Dua

477 24 2
                                    

Dea POV

Saat aku berjalan ke tempat perkemahan, tiba-tiba Stevani berlari dengan cepat. Aku pun ikut berlari karena merasa ketakutan. Saat aku berlari, tiba-tiba aku terjatuh. Aku tersandung oleh batu yang cukup besar yang membuat kepalaku bercucuran darah. Betapa perihnya kepalaku saking sakitnya aku sampai tidak bisa berkata apa-apa yang bisa aku katakan hanya 'aduh'.

Dan seketika badanku di baringkan di pangkuan Stevani. Stevani terus berteriak meminta tolong, tapi tidak ada yang merespon. Mungkin karena kami berada jauh dari tempat kemah. Stevani membantuku untuk berdiri dan berjalan menuju ke tempat perkemahan. Tapi di tengah jalan, tiba-tiba pandanganku menjadi ngeblur dan sedikit demi sedikit menjadi hitam dan badanku lemas.

Saat aku terbangun, aku sudah berada di tenda salah satu dosen. Aku melihat Stevani, Audry, dan Gabriel di depanku. Aku pun bertanya pada Stevani, "kenapa gue di sini van? Bukannya gue tadi di hutan nganterin lo kencing?". Stevani menjawab, "gini lho, tadi lo tu jatuh terus kepala lo berdarah. Saat kita mau menuju tempat kemah lo malah pingsan". Begitulah cerita dari Stevani.

Gara-gara jatuh dan pingsan tadi, kepalaku menjadi sangat sakit sekali. Aku merasa kalau aku memiliki indra keenam. Tapi itu tidak mungkin karena jika orang memiliki indra keenam itu pasti sudah dari kecil bukan saat dia sudah dewasa.

Aku merasa seperti ada yang melihat ku dari balik tenda. "Ah, nggak mungkin. Palingan itu cuma halusinasiku aja karena sedari tadi kepalaku masih terasa sakit" batinku membantah.

Audry, Stevani, dan Gabriel meninggalkanku sendirian di tenda. Mereka pergi ke sungai bersama beberapa mahasiswa dan mahasiswi lainnya untuk mengambil air. Aku merasa gelisah dari tadi. "Mengapa seperti ada yang melihatku ya dari tadi?" tanyaku kepada diriku sendiri.

Karena aku begitu penasaran, aku pun memberanikan diri untuk melihat keluar. Wow, betapa kagetnya aku. Ternyata di sini banyak sekali ada mahkluk kasat mata. Aku hanya terdiam dan memikirkan sesuatu. "Mengapa di siang hari seperti ini ada banyak mahkluk ya? Bukannya mereka ada di malam hari saja? Mengapa wajah mereka begitu menakutkan ya? Apa mungkin aku memiliki indera keenam?" Batinku mulai ketakutan. Tiba-tiba ada yang mengejutkanku dari belakang.

"Waaaaa...." dia mengagetkan ku.

"Kyaaaaaa..." teriakku sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Aku tetap tidak berani membuka mata karena wajahnya yang begitu menyeramkan apalagi kakinya tidak menyentuh tanah.

"Woi Dea!" ucap Audry sambil menepuk bahuku yang membuatku melompat.

"Audry.. Gue takut ada banyak makhluk aneh di sini. Mereka terus liatin gue dan mereka terus manggil-manggil nama gue".

Suara mereka terdengar jelas di benakku yang memanggil manggil namaku. "Dea..." begitulah kata makhluk kasat mata itu.

"Lo kenapa Dea? Takut kenapa?" tanya Audry begitu penasaran.

Author POV

Saat itu juga Dea menangis dan ketakutan hingga tak bisa bernapas. "Gue takut, ada banyak makhluk aneh di sini. Wajahnya menyeramkan, kakinya nggak nyentuh tanah dan mereka terus manggil-manggil nama gue" ujar Dea sambil di peluk Aubry.

Stevani dan Gabriel datang saat mendengarkannya menangis. "Lah, kenapa nih anak kok nangis gitu dry?" tanya Stevani penasaran.

"Gue nggak tau, kayanya Dea punya indera keenam deh" ujar Audry yang membuat Dea menangis semakin menjadi-jadi.

"Whatt!? Nggak mungkinlah. Kenapa baru sekarang dia punya indera keenam bukannya dari kecil?" ujar Stevani kaget.

"Gue juga nggak tau. Apa mungkin itu karena akibat benturan di kepalanya?" ujar Aubry.

My Boyfriend Is GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang