Weird Day

5 0 0
                                    

Lani POV

Isakan pelan lolos dari bibirku. Di sinilah aku setiap harinya. Menangisi betapa malang dan bodohnya diriku.

Arsandy Marhesadana Putra.

Pria itu adalah pria pertama dalam hidupku. Pria yang kukenal dari sebuah pertemuan tak sengaja di bar. Itu juga kali pertama dalam hidupku memasuki tempat macam itu. Dan sialnya, untuk pertama kalinya juga aku harus melepaskan kesucianku dengan pria yang tak kukenal namanya.

Setelah malam yang panjang itu, ia terbangun dan menatapku. Aku hanya bisa terduduk diam. Tak kuasa membalas tatapannya yang tajam dan menuding. Kenapa jadi seperti ini pikirku. Akulah yang seharusnya berada di posisi dia sekarang. Aku yang kehilangan kesucian, tidak mungkin ia tidak melihat ceceran darah di atas sprei itu.

Ia menatapku seolah aku benar benar gadis pemuas nafsu yang menukar tubuhnya untuk uang. Bahkan karena tatapannya, aku bisa merasa jijik dengan diriku sendiri.

Namun ia kemudian mendesah keras,
"Aku tak tahu siapa kau, tapi aku memerlukan seorang gadis untuk melayaniku. Apa kau mau? Toh kau sudah tak suci lagi. Setidaknya anggaplah ini imbalan dariku. Kau terlihat bukan dari kalangan yang mampu."

Setiap kalimatnya menghujam hatiku. Aku ingin menangis tapi aku tak bisa. Aku bahkan tak mengerti apa yang terjadi dengan diriku. Kenapa aku bisa sepasrah terhadap pria brengsek itu?

"Aku mau."

Aku masih ingat saat itu aku kaget setengah mati karena kata kata itu keluar dengan sendirinya dari bibirku.

Saat aku mendongak dan menatap wajahnya, mataku tepat ke manik matanya, sadarlah aku apa yang membuatku tak kuasa melawannya.

Aku, dengan malangnya, telah jatuh cinta dengan pria ini.

Dan sejak hari itu, aku melayaninya dengan sepenuh hati sekalipun harus menjadi pelariannya dari wanita - aku tidak tahu siapa - lain.

Sejak hari itu juga, setiap pagi aku mengawali hariku dengan tangisan seperti ini karena menerima kata kata kasar atau terbangun dengan keadaan kacau dan ia sudah meninggalkanku begitu saja. Tapi yang perlu kalian tahu, hingga kini cinta dalam hatiku justru makin bertumbuh.

Betapa sialnya aku.

***

Aku menyelesaikan ritual mandiku. Ketika keluar dari kamar mandi, kulihat tubuh gagahnya yang terpahat sempurna sedang membelakangiku. Dengan hanya mengenakan celana jeans, ia memasukkan tangannya ke saku celana dan diam menatap keluar jendela apartemen ini.

"Aku sudah selesai."

Ia tersentak. Kemudian menoleh.

"Ah ya," balasnya terlihat gugup.

" Tidak ingin gantian?"tanyaku.

Ia terlihat berpikir lalu kemudian mendekatiku, "Apa aku bau?" tanyanya lalu menyondongkan tubuhnya padaku.

Ada apa ini? Kenapa ia beda sekali pagi ini?

Aku mencoba menghirup aromanya, well. Aku benci mengatakan ini karena membuatku terlihat lebih jalang lagi, tapi, aku rasa aku dengan sangat rela menyerahkan kembali tubuh ini untuk ditunggangi oleh tubuh dengan aroma lelaki yang menguar itu. Astaga.

"Ti-tidak" ujarku gugup.

Kemudian ia menunduk dan mencoba menyamaratakan tingginya denganku - maklum aku hanya sebahunya saja. "Kalau rambutku?"

TipsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang