Chapter 5

2.2K 294 9
                                    

"Memikirkan sesuatu?"

Jimin menatap Kekasih penuh rasa ingin tahu. Yoongi tergagap sejenak sebelum akhirnya memasang senyum berbalut rasa ragu. Lelaki itu akhirnya menarik kursi si sebelah Yoongi setelah meletakkan dua porsi omurice. Malam ini seharusnya hangat dan menyenangkan, menikmati santap malam buatan Jimin sendiri-di apartemennya, tentu saja-sembari bercerita dan melepas rindu. Karena itu Jimin tak ingin ada ganjalan yang mengganggu.

"Tidak. Maksudku, bukan masalah besar kok," dusta Yoongi, "omurice-nya kelihatan enak. kadang-kadang aku jadi minder."

Bohong, Jimin tahu kemampuan memasak Yoongi tak perlu diragukan lagi. Hanya saja sekali-kali ia juga ingin memasak sesuatu untuk calon pendampingnya. Dan lagi, Jimin tahu ada masalah lain yang menginvasi.

"Karena kau yang memasak, biarkan aku yang mencuci piring," kata Yoongi sambil membawa piring-piring kotor itu ke dapur.

Langkahnya terhenti ketika Jimin memegang tangannya, meraih piring-piring yang membebani tangan Yoongi. Tatapan mata hitamnya melembut, membawa sendiri piring-piring itu ke dapur dan mencucinya. Sementara Yoongi hanya bisa mengikutinya.

"Jimin. Biar aku saja. Bukankah kau juga selalu mencuci piring jika aku yang memasak. Jadi...,"

"Aku tidak mau piringku pecah karena kau mencucinya sambil melamun. Aku tidak tahu masalahmu apa, tapi kuharap masalah itu cepat berlalu. Kautahu, wajahmu itu sangat jelek kalau kau sedang sedih. Makanya aku selalu berusaha membuatmu bahagia agar wajahmu juga selalu terlihat cantik," kata Jimin, "mengerti?"

Yoongi tak dapat menahan diri lagi untuk tak memeluk kekasihnya dari belakang.

Bagaimana ... bagaimana caranya mengatakan bahwa ia takut Jimin bukanlah sosok lelaki yang tepat untuknya? Bagaimana bisa ia mengatakan bahwa ia takut Jimin berubah menjadi Mr. Totally Wrong seperti Tuan sooman? Bagaimana seandainya nasibnya juga tak lebih baik dari Victoria? Bagaimana jika ternyata Jimin menyembunyikan rahasia darinya? Lima tahun mengenal Jimin, menjadi bagian dari hidupnya, memberi support dan di-support olehnya, bukanlah jaminan bahwa Jimin akan tetap begitu selamanya.

Jimin bisa merasakan pemuda itu sedikit gemetar. Sensasi basah di punggungnya-sepertinya Yoongi menangis-membuatnya panar. Menerka-nerka masalah macam apa yang membuat Yoongi begitu ganar.

Jimin tak tahu, Yoongi takut jika cinta juga bisa memiliki waktu kadaluwarsa.

Mengeringkan tangan dengan hand towel, Jimin kemudian melepaskan pelukan Yoongi. Membalikkan tubuhnya, kini ialah yang mendekap kekasihnya. Jemarinya menyisir pelan helaian surai caramel milik calon pendampingnya. Tak perlu persona. Aksi dan gestur saja cukup merepresentasi betapa ingin ia menenangkan hati Yoongi agar pemuda itu tak perlu lagi merasa tersiksa.

"It's ok. Aku di sini, Yoongi. Aku di sini," bisik Jimin, "aku tak tahu masalahmu apa. Aku juga takkan memaksamu untuk bercerita. Aku hanya khawatir, kau tidak sedang baik-baik saja. Aku peduli padamu, Yoongi. Aku takut ada sesuatu yang mengusik hidupmu, menganggumu, membuatmu sedih sementara aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu."

Yoongi semakin mengeratkan pelukan. Tersadar sekaligus merasa sedikit malu dan bodoh karena sempat terombang-ambing keraguan. Ia mengenal Jimin, semestinya ia tahu tindakan picik itu takkan pernah Jimin lakukan. Dan jika ia tak ingin Jimin berubah, maka ia sendirilah yang harus memberi apa yang Jimin butuhkan.

Karena bagi mereka, cinta adalah memberi dan kemudian menerima balasannya.

"Sudah baikan?" Jimin bertanya ketika Yoongi tak lagi gemetaran. Pelan-pelan ia melepaskan pelukan.

"Aku ... aku mencintaimu, Jimin," Yoongi berucap pelan, malu-malu memanggil nama Jimin.

"Aku tahu, Yoongi. Aku tahu kau selalu mencintaiku," gumam Jimin, "Yoongi, ada Cheese cake dan cinnamon roll kesukaanmu. Akan kusiapkan untukmu sebagai dessert."

"Lalu dessert-mu?" Yoongi balik bertanya.

"Boleh kuambil sekarang?" Menyeringai jahil, telunjuknya membelai bibir pink Yoongi seiring dengan tatapan setengah menggoda, "Sejak tadi bibirmu terus memanggilku, 'Jimin cium aku. Cium aku!' begitu katanya."

Yoongi hanya bisa menyikut pelan rusuk kekasihnya sembari tersipu-sipu. Pun begitu, ia juga tak menolak ketika bibirnya dan bibir Jimin bertemu. Sebuah ciuman, semoga mampu menepis semua ragu.

-

Tbc

VoteMent Please

WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang