS DIA !"ucap sang ketua itu, ia terkapar di trotoar jalanan itu, mengerang kesakitan meratapi nasib masa depannya, sayang sekali, ke-3 anggotanya mengalami kejadian serupa gara-gara ulahku, setelah menendang ketuanya, kakiku langsung kuarahkan ke kanan dan kuputar mengitari ke-3 pria itu, 1-0 pikirku. Tunggu dulu, dimana 1 pria yang lainnya, aku memutar bola mataku dan menemukannya sedang berebut tasku dengan pemuda itu. Ia melepaskan genggamannya pada tasku dan beralih pada posisi tubuh siap menendang, sontak saja aku berlari menuju mereka beruda, lalu...
DAK...BRUGH...
Sial, tendangannya tepat mengenai tubuhku, aku terpental beberapa meter ke belakang, tunggu...mengapa rasanya tubuhku menindih seseorang ? Dan benar saja, pemuda itu tertindih badanku, refleks aku langsung berdiri, mengabaikan rasa sakit yang kuterima dan bersiap-siap jika mereka menyerang lagi.
"Nona manis, sepertinya kau sedikit terluka dan luka temanmu kurasa semakin parah, sebaiknya kau ikut saja dengan kami"ucap sang ketua itu, rupanya ia telah sembuh dari efek tendanganku tadi, walaupun dapat kupastikan setelah ini ia rela mengantri berjam-jam di rumah sakit untuk mengecek bagian tubuhnya yang kutendang itu.
"Kalian terlalu berisik"ucapku pada mereka, aku mendekat kearah mereka, dan berdiri tepat disamping ketua mereka lalu membisikan kata-kata ini 'Aku bersedia ikut, tapi setelah kalian mendapatkan sebuah hadiah dariku', langsung saja ketua mereka tersenyum senang atas kalimatku.
"Ah, ternyata kau penurut sekali, Nona Manis. Apa hadiah yang ingin kau berikan padaku, Nona Manis ? Sebuah ciuman yang panas atau sebuah game ? Atau mungkin, sebuah coklat manis darimu, Nona ? Ngomong-ngomong tubuhmu sangat indah, dan aku suka rambutmu, terkesan liar dan misterius, temanku benar rupanya"ucap ketua itu, ia memain-mainkan ujung rambutku, aku membiarkannya, seakan-akan aku sudah lemah dan menyerah akan segalanya, justru sebaliknya aku akan memberikan hadiahnya sekarang.
SYUT....DAK...BUGH...TAK...DAGH...BRUGH...
"Ketua kalian sudah kuhabisi, jadi siapa yang ak_"ucapku terhenti ketika tiba-tiba kurasakan rambutku ditarik, sepertinya aku tahu perbuatan siapa ini,cih...dasar ! Sudah babak belur saja, dia masih bisa berdiri dan menarik rambutku. 'Lumayan juga' pikirku, untuk saat ini aku tak dapat bergerak, hanya menatap tajam mereka dibalik poni rambutku.
"Hei kalian ! Cepat bawa kemari talinya ! Dia berbahaya, ugh...Nona Manis, kau sedikit melukaiku dan sebagai balasannnya kau akan kupukul sedikit"ucap sang ketua itu, ke-4 anggotanya mengeluarkan sebuah tali, dan mengikat tubuhku. Mereka bodoh pikirku, apa gunanya hanya mengikat tubuhku tanpa mengkiat tangan dan kakiku.
DAK...SHUSH...BRUGH...
Apa kalian tahu ? Saat ini tubuhku terguling di trotoar jalanan ini, mereka menendangku lalu menarik tali yang mengikat tubuhku sehingga aku berputar-putar dan akhirnya terguling seperti saat ini. Kulihat mereka tertawa, aku segera bangkit, berjalan menuju pemuda yang kutolong tadi. Setelah aku sampai disamping pemuda itu, aku meminta tasku kembali, dia memberikannya padaku. Tangannya gemetar, setelah kuperhatikan lagi tubuhnya juga, walaupun samar, dia berusaha menutupinya dengan tersenyum ramah padaku.
"Kau sudah tak kuat menonton perkelahian ini ? Sebaiknya kau pergi dan bergegas ke SMA-mu. Jangan lupa tas milikmu, setelah ini kupikir kau bisa pingsan jika masih melihatnya"ucapku padanya, awalnya menolak, namun ia akhirnya berjalan berlawanan arah dari arahku saat berangkat sekolah. Setelah kurasa ia pergi, aku segera memakai tasku dan mengeluarkan headphone hitam dengan sedikit motif bulat berwarna merah kesayanganku. Berjalan perlahan dengan langkah pasti menuju mereka beserta sebuah seringai yang mulai terukir diwajahku mengiringi langkahku.
TAP...SET...Aku berhenti tepat di tengah kelima orang itu, mereka berdiri di samping kanan dan kiri dan anehnya tak ada yang menghalangi jalanku, seakan-akan mereka sedang menyambut seorang pejabat negara di negara ini.
"Game is begin"ucapku melanjutkan langkahku, setelah kurasa sampai dibagian ujung barisan pria-pira itu, aku berhenti menunggu seseuatu.
"Hei, Nona Manis ! Berhenti ! Kau harus ikut kami !"ucap sebuah suara yang kuyakini milik ketua mereka, aku perlahan berbalik, dan tersenyum manis pada mereka secara perlahan senyumku pudar dan segera berlari ke arah mereka, menerjangnya seperti seekor hewan buas yang sedang memburu mangsanya.
WHUSH...DAK...TEP...SYUT... DAK...DAK...DAK...
Aku berhenti sejenak, menoleh kebelakang dan menemukan keempatnya sudah mengerang kesakitan sambil memegangi bagian tubuh yang berbeda-beda, aku tersenyum puas sebelum melanjutkan langkahku untuk menghadapi sang ketua ini
"Tidak buruk, selanjutnya kau !"ucapku padanya, aku berdiri tepat dihadapannya, tiba-tiba saja angin yang lumayan kencang menyibakkan sedikit poni rambutku, ia terkejut melihat warna mataku dan dengan segera aku meninju perutnya, tak lupa kutendang tubuhnya saat ia sudah terkapar di trotoar jalanan ini. Ketika aku ingin menendangnya lagi, sebuah sms yang masuk ke handphone-ku mengusikku, dengan malasnya kubuka pesan itu.
From : Ketua OSIS
Kau dimana, adikku ? Pelajaran sudah hampir dimulai, jangan bilang kau berkelahi lagi ?!
Setelah kubaca aku segera memasukkan handphone-ku tanpa berniat membalas pesan tadi, cih...apa pedulinya dia padaku ? Oh iya, sedikit informasi saja, kakakku, ah kuralat, Zen Ryou menjabat ketua OSIS dimulai dari saat ia kelas 2 sampai sekarang dan kudengar juga pemilihan ketua yang baru sudah dilakukan ketika liburan kemarin, aku tak peduli.
"Jangan ganggu pemuda itu lagi dan berhentilah menjalani bisnis kotormu lagi, kuharap kau juga tak dendam padaku setelah kupukul tadi. Kau sudah tamat kuliah, bukan ? Jurusan apa ?"tanyaku datar sambil memandangnya dan membantunya berdiri.
"Jurusan Akuntasi, sebenarnya kami berlima belum lulus, karena kon_"ucapnya terpotong karena melihatku yang terus-terusan memandangi jam tanganku.
"Aku pergi dulu, ini terimalah !"ucapku segera berlari melanjutkan perjalanan ke sekolahku yang sempat tertunda sebentar setelah memberikan beberapa lembar uang padanya beserta sebuah alamat seseorang yang kuyakini bisa membantu mereka.
10 menit kemudian...
Dapat kulihat beberapa anggota Fairy Team beserta OSIS sedang berjaga-jaga di halaman depan sekolahan, mereka menungguku pastinya. Fairy Team merupakan keamanan sekaligus dewan kedisiplinan murid-murid disini, pastinya semua siswa lebih memilih untuk tidak berurusan dengan mereka, kecuali aku, aneh memang tapi rasanya sulit jika tak berurusan dengan mereka selama masih ada dia disekolah ini. Aku hanya berjalan santai melewati mereka, sedangkan dapat kurasakan tatapan tajam milik mereka mengarah kepadaku.
"Tangkap dia !"ucap sebuah suara, suara yang sangat kukenali, suara sang Ketua OSIS, ingat bukan ? Aku tak akan memanggilnya 'kakak', ia sangat senang melihat sebuah pertunjukan yang akan terjadi sebentar lagi, dengan pemeran utamanya diriku sendiri.
GREP...GREP...Benar kan ? Pertunjukan ini dimulai, sayangnya aku tak berminat untuk membuatnya lebih terlihat seru. Aku hanya menurut saja ketika diseret oleh kedua bodyguard yang tengah memegangi lenganku ini, kulihat Ketua OSIS itu kecewa dari raut wajahnya. Setelah beberapa menit diseret, aku merasakan mereka melepaskan pegangannya pada lenganku, dan menghadapkanku ke sebuah pintu bertuliskan 'Headmaster Room'.
"Masuklah ! Kepala Sekolah mencarimu sedari tadi, atau kau ingin kami menyeretmu kembali untuk masuk ruangan ini ?"ucap salah satu bodyguard, yang kuketahui bernama Cobra dari tanda pengenal miliknya yang bertengger manis di saku jasnya.
"Aku akan masuk sendiri"ucapku dan segera melangkah masuk ke dalam pintu ruangan itu, setelah pintu tertutup aku menatap kepala sekolah dengan tatapan datarku, dan segera duduk dibangku depannya.
"Bagaimana kabarmu, Rea ? Aku ingin memberikanmu hukuman dan mungkin kau akan sedikit kehilangan waktu tidurmu yang berharga itu ?"ucap Kepala Sekolah padaku, namanya Makarov Dreyar.
"Cukup baik sampai kau menyuruh para anggota Fairy Team untuk menyeret dan membawaku ke ruanganmu ini, Kepala Sekolah"ucapku padanya, jujur saja aku ingin segera keluar dari ruangan ini.
"Seperti biasanya lidahmu tajam dan pedas, Rea. Aku ingin kau menjadi Wakil Ketua Hakim, kau tahu bukan setiap tahunnya sekolah kita memilih 3 orang siswa ataupun siswi untuk menjadi hakim, itu juga sebagai hukumanmu"ucap Kepala Sekolah padaku, langsung saja aku berjalan menuju pintu keluar sebelum sebuah suara menghentikanku.
"Jika kau menolak, akan kuberikan skorsing pada dirimu selama 1 semester di tahun keduamu"ternyata itu suara dari Kepala Sekolah, aku langsung berbalik dan menatapnya datar. Dia balik menatapku dengan senyuman,cih...benar-benar Kepala Sekolah yang menyebalkan
"Baiklah, aku setuju"ucapku akhirnya setelah sekian lama aku dan Kepala Sekolah saling bertatapan, dia tersenyum penuh kemenangan atas jawabanku.
"Hari ini ada penggabungan kelas antara kelas X dan kelas XI, termasuk XI-A dan ruang kelasnya di kelas X-C, kurasa kau harus berlari lagi, Rea"ucap Kepala Sekolah itu, dan tentunya benar, gedung ruangannya terpisah dari gedung-gedung ruang kelas, aku segera berlari dan kuharap belum ada guru yang masuk ke dalam kelas itu.
Lantai 3
Aku melihat guru killer itu berjalan berlawanan arah denganku, tatapannya yang tajam mengarah padaku, aku masih terus berlari. Setelah sampai didepan pintu kelas X-C dia juga berhenti, aku membungkuk sopan padanya dan mengekor ketika ia membuka pintu ruang kelas ini. Dapat kulihat semua tatapan mengarah padaku, mungkin karena penampilanku yang acak-acakan ini.
"Tinggal bangku pojokan yang kosong. Cepat duduk dan kita mulai perkenalan"
Dia memintaku duduk dipojokan, segera kuedarkan pandanganku dan menemukan 2 orang gadis yang terlihat ketakutan ketika aku berjalan menuju meja mereka. Yang satu berambut ungu, dikucir dua, terlihat seperti anak kecil bagiku ditambah dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 150 cm itu. Yang satunya lagi berambut biru muda dengan gaya yang hampir sama, namun tingginya sedikit berbeda, keduanya mungkin mengira aku preman, tapi biarlah.
Tak kusangka, aku salah menilai mereka setelah terlibat langsung dengan mereka berdua...
TAMAT
A/N : Tenang saja Minna-san ! Hanya perkenalan OC saja yang tamat, dan chapter berikutnya sudah mulai menceritakan kehidupan kami bertiga menjadi hakim, tunggu saja !

KAMU SEDANG MEMBACA
Le Court (Discontinued)
Fiksi RemajaKau tahu apa hal yang paling kubenci ? Menjadi Hakim, semua hidupku berubah, dari tenang hingga kacau ~Rea Hal yang paling kusuka dari sekolah disini adalah Menjadi Hakim dan Berteman dengannya ~Syn Ah, kalian tahu ? Kini kami bersahabat dengannya...