aaaaaaaaa~ maap lama update dan baru hidup kembali. *terkekeh*. akhirnya saya telah selesai menyelesaikan meja hijau saya dan akhirnya bs fokus lagi nulis. aaarrgg bngung mw ngomong apa lgi..
lgsg aja yaa.. *tring*
“apa yang kau pikirkan bodoh!” Ella berteriak sambil menghempaskan tangan Yudis. Nafas Ella memburu, menatap Yudis seperti kucing liar yang diganggu.
“are u crazy?”
Yudis menatap Ella. Ada pandangan sedih, kecewa, marah, semuanya menjadi satu terlihat dari sinar mata Yudis,
“maapkan aku, Ella. Aku hanya ingin memberi Caca pelajaran atas apa yang diperbuat olehnya 2 tahun yang lalu, just it”
Ella menatap Yudis, mulutnya membuka dan dengan ekspresi tak percaya dia menatap yudis,
“ngapain kamu melibatkan aku? Aku ke kota ini agar aku itu hidup lebih tenang. Tolong jangan melanggar privasi orang dengan mengaku aku ini pacar kamu. Kita baru kenal, hello! What the hell, okay!”
Yudis menundukkan kepalanya,
“im so sorry, Ella. Dia mencampakkanku dan aku hanya ingin membalasnya. Dia wanita pertama yang kucinta. Tapi dia lebih memilih pergi ke inggris tanpa memberitahu aku sedikitpun. Aku memberikan segalanya untuknya. Waktuku, uangku, hidupku, hanya untuk memujanya. Aku bahkan terlalu membencinya. Shit kenapa dy kembali lagi. Aku benar-benar putus asa, jadi aku mengajakmu masuk dalam hidupku. Aku tau kita baru kenal. Tapi aku tau kamu wanita yang baik”
Yudis menatap mata Ella. Ella melihat bahwa ada kejujuran disana. Seorang pria yang penuh dengan luka dan kesedihan. Ella menghembuskan nafasnya dengan berat.
“well. Setiap orang memiliki persoalannya sndiri. Tapi percaya lah, semua dapat dilewati. Tuhan g akan ngasi persoalan yang melebihi kemampuan pribadi manusia itu” Ella tersenyum lembut.
Yudis tertegun mendengar kata-kata ella kemudian tersenyum malu. Semburat merah dipipinya kelihatan jelas di kulit wajahnya yang putih.
“kelihatannya kau tangguh. Teman?” yudis memegang tangan Ella.
Ella tersenyum merasakan genggaman tangan Yudis,
“percaya lah.. cobaanmu belum seberapa dibanding orang lain” Ella tersenyum kemudian berjalan menuju lapangan ospek dan meninggalkan Yudis dengan ekspresi bingung.
Yudis menatap punggung Ella dari kejauhan.
“apa mungkin Gabriella ini memiliki masa lalu kelam?” Yudis termenung memikirkan gadis yang berjalan meninggalkannya itu.
“hey.. mau termenung disana apa kita dimarahin ama senior?” Ella berteriak.
Yudis terkekeh melihat Ella kemudian mengejar ketertinggalan langkahnya.
ELLa
Seminggu masa orientasi akan selesai. Ajaibnya Yudis jadi kebal hukum dari penderitaan ospek. Kakak senior bahkan tidak berani menyentuh ataupun memarahi Yudis. Ketika kakak senior ingin membentakku, ketika yudis melayangkan tatapan melotot dan protes kearah senior itu, maka senior akan ketakutan dan akhirnya kami berdua akan berakhir di lapangan belakang sambil minum fanta atau cocacola.
“rasanya menyenangkan jika bisa membentak senior sombong itu” aku tertawa gembira sambil meneguk habis minuman fanta di depanku.
Yudis mengangguk tanda setuju.
“itu enaknya punya kekuasaan, Gabriella. Semua akan terasa mudah” yudis memainkan matanya ke arahku.
“apa mungkin kakekmu-Prof.Kim- adalah dosen pengajar semua mata kuliah di kampus ini?”
Yudis terkekeh.
“mungkin.”
“Kamu itu bagai ilalang tau ga”
“aku rasa dalam artian baik-simbiosis mutualisme- saling menguntungkan, benarkan?” yudis tersenyum mengejek ke arahku.
Aku tersenyum.
“tapi aku harap ketika di kampus ini-maksudku, ketika masuk masa kuliah sebenarnya- kamu bisa berdiri sendiri, ga usa make koneksi gtu lah. Aku sebenarnya paling suka sama pria yang bisa bertanggung jawab bukan karena koneksi tapi kemampuannya sndiri” aku menatap langit. Membayangkan seseorang dari masa laluku.
Yudis menatapku serius,
“ada apa? Apa ada yang salah?” tanyaku bingung.
Yudis tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, aku jadi kesal dan melempar kaleng fantaku yang sudah habis ke arahnya.
“Gabriella, gadis yang sangat unik. Kau tau, Gab?” Yudis mendekatkan wajanya ke telingaku. Terasa hembusan nafasnya yang berbau green tea, membuat perutku seakan berputar, dan darahku bersesir.
“aapp..apaa?” aku menatapnya malu-malu. Aku yakin wajahku pasti sudah memerah.
Yudis cengar cengir menunjukkan giginya yang rapi dan bersih,
“aku suka wanita yang to the point sepertimu, aku rasa kamu wanita smart”
“hey aku hanya berjuang jadi smart. Aku ini aslinya sama sekali ga smart. Aku bahkan tergolong wanita yang ragu-ragu”
Yudis meminum cocacola nya dalam sekali teguk.
“anything, but, aku senang bisa kenal denganmu. Kau wanita kedua yang bisa membuatku terpana”
“shit, Yudis. Can u stop compare me with her? It make me feel loathing now” aku tampa sengaja mengatakan itu dihadapan yudis.
Oh my Goddness. Aku mungkin salah ngomong.
“eh, maap Yud. Maksud aku...”
Yudis memotong kata-kataku dan terkekeh.
“so sweet, honey” Yudis menyindirku.
Aku menatap Yudis kesal, kesal pada mulutku yang bertindak bodoh. Kadang aku benci pada diriku yang slalu blak-blakkan.
“jadi kalian udah jadian?”
Aku menatap kearah suara itu dan terkejut, Caca, sudah berdiri dihadapan kami. Wajanya dipenuhi oleh air mata.
Yudis menatap Caca dengan geram, kemudian dipegangnya tanganku dengan keras. Dia pasti sedang bergumul dengan masa lalunya yang kelam.
“iya. Ini pacar aku. Berapa kali kamu membuka matamu dan berhenti menguntitku?’’
Aku bertaruh, yudis pasti sangat mencintai gadis ini, sampai dia segila ini. Well, ini hanya sandiwara.
“aku cinta kamu, Yud. Kamu mau dengar penjelasan aku kenapa aku pergi ke inggri tanpa kabar? Aku pikir kamu akan menunggu aku. Maafkan aku” Caca menangis.
“tidak perlu” Yudis memegang tanganku mengajaku pergi.
“kamu akan menyesal telah memperlakukanku begini, Yudistira. Hanya aku yang mencintaimu dan peduli padamu sejak kita berusia 6 tahun. Ga akan ada yang bisa menggantikan posisiku dihatimu. Tidak akan pernah. Kau akan memohon dan kembali padaku.” Caca terisak.
Yudis berjalan lurus setelah mendengar ancaman Caca, menatap lurus, tangannya keras memegangku memperlihatkan dia menahan segala gejolak jiwanya. Kutatap Caca yang menangis dan seorang pria yang memegang tangan Caca dan membersihkan air mata yang mengalir dari mata coklat beningnya. Pria itu memeluk caca dan mengelus rambut coklat terang milik Caca. Pria itu memandangku dan tersenyum sendu ke arahku. Aku bisa melihat mata pria itu menyimpan kesedihan mendalam.
“aku sudah terlibat, terlalu jauh..” aku sedikit menyesal dan mengulum bibirku.
****************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disasster
RomanceKisah percintaan anak muda yang menarik, dan layak untuk dibaca. Selamat membaca dan nikmati sensasi yang mengalir.