Lima

339 13 0
                                    

Dea POV

Yahh! Sayangnya aku tidak sempat berkenalan dengannya, tapi tidak apa-apalah yang penting aku sudah tahu bahwa namanya, Brian.

Aku segera pulang ke apartemen karena kakakku sudah menelepon ku sedari tadi dan menyuruhku untuk segera pulang.

Akhirnya aku sampai di apartemen. Aku bergegas menaiki lift, di dalam lift aku sendiri. Tapi tidak lama saat Dion tiba-tiba muncul tepat di hadapanku.

"Ya ampun! Bisa nggak sih lo tu nggak ngagetin gue kaya gini? Lo tu lama-lama bisa bikin gue punya riwayat penyakit jantung tau nggak!" Ocehku frustasi sambil membentak.

"Oke-oke aku minta maaf, tapi bagaimana lagi? Aku kan hantu, jadi wajar jika aku munculnya secara tiba-tiba seperti itu" ucapnya menjelaskan padaku dan berpindah tepat di samping ku.

Benar juga ya kata si Dion. Dia adalah hantu jadi pantas saja dia muncul seperti itu.

Ting..

Suara lift berbunyi dan secepatnya aku menuju kamar apartemen. Dion masih mengikutiku dengan heran. Aku membuka pintu dan segera masuk. Di sana sudah ada kakak ku yang duduk di sofa. Dia menoleh saat aku memasuki apartemen.

"Cepat ke marilah! Kakak mau bicara sesuatu pada mu" katanya yang membuatku penasaran dan langsung duduk di sampingnya. Dion hanya berdiri di belakang kakakku dengan wajah yang juga penasaran. Tapi tidak di ketahui oleh kakakku. Maklum Dion kan hantu.

"Ada apa kak? Mau bicara sesuatu apa sih? Aku jadi penasaran nih" ucapku antusias dan tak sabaran.

"Kakak harus pulang..." ucapnya yang terpotong.

"Harus pulang? Maksudnya apa coba?" Tanyaku dengan raut wajah kebingungan.

"Makanya dengerin dulu, belum juga selesai udah kamu potong aja" ujarnya dengan sedikit kesal sambil sesekali meminum cokelat hangatnya.

"Iya iya maaf" ucapku lirih dan menundukkan kepala.

"Kakak harus pulang ke Jakarta besok. Karena papa lagi sakit, jadi kakak yang menggantikannya di kantor untuk sementara waktu sampai papa sembuh" jelasnya dengan nada dan raut wajah sedih.

"Apa? Papa sakit? Kok aku nggak di kasi tau sih. Kalo gitu aku juga ikut pulang yaa mau liat keadaan papa"

"Nggak usah! Kamu di sini aja, kamu kan harus tetep kuliah. Tentang keadaan papa ntar kakak kasi tau kalo kakak udah di Jakarta. Papa pasti juga ngelarang kamu untuk ikut pulang. Kamu tau kaya gimana papa kan?" Jelasnya yang membuatku terdiam.

"Masa aku sendiri di sini? Aku kan takut kak" protesku padanya. "Aku juga nggak terlalu kenal sama tetangga yang ada di apartemen ini. Bagaimana kalo aku kesulitan? Siapa yang akan membantuku?" Ucapku lagi sambil berdiri dan menuju dapur untuk mengambil cokelat hangat karena cuaca agak sedikit dingin.

"Nggak apalah.. Kakak di Jakarta palingan cuma sebentar nggak nyampe sebulan kok" ucapnya untuk meyakinkan ku.

"Ya sudahlah kalo gitu. Kalo aku ngajak temen ke sini nggak apa-apa yaa?" Tanyaku kembali ke sofa dan duduk.

"Iyaa, tapi asalkan perempuan jangan laki-laki!" ucapnya lalu masuk ke kamarnya.

"Iya iya" aku pun langsung pergi ke kamar untuk segera mandi dan tidur karena ini sudah malam dan aku juga sudah cukup lelah.

Tapi sebelum itu aku berbicara sebentar pada Dion. Aku menyuruhnya untuk pulang karena aku sudah cukup lelah bahkan sangat lelah. Dion tidak menjawab, mungkin dia mengerti apa yang aku rasakan saat ini dan langsung melesat hilang seperti biasa.

My Boyfriend Is GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang