N A

17 0 0
                                    

"DEAN BANGUN!" Samar-samar dapat Deandra rasakan tubuhnya bergerak tak beraturan. Membuatnya yang sedang berkelana didunia mimpi seakan terlempar ke dunia nyata.

"Dean hari ini ada ulangan sejarah!" Kalimat itu sukses membuat kedua mata Dean terbuka dengan sempurna.

"Lupa!" Pekik Deandra panik.

Rasanya Deandra ingin menangis. Ia lupa bahwa hari ini ia harus melaksanakan ulangan sejarah. Ditambah lagi kemarin ia bermain kartu uno dengan Dani sembari menunggu Ibu nya yang pulang malam sehingga membuatnya tidak belajar sama sekali.

Deandra bodoh dalam menghapal, ia lebih suka menghitung. Berbeda dengan Dani yang pandai disegala bidang. Kecuali bidang olahraga.

"Dean, ayo siap-siap! Nanti kita telat dan nggak bisa ikut ulangan!" Dani menarik lengan Deandra agar turun dari tempat tidurnya.

"Aku nggak ikut ulangan deh, ikut juga percuma." Ucap Deandra nelangsa.

"Kan ada Dani yang nanti bantuin Dean. Ayo! Dani tunggu dibawah ya!"

Harusnya Deandra senang karena Dani akan membantunya. Dani pandai mengingat sesuatu. Bahkan meskipun ia tidak terlalu pandai menghitung, ia bisa menghapal setiap rumus dengan mudah.

Tentu nilai Deandra akan baik-baik saja jika Dani membantunya.

Tapi tidak. Deandra tidak senang. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri karena selalu melibatkan Dani pada nilai-nilai ulangan yang seharusnya menjadi hasil dari jerih payahnya.

Ia tidak pernah tenang mendapat nilai bagus karena hati kecilnya selalu tau bahwa nilai itu bukan miliknya.

Deandra menghela napas lalu mulai bersiap-siap.

Bagaimanapun, ia tidak boleh membuat Dani terlambat karena sikapnya.

***

Deandra melihat bayangannya pada cermin.

Setelah merasa bahwa penampilannya sudah pantas ia segera turun dan berpamitan pada kedua orang tuanya.

Dengan tergesa-gesa Deandra berjalan menuju teras tempat Dani biasa menunggunya.

Belum sempat mereka berjalan mencapai pagar, sebuah motor ninja berwarna merah berhenti tepat didepan rumah Deandra.

Deandra sudah sangat hafal siapa pemilik motor ninja berwarna merah itu.

Motor ninja berwarma merah itu milik mantan kekasihnya, Rei.

"Pagi, Deandra." Ucap Rei diiringi dengan senyuman maut andalannya.

"Pagi." Balas Deandra jengah.

"Berangkat bareng gue yuk? Nanti telat, loh." Ajak Rei.

Deandra menatap Dani yang berdiri disebelahnya. "Nggak usah. Aku bareng Dani."

Dani menggeleng perlahan. "Bener kata Rei. Dean bareng sama Rei aja biar nggak telat."

"Terus kamu gimana?" Ucap Deandra terdengar khawatir.

"Dani baik-baik aja, kok. Sana, nanti keburu bel." Dani mendorong Deandra agar bergegas.

Deandra kembali menatap ke arah Dani, tapi lagi-lagi matanya hanya menatap yakin ke arah Deandra. Keyakinan yang selalu Deandra suka.

"Makasih ya, Dani. Lo emang pengertian." Rei tersenyum miring lalu melajukan motornya.

Meninggalkan Dani yang berdiri terpaku menatap kepergian mereka yang semakin tidak terlihat jejaknya.

***

"Kita sampai, Tuan Putri."

Deandra turun tanpa memperdulikan godaan Rei yang dahulu sempat meluluhkan hatinya.

DeandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang