Deandra panik.
Pulang sekolah tadi Dani memberi tau bahwa hari ini Deandra harus menunggu di rumah Dani. Lagi.
Dan saat ini langkah kaki-nya seakan terus menyeretnya agar terus berjalan mencapai tujuan.
"Ayo masuk, Dean." Ucapan Dani membuat Deandra kembali tersadar dari lamunannya.
Deandra tersenyum gugup, ia membuka tali ikatan sepatunya namun kembali terdiam. Ia benar-benar malas jika harus berurusan dengan Jason.
Ketidak nyamanannya itu bukannya tanpa alasan. Sejak dulu memang Deandra yang sering dititipkan dirumah Dani dan tidak pernah punya hubungan baik dengan anggota keluarga Dani yang satu itu.
Kebenciannya pada Jason bermula dari Deandra kecil yang sering bermain bersama Dani dan mendapat banyak gangguan dari Jason, entah itu saat Jason menghina-nya, merebut dan menghancurkan mainannya, hingga alasan-alasan lain yang membuat Deandra menangis.
Pada akhirnya Dani selalu menghiburnya, entah itu saat ia berkata bahwa Deandra cantik meskipun Jason mengatainya jelek dan ber-ingus, memberikan mainannya sebagai ganti dari mainan yang sudah hancur karena ulah Jason, ataupun memeluknya dan membisikan kata-kata bahwa Jason memang nakal tetapi Jason selalu peduli padanya ketika Deandra mulai menangis. Meskipun Jason hanya malu, katanya.
Mungkin sebenarnya kenakalan Jason juga berpengaruh pada kedekatan Deandra dan Dani saat ini.
Tapi tetap saja hal sepele saat masih kecil itu benar-benar membekas hingga ia dewasa.
Ah, ya. Deandra tidak bisa terus menerus berada di depan rumah Dani.
"Assalamualaikum."
Seperti biasa Dani selalu langsung pergi ke kamarnya dan meninggalkannya.
"Waalaikumsalam." Deandra terdiam ditempat. Jarang sekali mendengar balasan salam yang biasa Deandra berikan, jadi rasanya aneh ketika tiba-tiba ada yang menjawab salam itu.
Karena pertama, orang tua Dani adalah tipe pekerja keras yang jarang berada dirumah. Meskipun begitu Deandra seringkali kagum karena keduanya benar-benar akan mencurahkan segala perhatian kepada Jason dan Dani pada akhir pekan atau hari libur.
Kedua, Jason tidak pernah menjawab salamnya bahkan jika ia berteriak hingga dunia terkena gempa.
Ketiga, Dani selalu berada di lantai atas.
Keempat, tidak ada alasan lain. Hanya itu.
"Deandra, ngapain disitu?" Tanya seseorang yang mengintip dari ruang utama.
Itu Brian. Teman Jason.
Orang yang Deandra sukai.
"Ayo duduk. Kamu nunggu Daniar, kan? Saya juga lagi nungguin Jason."
Deandra berjalan mendekat dengan perasaan tidak karuan, ia berusaha terlihat tenang meskipun jantungnya berdebar-debar.
Cukup lama mereka terdiam dalam hening, tapi sepertinya Brian tidak menyadari itu karena sedang terfokus pada laptopnya.
"Kak Brian lagi nunggu Kak Jason?" Deandra akhirnya membuka suara.
Brian mengalihkan pandangannya kepada Deandra. "Ya. Bukunya ketinggalan di kampus dan seperti yang kamu tau, harga diri Jason itu tinggi sampai nggak mau saya anterin."
"Kak Jason emang kaya gitu. Nyebelin." Ucap Deandra menggerutu.
Brian tertawa. Suara tawa yang selalu Deandra suka.
"Kalo kamu? Mau ketemu Daniar? Tadi saya liat dia baru pulang."
"Eh, engga, Kak. Aku tadi pulang bareng Dani, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra
Teen FictionDeandra tidak pernah menyangka, bahwa keinginan kecil yang Dani tawarkan padanya, dapat mengubah hidupnya.