(612 Words)
Gue gak pernah se-senang ini pas bel pulang sekolah berdering, langsung aja, gue izin cabut duluan ke anak–anak.
Gue pun ngecek jam tangan sesampai gue di lapangan basket ini. Dia dimana sih?
Disaat gue menoleh ke belakang, terlihat jelas seorang malaikat menghampiri gue, tapi malaikatnya pake seragam sekolah dan juga bawa ransel. Kebetulan, malaikatnya lagi gak pake pomade terus wangi parfumnya udah bisa kecium dari sini coba.
Lebay sumpah.
"Eh Louis." Sapa gue.
"Udah lama disini, Tan?" ANJER BARU PERTAMA KALI INI, SELAMA 2 TAHUN, DIA NGAJAK GUE NGOMONG.
ASDLAFHOWHEFVNIUHGLA.
"Enggak kok, hehe."
"Sipdeh, yaudah duduk yuk." Dia pun ngajak gue duduk di kursi panjang deket lapangan, tepatnya di sisi kiri lapangan. Kita duduk jaga jarak sih, 2 jengkal lah.
"Uh, jadi, lo mau ngomong apa?" Kata gue membuka pembicaraan.
"Gue mau ngomong...um..." Aduh, lucu banget mukanya kalau lagi bingung gitu.
Pen minta dinikahin aja nih.
"Gue tau semuanya, na."
JLEB!
Eh tar dulu, tau apaan dulu nih?
Kalau soal gue suka sama dia,
Fix tewas gue ditempat.
"Ta-tau apa?"
"Tahu bulat," Anjir, lagi serius gini masih aja bercanda, gaplok nih bang.
"Heheh, canda." Ya, gue juga tau kali.
"Gue tau semuanya. Dari menfess pertama sampe terakhir, dari Briana ngajak elo nyari siapa pengirim menfess-nya, dari mulai sampe akhir, dari ujung ke ujung, gue tau semuanya, Na." Jelas Louis.
Lah, mati aing sekarang.
"Gue tau, lo pendem perasaan sayang ke gue selama 2 tahun terakhir dan gue juga tau,"
"Lo adalah pengirim menfess itu." Louis mengakhiri pembicaraan panjang lebarnya dengan senyum manisnya.
Gue pun diem gak berkutik. Gue malah berkali–kali ngomong di kepala gue,
"Mati lu."
"Dan sekarang, gue butuh pengakuan dari elo. Bener, lo itu orang yang gue bilang tadi?"
Gue hanya mengangguk pelan. Gue sambil nahan nangis tapi gak bisa dan gue gatau kenapa gue bisa nangis, aduh, gue bingung banget.
"Ya, bener. Gue sayang sama lo, selama 2 tahun, haha, lucu banget ya." Aku gue terang–terangan.
Louis pun memasang senyum manisnya. Dia pun langsung ngapus air mata gue.
"Gue sih belom sayang sama lo, kasih gue waktu, ya," Jawab dia.
"Dan seharusnya, dari dulu, gue nyadar kalo lo suka sama gue. Kenapa gue harus pacaran sama Briana? Dia ternyata manfaatin gue karena cuma sekedar mau populer aja. Gue bego memang."
"Enggak kok, lo enggak bego." Bela gue kearahnya.
"Tapi, walaupun elo bego, gue udah terlanjur sayang." Dia cuman senyam–senyum aja.
Dia pun ngajak gue pulang kerumah dan ngajak ngobrol di sepanjang jalan. Tentang keluarga, teman bahkan cinta.
Rasa cinta yang gue harap bisa tumbuh perlahan karena gue udah tanam rasa itu di hati dia, ya ampun puitis banget.
Intinya, jangan lo pantang menyerah dan menganggap bahwa usaha lo sia – sia karena di setiap usaha, pasti akan ada hasil yang memuaskan.
Kayak quotes buat UN aja.
SKIP
Malemnya, kita telponan gitu. Kita cerita–cerita lagi banyak tentang masa lalu dan masa kini.
Curhat gak jelas dan bongkar rahasia masing–masing dan ternyata, pengirim menfess misterius kemarin itu adalah Louis sendiri, karena dia emang udah gak tahan sama sikap Briana yang tiba–tiba berubah, itu semenjak dia sama Harry.
Akhirnya, ketahuan juga kalau dia sembunyi-sembunyi sama Harry.
"Tapi, gue masih penasaran sama satu hal." Aku gue.
"Yaudah, kalo penasaran, tanya dong."
"Lo tau darimana kalau gue suka sama lo?"
"Haha, itu mah dari Jade."
Ya, si kutu kupret. Makasih lah, kalo gitu.
"Kalau yang ngirim menfess? Dari Jade juga?"
"Oh bukan, dari adminnya."
Allahu Akbar.
Gue otw ke dukun ya, buat santetin adminnya.
END.Halo, akhirnya cerita ini habis juga. Maafkan kalau emang rada gak jelas karena ini pure imagination authornya sendiri, huhu. Terima kasih karena sudah mengisi waktu kosong kalian buat baca fanfic ini.
SEE YOU AT NEXT STORY!
mvltifandomkid_

KAMU SEDANG MEMBACA
MENFESSH! [lwt]
Fiksi Penggemar"Ada aja orang yang bikin OA kayak beginian. Satu, entah itu orang gak ada kerjaan atau dua, bisa jadi dia pengen tau urusan orang." Dimana si cewek kirim menfess ke OA MENFESSH! buat doinya, klise memang.