A E

50 5 0
                                    

Musim hujan sudah tiba, tetapi Deandra selalu lupa untuk membawa payungnya.

Sebelum pulang sekolah tadi, tiba-tiba saja guru sejarahnya meminta tugas yang sudah ia lupakan satu bulan lalu dan mengancam tidak akan memperbolehkannya mengikuti ulangan harian jika tidak segera mengumpulkan.

Langsung saja Deandra pergi menuju perpustakaan, menghabiskan waktu istirahatnya dengan menulis tugas yang bisa ia dapatkan dari buku-buku tebal yang lusuh dan sudah berdebu di perpustakaan.

Tapi, entah karena suasana perpustakaan yang sepi dan dingin atau mungkin karena mata Deandra sudah sangat lelah, Deandra tertidur.

Sehingga disinilah Deandra sekarang, dengan jarum jam yang menunjukan angka 3 lebih 32 menit.

Beruntung sebelum tertidur di perpustakaan tadi Deandra sudah mengerjakan setengah dari tugasnya, sehingga saat ia terbangun, ia hanya tinggal menyelesaikan beberapa paragraf lagi.

Dan sejak ia terbangun pula, hujan sudah turun dengan deras membasahi tempat kelahirannya, Bandung.

Jadi, setelah menyimpan tugas di meja guru sejarah-nya ia hanya berdiri diam di koridor, menatap tetesan air hujan yang jatuh dari atap.

Kira-kira sudah 10 menit Deandra menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti turun.

Bukannya Deandra tidak mau menerobos hujan yang tidak tergolong besar itu. Lagipula, Deandra suka hujan. Hanya saja seragam yang ia gunakan masih harus dipakai untuk esok dan ia hanya memiliki satu seragam yang bisa digunakan.

Jadi, Deandra akan menunggu.

"Dean!" Suara itu muncul bersama satu tepukan pada pundak Deandra, membuatnya yang sedari tadi melamun terperanjat karena terkejut.

"Eh?" Deandra memperhatikan laki-laki bermata sipit yang sedang tersenyum lebar dengan payung yang masih meneteskan air hujan dihadapannya. Dani.

Manis. Pikiran itu tiba-tiba terlintas dikepala-nya.

"Ngapain disini? Aku kan udah suruh pulang duluan." Awalnya memang Deandra akan pulang sekolah dengan Dani, seperti hari-hari sebelumnya. Tapi karna tugas yang guru sejarah tagih padanya tergolong banyak, ia menyuruh Dani pulang terlebih dahulu karna tidak enak jika membuatnya menunggu.

"Dani udah pulang, kok." Kali ini Deandra melihat ke arah pakaian yang Dani kenakan. Sweater abu-abu yang ia kenakan membuatnya terlihat bertambah manis. Berarti benar, Dani sudah pulang ke rumahnya tadi.

"Terus? Kenapa kesini lagi?" Tanya Deandra bingung.

Dani mengalihkan pandangannya dari Deandra, menatap lantai yang saat ini entah kenapa menurutnya menjadi lebih menarik. "Dani udah nungguin Dean pulang daritadi. Tapi lama-lama Dani khawatir ada apa-apa sama Dean. Makannya Dani balik lagi ke sekolah."

Dulu, jika melihat Dani yang sedang malu-malu seperti saat ini, Deandra akan dengan senang hati menghina-nya. Tapi sekarang, semenjak pernyataan Dani yang tiba-tiba itu, Deandra jadi ikut merasa salah tingkah.

"Kamu cuma bawa satu payung?" Sebagai jawaban dari pertanyaan Deandra, Dani mengangguk.

"Ya udah, kita tunggu disini aja sampai hujannya berhenti."

Dani mengerucutkan bibirnya sebal. "Dean nggak mau satu payung sama Dani?"

Kenapa Deandra tidak pernah sadar bahwa Dani bisa se-imut ini, sih?

"Bukan gitu." Deandra tertawa kecil. "Tapi kan, sekarang udah ada Dani. Jadi, kalaupun mau diem disini sampai malem, aku nggak akan takut."

Hening.

DeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang