MENFESSH! [lwt]

Siks.

(528 Words)

Gue pun memberanikan diri buat noleh ke depan, bener aja, si Briana udah duduk manis di depan, padahal mukanya sama sekali gak manis.

Mukanya merah padam karena dia abis marah–marah tadi dan ditambah, napas dia yang gak bisa diatur jadi membara gak jelas.

This is it, Santana.

Matilah aing.

Mulut Briana pun terbuka dan dia mulai berkata,

Sambil gue tarik napas juga.

"Sananta?"

Ya ampun, nama gue pake segala salah dieja.

"Santana." Jawab gue.

"Oh oke, Santana. Gue butuh bantuan lo." Damn.

"Uh," Keringat gue mulai bercucuran. "Ba-bantuin apaan?"

"Bantuin," Briana berdeham. 

"Bantuin gimana caranya buat elo ngaku sama gue!"

LOH, APA INI?

Kok dia jadi tau?!

"Uh, nga-ngaku apa, ya?"

"Gausah sok gatau apa–apa kayak lo baru dilahirin kemaren. NGAKU LO CURUT!" Dia mulai berdiri dan mukul meja lagi.

Itu tangan dari besi kali ye? Kaga sakit apa, mukul–mukul meja wae?

"Seriusan, Briana. Gue gak tau apa-apa." Jawab gue membela diri, dengan innocent-nya.

Padahal enggak.

"Bohong dia, Bri. Dia yang ngirim pesan itu. Gue ada proof." Kata orang di sebelah gue dengan polosnya.

Oh, jadi si Jade gak cuman bego aja, ya.

Tapi, backstabber.

Pantes dari tadi dia kayak bawa piso dapur buat nusuk gue dari belakang.

"Jade, kok lo ngomong gitu sih!?" Bisik gue.

"Gausah bohong deh lo! Gue tau elo suka sama Louis selama 2 tahun terakhir ini. Gue tau lo suka sama Louis gara–gara dia dulu pernah nolongin pas lo mau jatoh ke got,"

Iya, bego gue, tau kok. 

"Dan gue tau, lo manggil Briana dengan sebutan Cabe Berkoar."

Setan emang ni curut, gue sumpahin dia masuk ke got dan gak ada yang mau nolongin dia.

"Apa?! CABE BERKOAR!? ELO TUH YANG CABE! NGEREBUT COWOK ORANG, PHO LU CURUT!" Briana mulai mengangkat tangan kanannya mengarah kearah pipi kiri gue, dan semua pun gelap.

...

...

...

...

...

"Santana."

"Tan, hey..."

"Eh, tante." Lah kok gua dipanggil tante, yakali.

Eh, bentar.

Kok gua ada di kelas? Bukan di UKS? Kan gue habis ditam—

"Itu dipanggil Briana dari tadi." Jade pun menunjuk kedepan gue dan otomatis, gue noleh langsung kearah yang dituju.

Bener aja, disana ada Briana lagi duduk, persis kaya kejadian tadi.

Oh, jadi ini kayak reka ulang, gitu? Jadi, yang tadi itu angan-angan aja? Jadi, tuhan ngasih gue kesempatan lagi nih? Lah keren.

"Santana, kan? Gue Briana." Kali ini, yang pertama, dia ngeja nama gue dengan benar dan kedua, dia ngasih gue tangan dia buat dijabat.

Bukan ditampar, syukurlah.

"Ya, Bri." Pas gue mau jabat tangannya, tangan dia udah ditarik lagi sambil dia ngomong, "Eh, gausah kenalan lagi, deh. Kan semua orang disini juga udah tau siapa gue,"

Yaelah, sok kecakepan.

"Gue kan pacar dari kapten tim futsal sekolah, ya?" Tanya dia sendiri sambil memamerkan pacarnya yang oh-so-kesayangan nya itu. Gue cuman senyum singkat.

"Oh ya, gue mau minta tolong sama lo, Santana. Si Jade bakal bilang apa yang gue mau sekarang. Jade?" Briana menoleh kearah Jade yang berada di samping gue.

Jade langsung memasang muka tegang sambil ngomong ke gue,

"Ja-jadi, si Briana ini mau minta bantuan ke el-elo, Tan." Jawab dia gugup.

Dia pun ngelanjutin, "Dia mau minta bantuan ke elo untuk nyari siapa yang ngirim menfess itu ke Louis."

mvltifandomkid_