Lani POV
Aku mengemasi barang-barangku yang masih tersisa di atas nakas dan memindahkannya ke dalam tas jinjingku. Kukeluarkan tas jinjing belelku tersebut dari dalam walk in closet. Di saat yang bersamaan, Arsan keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang terikat di pinggangnya. Rambut dan sekujur tubuhnya masih setengah basah. Ia mengelap wajahnya dengan kedua tangannya dan mengernyit melihatku.
"Mau ke mana?"
Aku membuang arah pandangku. Dadanya yang bidang bisa menggelapkan mataku. "Pulang, kemana lagi?"
Ia berjalan ke arah walk in closet acuh tak acuh. "Sudah malam, lebih baik kau pulang besok."
"Baru jam 7, biasanya juga pulang subuh. Aku ada kelas besok pagi." jelasku sambil berjalan keluar kamar.
Baru saja aku menyentuh gagang pintu utama, terdengar suara yang menghentikanku.
"Argh!!"
Aku berbalik cepat dan mendapati ia sedang meringis dan melihat kakinya.
"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan?" tanyaku sambil berlutut dan melihat memar di ujung jari kakinya.
Ia meringis, "Aku tersandung pintu sialan ini supaya bisa mengejarmu." lalu menatapku dengan tatapan menuduh. "Memangnya salahku, lalu kau tersandung? Siapa yang menyuruhmu mengejarku." cecarku sambil beranjak dan mengambil kotak obat.
"Niatnya nganterin, bukannya terima kasih."
Kudengar dumelannya sayup-sayup di belakangku. Perlahan, senyumku naik. Lalu sedetik kemudian aku menyadari kebodohanku,kugeleng-gelengkan kepalaku dan menarik salep yang kubutuhkan.
"Ga ada yang minta diantar tuh. Lagian apa susahnya tinggal panggil aku daripada harus berlari."
Ia memicingkan matanya, "Kau ini benar-benar.... ga mau kalah."
Aku menunduk menahan senyumku, membuka botol salep dan mulai mengoleskan di ujung jari kakinya. Beberapa menit keheningan membungkus kami dan aku mau tidak mau menahan diri dan berpura-pura seakan aku tenggelam dalam pekerjaan baruku, mengoles salep ke jari kaki.
Aku beranjak berdiri tiba-tiba, menyimpan kembali botol salep ke dalam kotak obatku. "Lebih baik kau istirahat. Aku bisa pulang sendiri."
Kudengar erangan pelannya, Cih dasar lemah. Baru lebam sedikit, udah ngerang-ngerang.
"Aku akan tetap mengantarmu." ujarnya sambil berjalan ke pintu.
***
Kubuka pintu kosku. Ruang gelap menyambutku, terakhir ruangan ini kugunakan dua hari lalu, sebelum aku berangkat ke apartemen Arsan.
"Di mana harus kuletakkan tasmu?"
Aku menyalakan lampu kemudian menunjuk meja kecil di dekat kasurku. Kulihat ia meletakkan tas jinjing di atas meja, lalu mendaratkan bokongnya di kasurku.
"Apa yang kau lakukan?"tanyaku
Ia mendongak menatapku,"Apa?"
"Kau, kenapa kau tidak pulang?"
Ia menatapku tak percaya, "Dimana tata kramamu? Setidaknya kau menawariku minum,bukannya mengusir seperti ini." omelnya.
Hhh, dia terlalu banyak bicara hari ini
"Terserah, nikmatilah waktumu di kamar sempitku ini"
***
"Kau mau?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Tipsy
Romance#citygirlstories Semua berawal dari kesalahanku mengambil pilihan. Semua terjadi karena salahmu merasa nyaman. Semua karena keegoisanku yang tak ingin mundur. Semua karena kau lengah dan bergantung padaku. Dengan semua kekeliruan yang ada, apa kau y...