EYES MUTE chap.2 [END] | Aomike

77 4 2
                                    




-0-

"Welcome to Bangkok"

Bangkok, Thailand

May 9, 2016

10.00 AM

Aku Mike, 33 tahun. Setelah tiga tahun berlalu akhirnya kembali menginjakkan kaki di Bangkok. Ini pertama kalinya. Selama tiga tahun terakhir, selain piano yang kupikirkan hanya Aom. Sialnya, gadis itu sama sekali tak mengirimkan kabar untukku. Bahkan pesan terakhirku sama sekali tak menjadi serangan yang handal untuk mengubah pikirannya. Aku tau ini egois, tapi aku ingin kembali padanya jika ia masih sendiri. Dan aku tak akan mengganggunya jika orang lain menempati posisiku yang dulu. Karena aku pernah meninggalkannya.

Langkah membawaku ke arah sebuah rumah yang tampak sama seperti tiga tahun lalu. Mungkinkah ia masih disini? Ku layangkan tanganku menekan bel didepan tiang pagarnya. Ini bukan seperti aku tiga tahun lalu yang memiliki hak untuk masuk sebebasku. Tiga kali aku menekannya, suara seseorang muncul dari balik speaker, "Siapa?" Suara lelaki yang tak kukenali. Jadi dia sudah menikah dengan orang lain? Aku mencoba memasang wajah seolah suaranya tak menggangguku, "Apa aku bisa bertemu dengan Aom Sushar?" Ujarku pada speaker,

"Apa? Tak ada nama itu yang tinggal dirumah ini" Kudengar ia menutup speakernya. Aku mengernyit, "Dia tidak disini? Lalu dimana?" Pikirku yang masih berdiri didepan rumah tersebut.

Akhirnya aku cari ia di kantornya. Melihat sekeliling, tak ada yang berubah dari sisi kantornya. Aku menghampiri bagian informasi yang tertera di lobby, "Selamat Siang, ada yang bisa saya bantu?" Ujar seorang wanita yang berdiri disana, "Ya, saya ingin bertemu dengan Aom Sushar. Dia manager bagian jurnalis disini" Jawabku. Tampak wanita itu menatap layar komputernya untuk beberapa saat sebelum kembali ke arahku,

"Maaf, Aom Sushar sudah resign dari kantor ini" Aku mengernyit, "Resign?" Ulangku tak percaya, "Ya, dia mengundurkan diri sekitar tiga tahun lalu setelah mengalami kecelakaan" Aku tersentak, "Kecelakaan?" Kakiku terasa melemah. Nafasku tersendat, "Dimana dia sekarang? Bisa ku minta alamatnya padamu?"

-0-

Aku berdiri didepan sebuah rumah kecil dengan pagar kayu yang mengelilinginya. Tubuhku tak mampu untuk mendekat, hanya berdiri dibalik pohon memandangi rumah itu selama sejam terakhir. Beberapa kali aku menghela nafas, "Dimana ia saat ini?" Pikirku

Tuk, Tuk, Tuk.

Aku menoleh pada arah suara tersebut. Mataku membulat, refleks menahan nafasku tanpa berkedip, "Itu Aom" Batinku. Kakiku membeku ditempatku berdiri saat seorang gadis mendekat perlahan dengan tongkat ditangannya.

Aku menunggunya, sampai tubuhnya melewati tubuhku. Tiba-tiba ia berhenti lalu berbalik ke arahku, "Apa ada seseorang yang berdiri disini?" Tanyanya, aku tersentak namun tak berani menjawab, "Aneh, aku mulai merasakan parfume Mike. Apa aku sudah gila" Ia terkekeh sendiri seraya kembali berbalik dan masuk kepekarangan rumahnya. Entah sejak kapan aku menangis, yang ku tau wajahku kini penuh dengan air mata.

Aku terduduk, menyandarkan tubuhku pada pohon. Ku tekuk lutut hingga aku bisa memeluknya. Aku mengacak rambutku frustasi, "Bagaimana ia bisa mengalami hal seperti ini. Bagaimana ia menjalani hidupnya tanpa sepasang mata" Erangku tak percaya. Ini berat baginya. Ia terpaksa harus berhenti dari impiannya hanya karena tak mampu untuk melihat.

Isakanku tersendat. Lalu aku melihat seseorang berlari ke arah rumahnya membawa beberapa kantung belanja. Tidak sepertiku, ia memiliki akses masuk kesana. Aku berdiri, mencoba menghapus air mataku, "Siapa dia?" Aku bertanya-tanya.

DEAR DIARY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang