Bab 1.

47 1 0
                                    

Desyca memandang kedua orang di depannya dengan malas.

Sungguh, sarapan yang tidak menyenangkan, pagi-pagi sudah dikasih pemandangan yang membuat hati nyeri sampai kehulu. Batinnya.

"Woy Des, kenapa lo?" sapa teman sebangkunya tiba-tiba.

Membuat Desyca tersadar, kalau ternyata dari tadi dia hanya berdiri di depan pintu kelas.

"Jangan kebanyakan bengong Des, ngga baik tau," lanjut Ayasha, temannya yang tadi memergokinya sedang melamun.

"Sorry-sorry tadi lagi mikir aja, ada yang ketinggalan atau ngga,"

"Des-des... Kebiasaan deh," kata Ayasha mencubit pipi Desyca gemas. Desyca merintih berpura-pura sangat kesakitan, sampai akhirnya Ayasha berhenti melakukannya dan tertawa lagi, kali ini Desyca ikut tertawa juga.

"Des!" panggil temannya yang lain.

Desyca berbalik dan mendapatkan pemandangan yang masih sama seperti tadi.

"Hei, Moz," sapa Desyca balik ketemannya, Moza. Ya, dia yang menjadi penyebab atas nyeri yang terdapat di hati Desyca pagi ini.

"Eh Moz! Bisa-bisanya lo kasih kita berdua sarapan yang pedes-pedes. Masih pagi juga," canda Ayasha, yang secara tidak langsung mengutarakan isi hati Desyca.

"Makannya kalian cari pacar! Biar kalian pada ngga iri sama gua, haha," canda Moza balik.

Desyca dan Ayasha tertawa menanggapi omongan Moza sebagai candaan.

"Eh! Gua kemaren ketemu cowok dari Omegle, gila! Ganteng banget, anak Bandung." Cerita Ayasha, mulai duduk dibangkunya.

"Oh ya? Lo minta kontaknya?" Tanya Desyca ikut duduk di samping Ayasha, ingatkan? Ayasha teman sebangku Desyca.

Ayasha menganggukan kepalanya sebagai pernyataan 'Ya'.

"Moz? Aku balik dulu ya ke kelasku, bye." Pamit Ezra memotong percakapan mereka, dan ya Ezra kekasih Moza.

Desyca hanya berusaha tidak menganggap mereka ada, dengan cara menyibukan diri pura-pura mencari sesuatu didalam tasnya.

Memandang mereka sama saja membuat hatinya nyeri kembali.

"Serius lo Sha punya kontaknya?" Tanya Moza antusias tepat setelah Ezra keluar dari kelas ini.

"Serius dong," jawab Ayasha mantap.

"Duh mau kontaknya dong, seriuskan lo dia ganteng?" oceh Moza lagi.

"Ya seriuslah, dari mana gua tau dia ganteng kalo gua ga punya kontaknya." Jawab Ayasha yang mulai terlihat jengkel.

"Bagi ya Sha, plis...," pinta Moza.

"For what?" Tanya Ayasha cepat.

"Ya taulah cewe... Kalo udah denger cowo ganteng mah langsung gatel, ye ga Des?"

Desyca yang awalnya sama sekali tidak tertarik dengan apa yang sedang kedua temannya perbincangkan, terpaksa harus memuculkan sifat buruknya. Yaitu, bermuka dua.

"Yoi banget Sha, bagi-bagilah. Kitakan sama-sama jomblo, jadi harus saling berbagi. Kalo Moza mah biarin udah ada yang punya dia," kata Desyca dengan nada bercanda.

"Yah, Desyca mah. Parah lo ah," kata Moza ngambek.

Jujur Desyca geli melihatnya seperti itu, ya pertama geli karena sifatnya yang menggelikan, dan kedua geli karna Moza tidak tahu malu.

Jelas-jelas dia sudah mempunyai hubungan dengan Ezra, tapi masih gatel saja mendengar cowok ganteng sedikit.

Apalagi di satu sisi Desyca mempunyai rasa kepada kekasihnya, Ezra. Itu menambahkan rasa tidak sukanya atas sifat jelek Moza.

AdelardoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang