"Des.. Entar pulang sekolah kaya kemarin lagi yuk" Ajak Moza.
"Duh, kan kalian tau sekarang jadwalnya gua buat ngejomblo di lapangan" tolak Desyca. Hari ini adalah hari dimana ekstrakulikuler basket di sekolah, hubungannya dengan Desyca adalah Ezra termasuk anak basket.
"Ayolah! lewatin jadwal lo, hari ini doang."
"Iya, Des! Lo liat kan kemaren pas ada lo dia ngeliatin kita terus, gua kan jadi tambah puas liatin dianya."
"Duh gua sibuk, lagi pula dia ga sebegitu ganteng," Desyca masih tetap pada pendiriannya.
"Emang ngapain aja sih lo di lapangan sendirian? Mending ikut kita," Ayasha berucap mendukung Moza.
Ya gua pengen ngeliatin Ezra main basketlah, jawab Desyca dalam hati.
"ya lo pada taulah apa yang biasanya jomblo kaya gua lakuin disaat sendiri, apalagi kalo ga dengerin lagu galau sambil meratapi nasib," akhirnya jawaban keluar dari mulut Desyca. Ya walaupun beda dengan yang sebenarnya hatinya ingin jawab.
"Ayolah Des...," Pinta Moza dan Ayasha bersamaan.
Desyca terdiam masih menimbang-nimbang keputusan yang akan ia ambil, memperhatikan Ezra seperti yang biasa ia lakukan atau mengikuti teman-temannya memperhatikan cowo entah berantah dari sekolah lain seperti kemarin.
Ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan sebelum menjawab mereka.
"Sorry guys, maybe next time"
*****
~kringg~
Bel pulang sekolah berbunyi, setelah ketua kelas menyiapkan, mereka diizinkan untuk pulang.
"Ayolah Des, ikut aja" ajak Ayasha lagi.
Yampun, perempuan ini kapan akan berhenti memaksaku?! Batinnya sebal.
Otaknya sudah lelah mencari alasan apa lagi yang harus ia pakai agar mereka cepat pergi.
"Ah, gua ga mau ikut. Titik. Buat apa ngeliatin cowo yang ga mau sama gua, huh buat ngebatin ae," akhirnya itulah yang terucap dari mulut Desyca.
"Ah! Ga asik nih, terlalu gampang menyerah," kata Ayasha masang muka sedih.
Ha? Gampang menyerah dia bilang? Tidak tahu saja dia aku pantang menyerah hanya untuk sekedar mencari perhatian Ezra.
"Udah sana pergi, nanti cowonya keburu naik bis duluan lho!" Ingat Desyca supaya mereka cepat-cepat pergi dan berhenti memaksanya ikut.
Lagi pula kenapa mereka memaksaku untuk ikut? Apa untungnya? Apa karna kemarin dia memandang kearah kami terus? Itu kan pasti karna ia risih melihat tingkah gila kami kemarin, aku sendiri saja risih. Pikir Desyca.
"Oiya bener!" Moza angkat bicara.
"Okay, duluan ya Des!!" Pamit mereka berdua melambaikan tangannya kearah Desyca, dan meninggalkan kelas.
Setelah memastikan mereka sudah benar-benar pulang, Desyca pun pergi menuju lapangan basket.
Sesampainya dia disana, ia hanya duduk di pinggir lapangan sambil sok membaca novel.
"Sejak kapan lo jadi sering mejeng dilapangan?"
Dia mengadah dan menemukan yang selama ini ia tunggu, well, sejak aku menyukaimu bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelardo
Teen FictionBayangkan! Bagaimana rasanya harus menyembunyikan semua yang kau inginkan? Memendam semua di dalam hati, tanpa kau keluarkan dan dan tanpa satu orang pun yang tahu? Bisa kau bayangkan? Bila kau bisa, berarti kau sudah mengerti bagaimana rasanya menj...