Rara sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya saat mendengar suara pintu cafe yang didorong seseorang.
"Ngapain gue nengok sih?" gumam Rara kepada dirinya sendiri dan kemudian melanjutkan pekerjaannya di laptop.
Tanpa Rara sadari, seseorang berbaju hitam yang baru saja memasuki cafe tersebut sedang memerhatikan dirinya.
::::
Sudah setengah jam Aldo berdiam di mobilnya. Memikirkan apakah ia akan segera menemui Rara atau tidak. Memikirkan apakah ia akan mengatakan yang sebenarnya atau terus memendamnya.
Masalahnya, mau sampai kapan?
Aldo menghela napas. Menatap Rara yang dikejauhan tampak sedang sibuk mengetikkan sesuatu sambil sesekali menyesap minumannya.
Perlahan, Aldo mematikan mesin mobilnya dan membuka pintunya.
Semoga gue gak telat.
::::
Aldo melepas jaket biru tua kesayangannya saat berada di depan pintu cafe. Agak memalukan jika Rara melihatnya dalam keadaan basah kuyup seperti ini.
Kemudian, ia mendorong pintunya.
Agak keras. Rara menoleh ke arah pintu selama sepersekian detik kemudian kembali kepada pekerjaannya.Apa dia udah lupa sama gue ya, pikir Aldo pesimis. Tidak lucu kan kalau tiba-tiba Rara malah memandangnya seolah dirinya adalah orang asing dan berkata, maaf, ini siapa ya?
Tidak lucu.
Sempat terlintas di pikirannya untuk duduk di hadapan Rara. Namun, kakinya malah melangkah ke tempat duduk seberang Rara.
Masih memilih untuk mengamati gadis itu dari jauh.
Sampai kapan?::::
Rara sesekali menoleh ke arah lelaki yang tadi baru memasuki cafe itu. Lelaki itu mengenakan kaos hitam dan memegang jaket berwarna biru tua. Ada sesuatu yang familiar dari lelaki itu.
Jaket biru tua...
Aldo?!:::
Aldo melihat ke arah Rara yang sesekali mencuri pandang ke arahnya. Dalam hati ia berpikir apakah gadis itu masih mengingatnya atau tidak. Dua tahun. Bukan waktu yang lama, sebenarnya. Namun juga bukan waktu yang singkat. Bagaimana jika...
Lamunannya mendadak terinterupsi oleh kedatangan seorang pelayan yang menghampirinya, "Mau pesan apa?"
Aldo berpikir sejenak. "Kopi saja,"
"Pesanan atas nama?" tanya pelayan itu lagi.
"Aldo,"
::::
Jantung Rara terasa berhenti berdetak. Benarkah itu Aldo? Maksudnya, Aldo yang itu?
Rara segera merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah ponsel berwarna silver kesayangannya. Secepat kilat, ia mencari nomer Abel.
"Bel?" panggil Rara dengan nada memburu.
"RARA!! Omg i miss you so much. Kapan mau meet up nih? Lo udah di Jakarta kan?" sahut Abel dengan riang dari ujung sana.
"Gue udah di Jakarta dari 3 hari yang lalu dan gue udah berusaha ngabarin lo tapi gak dijawab," jelas Rara. "Tapi, Bel. Itu gak penting. Gue mau ngomong."
"Kenapa? Lo udah ketemu Aldo? Dia sekarang lebih ganteng kan?" tanya Abel dengan nada semangat.
Rara menyadari bahwa wajahnya memerah. Kemudian cepat-cepat ia menjawab, "Bukan gitu. Oh, maksud gue, sekarang gue lagi liat dia. Kita di cafe yang sama,"
"Bagus, dong. Kenapa lo gak sapa dia?" tanya Abel masih dengan semangat yang sama. "Jadi? Lo kenapa nelpon gue,"
"Bel, gue.. sebenernya gue gak mau ketemu dia," ucap Rara sambil memainkan sedotan yang ada di gelas cappucino-nya.
::::
Satu hal yang tidak Rara sadari, Aldo mendengar pembicaraannya.
Rara gak mau ketemu gue?
Kata-kata itu mulai menari di pikiran Aldo.::::
Sorry for the typo(s) and dont forget to leave ur vomments❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
{#2} SERINTIK PENJELASAN DAN SECANGKIR KOPI
Short Story[SEQUEL DARI 'Jarak' dan 'Waktu] Untuk kita, Yang butuh kesempatan kedua dan berutang penjelasan