Aku berlari sambil merentangkan kedua tangan ku lepas. Ku biarkan air jatuh mengenai wajah ku karna, aku merasa seperti tergelitik. Dan aku menyukainya. Aku menari bersamaan dengan hembusan angin dan air yang terus turun dari tempatnya. Memejamkan mata menikmati setiap tetes air yang berjatuhan hingga menimbulkan genangan-genangan di atas bumi.Aku terus melakukan itu hingga hujan lelah dan berhenti.
"ugh, Rain please come down.", Sayang hujan tetap dengan pendiriannya. Ia tak ingin turun, walau hanya sekedar menemaniku tertawa lepas. Aku menghembuskan nafas lalu kembali menatap langit. Bukan, menantikan hujan akan turun tapi melihat apakah sudah sore. Karna aku harus segera pulang, dan aku tidak mengenakan jam tangan sekarang.
Dan akhirnya aku pulang dengan keadaan basah kuyup. Tapi, untung saja aku menemukan supur taksi yang berbaik hati karna masih mau menerima penumpang basah seperti ku.
Di dalam taksi, aku hanya dapat menatap jalanan luar dari jendela. Aku sekali lagi menghela nafas karna ini adalah hari terakhir ku menginjakan kaki ku di ibu kota. Dan, besok aku harus tinggal di bandung karna urusan kerja Mommy.
Oh, ya sejak tadi aku sudah banyak sekali berbicara tanpa kalian tahu namaku. Namaku Alecia Britannia. Tapi aku lebih suka di panggil Alice. Aku anak tunggal, dari keluarga yang dapat di bilang bahagia. Tapi, itu dulu. Semenjak kecelakan yang menimpa Daddy dan berujung dengan kematian, akhirnya hanya aku dan Mommy yang tinggal di dalam rumah yang sangat besar bagiku.
Tapi, rumah yang penuh akan kenangan itu terpaksa kita akan tinggalkan demi sebuah kerjaan Mommy. Semenjak Daddy pergi, Mommy menjadi tulang punggung keluarga. Terkadang aku sedih melihat Mommy, ia harus pergi pagi dan pulang malam terkadang hingga pagi lagi.
Ugh, lalu mau bagaimana lagi? Bukan Mommy lalu siapa? Kang Darma, tukang kebun dan sekaligus supir ku itu? Atau Bi Sania? Pembantu ku yang sudah bekerja pada keluarga kami lebih dari lima belas tahun.
Taksi yang kutumpangi berhenti, sepertinya sudah sampai. Aku melihat sekililing dan benar itu ada rumah ku. Aku memberi uang argo pada sang supir taksi, lalu keluar setelah mengucapkan terimakasih pada supir taksi.
"Bi Niaaaa!" aku berteriak saat memasuki rumah ku, memang begitu cara memanggil pembantu ku yang satu ini. Karna, ia mempunyai penyakit tuli yang akut banget.
"Bibi Mommy udah pulang belom!" aku berteriak sekali lagi saat memasuki ruang teve. Aku menyalakan teve, sambil menunggu jawaban bi Sania
Hening.
Maksudku tak ada jawaban. Aku menghampiri dapur siapa tahu bi Sania ada situ. Tapi, sayangnya tidak ada lalu ku cari di kamarnya dan benar saja bi Sania sedang memakai masker wajah sekarang.
Bi Sania ini termasuk pembantu gahol, pembantu yang tergila-gila akan Justin Bieber, dan termasuk Beliebers sejati. Meski, usia nya sudah berkepala empat dan sudah memiliki suami yang bernama kang Darma, yaitu supir ku tapi tetap saja gayanya itu kaya anak abg, kadang tak jarang ia mewarnai rambutnya atau memasang behel. Ia bergaya seperti itu karna. Ya, bi Sania belum juga mempunyai anak sehingga tubuhnya masih ramping seperti anak remaja.
Aku berkecak pinggang di depan kamarnya yang sudah di penuhi kardus-kardus yang berisi barang-barangnya yang akan di pindahkan besok, "Bibi!" panggil ku sekali lagi, dan tak di respond oleh nya. Aku mendekatinya yang sedang terbaring di kasur dengan mata tertutupi timun.
"bibiiiiiiiiii!" aku menggoyang kan lengannya, dan ia hanya menjawab ku dengan dengkuran. Aku mencubit lengannya.
"awww, aduh teteh aya naon?" Bi Sania meringis sambil menggosok-gosok lengan nya yang bekas terkena cubitan maut ku. Aku melototinya dan dia malah melototi ku balik. Aku berdecak sambil memutar bola mata, "tadi aku manggil bibi, bibi denger ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your
Teen FictionTahu kah jika hanya KAMU yang dapat membuat ku tersenyum lepas. Hanya KAMU yang dapat membuat ku merasa nyaman, tak ingin jauh dari KAMU. Dan aku berjanji akan mencintai KAMU, sekalipun aku mati. Copyright ©2016,by:RetnoKinasih