Empat

3.1K 511 48
                                    

"Lo udah gak ada perasaan apa-apa sama dia?" tanya Abel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo udah gak ada perasaan apa-apa sama dia?" tanya Abel. "Sayang banget,"

"Bukaan gitu, Bel. Gue cuma---"
Putus. Sepertinya jaringannya jelek.

Gadis berjaket hitam tersebut menghela napas panjang. Menatap kosong ke layar laptopnya.

Mau sampai kapan gue gini?

::::

Aldo menatap Rara dari seberang. Ia memang ingin menjelaskan kepada Rara tentang apa yang ia rasakan selama bertahun-tahun terakhir. Tentang bagaimana ia menyesal saat melihat surat tersebut mendatanginya alih-alih Rara.

Tapi bagaimana caranya?

Ia menatap Rara yang sedang mematikan laptopnya kemudian meletakkannya di tas.

Hah? Dia mau pulang?
Aldo menatapnya lekat-lekat. Apakah benar gadis di seberang mejanya ini tidak ingin melihatnya?

"Ini kopinya," ucap seorang pelayan sambil menyerahkan kopi pesanannya.

"Oh, iya. Makasih," kata Aldo cepat kemudian menatap Rara yang ternyata sekarang juga tengah menatapnya.

Aldo menggenggam gelas kopi itu dan beranjak dari tempat duduknya.

"Hai, Ra," sapanya berusaha sesantai mungkin. "Gue disini ya?"

Rara mengangguk kaku. "Iya,"

::::

Rara menatap lelaki berkaos hitam yang duduk di hadapannya. Sosok yang memenuhi pikirannya selama lima tahun terakhir. Tidak banyak yang berubah dari Aldo. Hanya saja sekarang ia tampak lebih... dewasa.

Rara tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya sekarang ini. Semua bergabung menjadi satu.

"Apa kabar, Ra?" tanya Aldo membuka pembicaraan. "Lo gak banyak berubah ya, ternyata."

"Gue baik aja. Lo juga gak berubah banget sejak terakhir gue liat lo," jawab Rara dengan pelan.

Aldo berpikir sejenak. "Kapan lo terakhir liat gue, Ra? Setau gue sih yang terakhir gue liat itu surat lo,"

Rara terdiam. Menyesali jawaban yang ia berikan kepada Aldo. "Soal surat itu.. gak perlu dipikirin, Do. Udah gak penting lagi."

Aldo menggeleng. "Gak, Ra. Justru itu yang mau gue omongin sekarang."

Aldo berpikir sejenak. Memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan pada gadis di depannya ini.

"Lo gak ganggu gue, Ra. Gue gak pernah merasa risih sama lo,"

Rara terdiam, tidak mempercayai apa yang ia dengar sekarang.

"Gue gak suka sama Lala, Ra," ucap Aldo lirih. "Itu akal-akalan Rama aja."

"Gue juga gak suka sama Rafi," sahut Rara.

Kemudian mereka bertatapan, berusaha menata perasaan masing-masing. Berusaha memikirkan apa kata yang pantas diucapkan setelah pembicaraan tentang hal ini tertunda dua tahun.

"Maaf, Do. Gue gak berani nemuin lo sebelum gue berangkat," kata Rara. "Dua tahun yang lalu."

"Maaf gue terlalu payah buat jelasin ini semua ke lo, Ra," sahut Aldo. "Ra, gue.."

Tatapan tersebut seakan sudah cukup membuat Rara mengerti. Ia tahu, dirinya sudah mendapatkan jawaban dari segala pertanyaannya.

Rara tersenyum, "Gue juga."

***

Terkadang, serpihan kata yang tertinggal dalam lidah akan menemukan jalan keluarnya sendiri, melalui tatapan mata.

-end

WOI AKHIRNYA SELESAI SETELAH MAGER NGELANJUTIN!! Maaf kalo endingnya mengecewakan ya❤️

Ditunggu vommentsnya

-shafira indika

🎉 Kamu telah selesai membaca {#2} SERINTIK PENJELASAN DAN SECANGKIR KOPI 🎉
{#2} SERINTIK PENJELASAN DAN SECANGKIR KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang